8 Kendala Industri Kecil di Daerah Grobogan

Belakangan ini laju pertumbuhan industri kecil di negara Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berbagai macam peluang usahapun kini mulai dijalankan sebagian besar masyarakat untuk mendatangkan untung besar setiap bulannya.

Bahkan menurut hasil pengamatan, sekarang ini pertumbuhan industri kecil tidak hanya berkembang di kota-kota besar saja, namun juga mulai merambah beberapa daerah pelosok lainnya di Indonesia yang memiliki potensi bisnis cukup menjanjikan. Contohnya saja seperti Daerah Grobogan, Jawa Tengah yang berhasil mengembangkan industri kecil hingga lebih dari 1.353 UKM dan 8.286 industri rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Grobogan.

Meskipun industri kecil di daerah pedesaan selalu diidentikan dengan usaha yang berbasis sumber daya, namun pada perkembangannya UKM di Grobogan bisa berkembang dengan pesat dan dijadikan sebagai salah satu alat pendukung pembangunan desa.

Karena itu, untuk memberikan tambahan wawasan bagi pelaku industri kecil di berbagai pelosok daerah. Berikut ini kami informasikan 8 kendala industri kecil di Daerah Grobogan yang sering dihadapi para pelaku usaha.

1. Modal usaha

Hampir setiap pelaku usaha kecil menghadapi kesulitan yang hampir sama yaitu dalam hal permodalan, termasuk juga para pelaku industri kecil di Daerah Grobogan. Sebagian besar dari mereka merintis usahanya dengan menggunakan dana pribadi, sehingga kapasitas produksi yang mereka jalankan hanya sebatas besarnya modal yang dimiliki. Hal inilah yang membuat industri kecil di Daerah Grobogan belum bisa berkembang dengan maksimal.

2. Ketersediaan bahan baku

Selain modal dana, ketersediaan bahan baku yang kurang stabil ternyata cukup menghambat pertumbuhan industri kecil di Daerah Grobogan. Meskipun sekarang ini masih banyak pelaku usaha yang mengandalkan sumber daya alam untuk bahan baku pembuatan produk, namun tak jarang mereka menemukan beberapa kesulitan di tengah perjalanan usaha. Misalnya saja seperti harga beli bahan baku yang cukup mahal, atau lokasi sumber penyedia bahan baku yang terlalu jauh sehingga para pelaku bisnis harus mengeluarkan ongkos lebih untuk mendapatkan bahan baku.

3. Kapasitas produksi

Sebagian besar industri kecil tidak berani memproduksi barang atau jasa secara massal, mereka lebih cenderung melakukan produksi berdasarkan pesanan yang datang dari konsumen. Jadi, bila belum ada pesanan khusus dari konsumen maka proses produksi juga akan ikut berhenti. Sehingga tidak heran bila persediaan produk belum bisa stabil maka minat beli para konsumenpun juga belum bisa terjaga.

4. Promosi dan pemasaran

Para pelaku industri kecil cenderung pasif dalam melakukan kegiatan promosi dan pemasaran produk. Mereka lebih senang memasarkannya dari mulut ke mulut, dan terlihat masih takut untuk menggunakan media iklan maupun mengikuti berbagai event pameran yang diadakan pihak-pihak terkait. Kalaupun pernah ikut kegiatan promosi, biasanya atas permintaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan melalui pameran-pameran yang mereka selenggarakan.

5. Dukungan teknologi modern

Belum banyak pelaku usaha di Daerah Grobogan yang menjalankan roda bisnisnya dengan bantuan teknologi modern. Kebanyakan dari mereka masih menjalankan bisnisnya secara tradisional, sehingga adanya perkembangan teknologi modern belum begitu lekat dengan bisnis yang mereka jalankan. Tentunya ini menjadi kendala besar bagi para pelaku usaha, sebab keberadaan teknologi modern menjadi alat pendukung yang cukup efektif untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menjaga kualitas produk yang dihasilkan.

6. Administrasi dan pengelolaan keuangan

Sampai hari ini masih banyak pelaku industri kecil yang mengabaikan peranan administrasi dan laporan keuangan. Mereka lebih sering membuatnya dengan cara manual sehingga hasilnya juga kurang terperinci. Padahal, pencatatan administrasi dan keuangan usaha tentunya menjadi bagian penting dalam menjalankan industri kecil. Sebab, Anda bisa mengetahui seberapa besar biaya produksi yang dikeluarkan, dan berapa besar keuntungan yang Anda dapatkan setiap bulannya.

7. Belum ada jaringan kemitraan

Kendala yang ketujuh yaitu sempitnya jaringan kemitraan yang dimiliki para pelaku industri kecil di daerah pedesaan. Selama ini mereka hanya mengandalkan para tengkulak untuk memasarkan produk-produknya, bekerjasama dengan para petani lokal untuk menyediakan bahan baku, dan menggunakan dana pribadi untuk memenuhi kebutuhan modal.

8. Kurang respect terhadap koperasi

Keberadaan koperasi tentunya memberikan banyak kemudahan bagi para pelaku UKM. Contohnya saja seperti memberikan pendampingan manajemen usaha, menyediakan berbagai macam kebutuhan produksi, membantu pemasaran produk, dan lain sebagainya. Namun sayangnya, para pelaku industri kecil di Kabupaten Grobogan masih kurang respect untuk bergabung menjadi anggota koperasi. Sehingga peluang sukses yang ditawarkan belum dimanfaatkan para pelaku usaha.

Semoga informasi tips bisnis pada pekan ini bisa memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca di seluruh penjuru nusantara dan membantu para pemula yang tertarik menekuni dunia usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.

Diolah dari : Dinas Koperasi UMKM Kabupaten Grobogan

Sumber gambar :
1. http://blog.fishbowlinventory.com/wp-content/uploads/2011/11/Problem-solution-Scrabble-pieces.jpg
2. http://4.bp.blogspot.com/-Zg7HWyZgV-w/Tx_fM8XO2cI/AAAAAAAABV8/3qiQyzsSqjk/s1600/software+akuntansi.jpg