Belajar Dari Orang Tua, Willy Lanjutkan Bisnis Bakery Keluarga

Willy Ariana bisnis bakery rumahan sudah turun-temurun
Willy Ariana bisnis bakery rumahan sudah turun-temurun, dari neneknya dilanjutkan ke mamanya sampai sekarang dikembangkan oleh Willy.

Bisa dikatakan, bisnis bakery yang kini dijalankan Willy Ariana ini sudah turun-temurun dari neneknya. Seperti estafet, Sakniki Echo, bisnis bakery rumahan ini dilanjutkan oleh mamanya. Sejak lahir, perempuan kelahiran 2 Oktober 1989 ini sudah terbiasa dengan aroma bakery dan segala aktivitas di dapur. Dia pun sejak usia remaja sudah terjun di ruang produksi, meski belum sepenuhnya.

“Waktu masih SMA dulu, saya sering dapat pesanan dari teman-teman. Mama sengaja menyuruh saya membuat sendiri. Mengajari saya mandiri,” kata perempuan yang tinggal di Jalan Kudus-Pati, Desa Jekulo, Kudus.

Ibu dua anak ini mengaku tidak pernah belajar mengolah masakan secara akademik. Baik di lembaga kursus maupun sekolah jurusan tata boga. Dia learning by doing. Sehingga, tahu langsung jika ada kesalahan dan harus dibenahi. “Justru dulu saya kuliah di jurusan kebidanan,” tuturnya.

Willy mengatakan, sering kali keinginan untuk menjadi bidan kembali. Tapi, dia mengingat kondisi keluarganya yang lebih membutuhkannya. Maka, dia memutuskan untuk menekuni dunia usaha yang telah berjalan di keluarganya. Selain waktu untuk bisnis dan keluarga lebih fleksibel, dia merasa memiliki passion di bidang bakery. Sehingga tak ada beban ketika berada di dapur, bahkan dengan senang hati menjalankannya.

Perempuan berjilbab ini mengatakan, keinginan untuk terjun sepenuhnya di bisnis ini muncul empat tahun lalu. Ketika anak keduanya lahir. Keberadaannya di rumah untuk mendampingi si kecil lebih berarti. Sejak saat itu, dia lebih serius belajar.

“Sebelumnya, tidak semua jenis roti dan cake bisa saya buat. Hanya sebagian saja. Karena kondisi dan dorongan mama, saya terjun seratus persen. Hingga sekarang, mama sudah percaya bisnis ini saya jalankan,” katanya.

Baca Juga Artikel Ini :

Kisah Sukses Collette, Jadi Pengusaha Kue Meski Memiliki Keterbatasan

Temukan Passion di Usia Senja, Oma Ina Ciptakan Kue Dari Umbi Garut

Menurutnya, menjalankan usaha keluarga ada kelebihan dan kekurangannya. Salah satu kelebihannya adalah soal pemasaran. Bisnis yang sudah berjalan tentunya sudah memiliki pelanggan. Sehingga, tidak perlu lagi mencari pembeli dari awal.

Namun, tidak semudah yang dibayangkan. Menjalankan usaha keluarga tidak lantas menerima enaknya saja. Justru ada tantangan berat, yakni mempertahankan dan mengembangkan. Ini yang menjadi PR bagi Willy. Terlebih, soal menjaga kualitas. Di bisnis makanan seperti ini, rasa dari produk menjadi hal yang sangat penting. Paling tidak dipertahankan seperti sebelumnya. Lebih baik lagi jika bisa meningkatkan cita rasa. “Apalagi sekarang banyak kompetitor. Tantangannya lebih besar,” imbuhnya.

Meski kini banyak pesaing memasarkan produk via online, Willy tetap mempertahankan cara pemasaran tradisional yang dulu dijalankan keluarganya. Pagi hari, dia membuka kios di pasar Jekulo. Sementara suaminta, membuka lapak di depan rumah tiap pagi, berlanjut sore hingga malam.

Menurutnya, pemasaran secara tradisional begini lebih aman dari resiko. Sebab, dia bertemu langsung dengan pelanggan. Sehingga, ketika ada konsumen order khusus untuk konsumsi sebuah acara, komunikasi lebih jelas. Meminimalisir terjadinya kesalahan yang menyebabkan komplain.

Update Bakery Terkini, Kendala Pada Permintaan Pasar

Usaha bakery rumahanMenurut Willy, perkembangan dunia cake and bakery sangat cepat. Terlebih, sekarang banyak kompetitor yang  bermain kreatifitas. Ada keinginan untuk selalu mengikuti tren terkini. Pihaknya ingin memproduksi aneka cake dan roti beraneka bentuk. Misalnya, menggunakan karakter unik, dan kue tart aneka desain untuk menarik minat konsumen. Namun, sementara ini idenya belum berjalan lancar karena terkendala minat pasar.

“Melakukan inovasi dalam berbisnis sangat penting. Namun tetap harus dipertimbangkan dengan permintaan pasar. Sementara, permintaan pasar ini tergantung pada lingkungan. Di wilayahnya ini, konsumen lebih mengutamakan rasa yang enak dan harga ekonomis. Mereka tidak terlalu butuh penampilan yang artistik dan unik,” tutur Willy.

Meski demikian, semangat Willy untuk belajar tren terkini tidak surut. Sesekali, dia pun menerima konsumen yang memang tertarik akan sentuhan seni pada cake maupun bakery buatannya. Khusus untuk cake dan bakery, Willy membuatnya sesuai pesanan. Sebab, prosesnya lebih lama dan membutuhkan bahan lebih banyak. Jika hal itu menjadi produk harian, Willy khawatir akan memakan banyak rugi karena peminat sedikit.

Dalam menjalankan bisnis ini, Willy lebih memilih langkah yang minim resiko. Meski berbisnis dibutuhkan keberanian, tetap harus banyak pertimbangan agar tidak salah langkah.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Umi)

Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Kudus