Berawal dari Garasi, Bisnis Bumbu MagFood Berkembang ke Penjuru Negeri

Magfood bumbu tabur

Mengawali karir bisnisnya pada tahun 2001, mulanya Yanty Melianti Isa hanya mendirikan usaha kecil-kecilan dari garasi rumahnya. Tak disangka kejeliannya membidik pasar dan keberaniannya memulai usaha di tengah minimnya modal, kini berbuah keberhasilan hingga bisnisnya pun berkembang besar dan menjangkau seluruh daerah di Indonesia.

“Modalnya saat itu hanya satu buah mesin ribbon mixer dan dua orang karyawan produksi. Dari situ Ibu Yanty Melianti Isa nekat mulai usaha bumbu tabur untuk aneka makanan ringan,” kisah Suwanto selaku President Director PT. MagFood Inovasi Pangan.

Kepada tim liputan BisnisUKM.com, Suwanto mengaku Magfood sengaja memilih bisnis bumbu tabur snack karena sang empunya melihat hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia suka ngemil. Dan aneka makanan ringan tersebut kebanyakan menggunakan bumbu-bumbu perasa seperti keju, BBQ dan lain-lain. Berawal dari itulah Magfood mulai produksi bumbu tabur dan memasarkannya ke pelaku bisnis camilan mulai dari industri rumah tangga hingga industri kelas menengah.

Bumbu Tabur Magfood

“Alhamdulillah hingga saat ini bisnis bumbu tabur MagFood terus berkembang dengan pelanggan dari seluruh Indonesia. Saat ini selain produksi bumbu tabur aneka snack, MagFood juga memproduksi premix atau tepung inti, seperti premix bakso, premix nugget, premix es cream, dan lain-lain. Dengan adanya premix ini, pelanggan yang mau memproduksi bakso sangat dipermudah, tinggal menyediakan daging sapi dan premix serta es batu sudah bisa produksi bakso,” terangnya.

Dengan mengoptimalkan tenaga kerja yang berkisar kurang lebih lima belas orang, terdiri dari bagian R&D, produksi, keuangan, administrasi dan pemasaran, setiap bulannya Magfood bisa memproduksi 15- 20 ton bumbu tabur untuk makanan ringan.

Memanfaatkan bahan baku lokal maupun import, berupa gula, garam, tepung, dan rempah-rempah, sekarang ini Magfood memproduksi beragam jenis bumbu tabur, tepung premix bakso, serta bumbu masak non MSG yang terbuat dari kaldu sapi dan ayam.

“Varian rasa bumbu tabur meliputi rasa keju, barbeque, sambal balado, jagung bakar, jagung manis, sapi panggang, pizza, dan lain-lain. Tersedia dalam kemasan 100g, 500g, 1kg dan kemasan bulk 20 kg per karton. Harga jual mulai dari Rp 5.000 sampai kisaran harga Rp 40.000 untuk yang kemasan 1 kg,” kata Suwanto.

Terinspirasi Nestle, Magfood Siap Buat Inovasi Baru 

Terinspirasi dari pendiri Nestle yang juga memulai usaha dari garasi rumah hingga bisa besar seperti sekarang dan tersebar di banyak negara, selama menjalankan usaha, Magfood juga menemui berbagai macam kendala usaha. Tentu saja tidak semua hal berjalan dengan lancar, pasti ada kendala yang dihadapi.

“Seperti masalah pertama soal SDM, karena perusahaan skala UKM seringkali karyawan masuk keluar dan itu cukup menghambat pertumbuhan. Masalah kedua adalah soal supply bahan baku, dikarenakan bahan baku import seringkali dipengaruhi nilai tukar rupiah yang rendah, sehingga harga pokok produksi kami menjadi tinggi. Tapi kendala tersebut justru menjadikan kami terus berinovasi dan melakukan langkah-langkah untuk terus berkembang,” tutur Suwanto.

Di tahun 2003, Magfood mulai membuat divisi baru berupa kemitraan food stall (counter) dengan berjualan produk fried chicken dan kentang goreng dengan merek MagFood Red Crispy. Inovasi yang dilakukan ternyata berhasil menarik minat konsumen, bahkan penyebaran outletnya pun menjangkau Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bali.

“Seiring dengan perkembangan pasar, pada tahun 2007 kami mengganti konsep penjualan dengan konsep restoran dengan menyasar kelas menengah. Karena ganti konsep, kami mengganti merek dengan merek MagFood Amazy. Saat ini outlet MagFood Amazy sudah lebih dari 130 cabang di seluruh Indonesia,” tutur Suwanto.

Kendati saat ini MagFood telah tersebar di seluruh penjuru negeri, namun kedepannya ia berharap Magfood tak pernah berhenti berinovasi dan bisa bersaing dengan merek-merek asing yang ada di Indonesia.

“Kami ingin membuat masyarakat Indonesia bangga menggunakan produk asli dalam negeri,” ujarnya menutup wawancara kami.

Tim Liputan BisnisUKM