Berkah Rupiah Dari Kerajinan Daur Ulang Sampah

Berawal dari gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah di lingkungan sekitar rumahnya, siapa sangka bila kini Fajar Purwaningsih mampu meraup berkah rupiah dari bisnis kerajinan daur ulang sampah. Ditemui di rumahnya yang sekaligus menjadi bengkel produksi kerajinan daur ulang sampah yang Ia beri nama Radit Collection, Fajar mengaku bahwa awalnya Ia mengikuti pelatihan pengolahan sampah hingga akhirnya Ia memiliki keterampilan seperti sekarang ini.

“Jadi usaha yang kami jalankan disini yang pertama adalah menghasilkan produk daur ulang dari bahan baku limbah dan yang kedua memberikan pendidikan dan pelatihan atau diklat mengenai pengelolaan dan pemanfaatan limbah,” ujarnya ketika ditemui tim liputan BisnisUKM.com di Perum Taman Sedayu 1 Dusun Metes Argorejo Sedayu Bantul Yogyakarta.

Awalnya bisnis kerajinan daur ulang sampah ini dirintis sejak tahun 2006 setelah gempa, namun saat itu baru berupa sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah di lingkungan sekitar. Kemudian pada tahun 2007 Unilever yang bekerjasama dengan KR Group dan didukung oleh 5 pemerintah kabupaten yang ada di Yogyakarta mengadakan lomba kampung bersih. Dari situlah Fajar diberi kesempatan untuk mengikuti sebuah pelatihan tentang pengolahan sampah.

“Melalui pelatihan pengolahan sampah tersebut kami diajarkan mengenai bagaimana cara memilah sampah, mengatasi masalah sampah dan lain sebagainya. Dari situ kita mendapatkan solusi untuk menangani masalah sampah yaitu dengan menjualnya kepada pengepul. Namun untuk yang masalah sampah plastik, kami bingung bagaimana cara mengolahnya. Akhirnya mencari referensi melalui buku, internet dan mendatangi salah satu pelaku yang bergerak di bidang pengolahan sampah,” katanya.

Modal Keterampilan Kini Jadi Sumber Pendapatan

Tak sampai disitu, Fajar kembali diberi kesempatan lagi oleh Unilever untuk mengikuti kursus selama dua hari mengenai bagaimana cara membuat kerajinan daur ulang. “Dalam kursus tersebut kami diajarkan bagaimana cara memanfaatkan limbah plastik dan kami juga dibekali dengan satu mesin untuk membantu proses pembuatan kerajinan dari limbah plastik,” jelasnya.

Titik awal inilah yang membuat Fajar mulai belajar dan terus belajar membuat kerajinan daur ulang sampah plastik, yang awalnya Ia tidak bisa menjahit sekarang juga sudah bisa menjahit. “Setelah kami bisa menghasilkan banyak produk kerajinan daur ulang sampah plastik, masalah lain kembali datang. Sekarang ini kami bingung mengenai pemasaran produk. Dengan produk daur ulang plastik yang demikian banyak ini, bagaimana cara memasarkannya?,” ucap Fajar sembari tertawa.

Meski awalnya tak mudah bagi Fajar untuk memasarkan produk daur ulang sampah, namun Ia tak lantas menyerah untuk mengembangkan bisnis kerajinan tersebut. “Pada tahun 2008 saya meminta bantuan kepada Dinas agar memberikan sebuah stan untuk mengikuti sebuah pameran Bantul Expo pada bulan Agustus. Dari situ kami mendapat respon yang sangat bagus sekali dari masyarakat bahkan dari turis mancanegara. Karena itulah kami menjadi lebih bersemangat terlebih lagi kami juga mendapat arahan dari Dinas untuk mempromosikan produk-produk tersebut. Kami diajarkan mempromosikan produk melalui internet,” paparnya.

Memperluas pasar melalui internet

Setelah melakukan promosi melalui internet, akhirnya pesanan mulai berdatangan dari berbagai daerah. Pada tahun 2011 Radit Collection juga mendapatkan permintaan untuk memberikan pendidikan atau pelatihan cara membuat kerajinan daur ulang sampah di Kalimantan Tengah.

Tidak hanya dengan Dinas Kalimantan Tengah, di Yogyakarta sendiri Fajar juga sering mengadakan kerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup Propinsi dengan membuat jejaring Merti Bumi Lestari yang diprakarsai oleh Badan Lingkungan Hidup Propinsi. Bersamaan dengan itu, kota Bantul juga membuat jejaring khusus yang bernama Amor. Di jejaring Amor tersebut kami bertemu dengan banyak pelaku usaha daur ulang sampah khusus kota Bantul.

Sampai dengan sekarang ini kami sudah mengikuti beberapa pameran mulai dari pameran lokal hingga pameran nasional, kemudian kami juga memberikan pelatihan di berbagai wilayah di Indonesia  seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa Timur dan masih banyak lagi. Dalam waktu satu tahun kami biasanya memberikan pelatihan sekitar 5 kali.

Produk kerajinan daur ulang sampah yang Fajar produksi diantaranya adalah sandal, dompet, tas, tempat laptop, gantungan kunci, piring hias, payung dan masih banyak lagi tergantung pesanan dari konsumen. Bahkan banyak juga pesanan datang dari luar negeri seperti dari Perancis. “Harga jual produk sangat beraneka ragam mulai dari harga Rp 1.000,00 untuk gantungan kunci hingga harga Rp 400.000,00 untuk travel bag,” ujarnya.

Selama ini Fajar termotivasi untuk menjalankan usaha ini karena unsur sosial dan juga peduli terhadap lingkungan hidup. “Yang selalu saya tanamkan dalam diri saya dan orang-orang yang mengikuti pelatihan adalah bahwa sampah jika tidak kita kelola dengan benar maka akan menimbulkan masalah yang sangat serius, namun jika sampah tersebut kita kelola dengan baik maka akan menjadi berkah bahkan menjadi rupiah,” pesan pengusaha yang sukses dengan mengolah sampah.

Kedepannya Ia berharap agar usaha ini bisa jalan dengan baik dan cukup untuk menghidupi para pekerja. Sedangkan untuk jangka panjang Fajar berharap masalah sampah nantinya dapat diatasi dengan baik dengan membuat pusat pengolahan sampah terpadu mulai dari pemilahan sampah, bank sampah, hingga mengolah sampah menjadi produk baru yang bernilai jual tinggi di pasaran.

Tim liputan BisnisUKM.com