Bisnis Kuliner Tradisional Mie Lethek

Kabupaten Bantul Yogyakarta memiliki kekayaan kuliner yang unik dan bercita rasa tinggi. Selain geplak yang sudah dikenal luas, kabupaten di ujung selatan provinsi DIY tersebut memiliki jenis mie dengan rasa khas serta proses pembuatannya secara tradisional. Mie lethek (lethek artinya kotor) menjadi salah satu kuliner khas yang mampu bersaing dengan produk kuliner lain hingga digemari banyak orang. Namanya yang unik dan terkesan jorok menjadi salah satu keunggulan mie berbahan dasar tepung singkong dan gaplek tersebut. Meskipun namanya ‘lethek’, makanan yang satu ini higienis dan menjalankan prosedur kesehatan dalam proses produksinya.

Salah satu produsen mie lethek yang masih bertahan dengan pola produksi tradisional di Kabupaten Bantul adalah Yasir Feri Ismatrada (36). Bapak dua orang putra tersebut mempertahankan tradisi turun temurun produksi mie lethek yang sudah dirintis kakeknya sejak tahun 1940. Meskipun pernah berhenti produksi selama beberapa waktu, namun pada tahun 2002 Pak Yasir berinisiatif membangkitkan lagi usaha tradisional tersebut sampai berkembang pesat hingga saat ini. Selain memiliki cita rasa yang berbeda dengan produk mie lain, bahan dasar pembuatan mie lethek yaitu tepung singkong dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh.

BISNIS KULINER TRADISIONAL MIE LETHEK

Ditemui di rumahnya Selasa (26/4), Pak Yasir yang diwakili adiknya Pak Novel (32) berujar jika penggunaan nama mie lethek sesuai dengan warnanya yang terlihat kusam. “Warna yang kusam itu karena proses produksinya tidak menggunakan zat kimia sama sekali, jadi murni menggunakan bahan-bahan alami,” kata Pak Novel kepada tim liputan bisnisUKM. Proses pembuatan mie lethek itu juga memiliki keunikan tersendiri dengan menggunakan tenaga tradisional. “Untuk mengaduk dan menggiling adonan tepung singkong dan gaplek kami masih menggunakan tenaga sapi meskipun saat ini sudah ada mesin modern,” jelas Pak Novel.

Diakui Pak Novel memproduksi mie lethek memang melalui proses yang cukup rumit. Alasan itulah yang membuat banyak produsen mie lethek memilih gulung tikar dan tidak mempertahankan usahanya. “Dulu ada 3 orang yang memproduksi mie lethek di kampung ini, namun yang masih bertahan dengan produksi tersebut saat ini tinggal tempat ini (mie lethek Pak Yasir),” terang Pak Novel di tempat produksinya Dusun Bendo Srandakan Bantul.

Proses Produksi Mie Lethek

produk mie lethekSecara singkat Pak Novel memberikan gambaran proses produksi mie lethek dimana pada tahap awal bahan baku tepung singkong dan gaplek dicampur dan diaduk dengan menggunakan tenaga sapi. Kemudian dilakukan pengukusan setelah sebelumnya dilakukan pemadatan dan pemotongan adonan. Pencampuran dilakukan untuk kedua kalinya setelah itu mie dicetak dan dikukus lagi. Proses berikutnya pendinginan mie selama 1 malam, kemudian dilakukan penguraian mie dan dilakukan pengeringan. Proses terakhir dilakukan pengemasan. “Proses produksi mie lethek memang terkesan rumit, namun dengan tenaga produksi yang kami miliki sampai saat ini tidak ada masalah dalam proses produksinya,” imbuh Pak Novel di lokasi produksinya.

lokasi usaha mie lethekKeputusan Pak Yasir untuk mengembangkan kembali usahanya ternyata mampu membuka lowongan pekerjaan bagi warga sekitar. “Saat ini, kami memiliki tenaga produksi 9 orang, dan ketika penjemuran tenaganya bisa mencapai 20 orang,” kata Pak Novel. Dalam sekali produksi, bisnis mie lethek Pak Yasir tersebut mampu memproduksi 1 ton bahan baku. Namun proses produksinya tidak dijalankan setiap hari. “Kami berproduksi biasanya 2-3 hari produksi, 1 harinya libur,” tambah Pak Novel. Harga 1 kg produk mie lethek tersebut Rp.8.000,00; sementara harga per pack isi 5 kg harganya Rp.41.000,00. Dalam sebulan, usaha mie lethek Pak Yasir mampu memperoleh omzet 6 juta rupiah.

Mie lethek Pak Yasir banyak digemari berbagai kalangan. Meskipun pemasaran saat ini lebih banyak di lokal area Jogja dan sekitarnya, namun produk mie lethek tersebut juga sering dikirim ke Departemen Pertanian Jakarta. Bahkan tidak tanggung-tanggung, di salah satu sudut ruangan produksi mie lethek Pak Yasir dipajang artikel dari sebuah surat kabar nasional yang mengulas jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata menjadi penggemar mie tersebut.

Tim liputan bisnisUKM

1 Komentar

  1. keragaman bangsa indonesia memang patut di acungi jempol bagaimanapun bangsa indonesia tidak kalah sekil dari pada bansa lain cuman ukm kususnya yg masih ketingalan it perlu di rangkul bersama dengan adanya jaringan onlin ini agak membantu pemasaranya apa lagi kalo bisa membantu secara financiel mungkin ukm ke depan insak allah bangkit seperti perusahaan raksasa seperti perusahaanpenangan pengangguran di belanda semua di angkat oleh organesasi masarakat kalo di indonesia ya seperti ukm ini salam succes pak yasir mudah2an ukm bisa membantu secara financial kita tungu tindak lanjutanya member ukm marmin

Komentar ditutup.