Bisnis Rotikap Kadriyah, Melanglang Buana Hingga ke Eropa

Owner Rotikap KadriyahSyarifah  Ratna Alkadri, pengusaha paruh baya ini telah memulai usaha pembuatan Rotikap sejak belasan tahun silam. Namun kala itu tidak serutin seperti sembilan bulan terakhir ini.  Saat itu bisnis rumahan tersebut belum diberi merek dan pemasarannya masih bersifat door to door, bergantung pada pesanan atau dititipkan ke warung-warung di sekitar rumahnya.

Ibu Ratna, demikian wanita 58 tahun ini akrab disapa, mengaku memilih membuat bisnis Rotikap karena pengerjaannya yang ringkas dan untuk satu kali memanggang,  bisa menghasilkan 300 buah Rotikap sekaligus.

Pengalaman Merugi Dua Nampan

Rotikap dari PontianakDi awal membuat Rotikap, ia menyetok sebanyak 100 buah sesuai pesanan konsumen dan sisanya dititipkan  ke warung  sekitar dan dibawa ke sekolah setiap hari oleh Amran, putranya. Ratna menuturkan, di awal membuat Rotikap, ia pernah merugi karena Rotikap buatannya sering hangus sebanyak dua nampan sehingga tidak bisa dijual. Pernah juga ia mengalami kerugian akibat santan yang dibelinya basi.

“Kelapa parut yang saya beli di warung itu ternyata menggunakan kelapa muda sehingga kualitas santan cepat basi. Saya terpaksa harus membuang  sebanyak lima kilogram bahan Rotikap yang sudah terlanjur dibuat,” ujar Ratna.

Baca Juga Artikel Ini :

Sun Vera, Kenalkan Lidah Buaya Khas Pontianak Hingga Angkasa

Mengemas Makanan Tradisional khas Pontianak Secara Instant

Seiring dengan banyaknya permintaan konsumen, di tahun 2003 Ratna kemudian memberi merek ‘Rotikap Kadriyah’ untuk produk kue tradisional khas Melayu tersebut. “Rotikap Kadriyah tersedia dalam 3 rasa, original (tanpa isi), isi nenas, dan isi coklat,” ucapnya.

Selain itu, Rotikap Kadriyah juga dapat diisi dengan gula durian, dan cempedak. Ratna bercerita, pernah ada seorang konsumen dari Jakarta yang minta diisi abon sehingga Rotikap buatannya menjadi asin seperti pastel. “Padahal, selama ini semua Rotikap selalu manis. Tapi, demi kepuasan pelanggan saya turuti saja,” ujar Ratna sambil tertawa.

Dengan kisaran harga jual mulai dari Rp 1.000 dan untuk kemasan siap antar isi 20 dengan harga Rp 25.000 per paket, omzet per bulan yang mampu ia raih yakni sekitar Rp 6 juta. Kendati bisnisnya dijalankan dari rumah, akan tetapi pemasasan Rotikap Kadriah ini sudah menyebar di Pontianak, Jakarta, dan Bandung.

“Rotikap buatan saya tidak mengandung pengawet dan tahan hingga 2 minggu. Saat ini setiap hari saya bisa membuat 500 buah Rotikap dengan berbagai varian rasa,” tambah Ratna.

Kendala Merintis Usaha Hingga Dibawa ke Eropa

Bisnis RotikapSelama menjalankan bisnis kue tradisional ini, kendala yang dirasakan Ratna lebih kepada masalah pemasaran yang belum menjangkau pasar luas. Selain itu, karena belum memiliki mesin press atau cetak sendiri, terpaksa masih menggunakan staples. Di lain sisi, harga nenas yang fluktuatif juga menyebabkan sulitnya menetapkan harga jual, khususnya untuk rotikap isi nenas.

“Kadang ada pesanan dalam jumlah besar, tapi buah nenas tidak ada di pasaran karena sedang tidak musim. Di tambah lokasi rumah saya berada di dalam gang sempit dan berkelok-kelok menyebabkan orang sukar menemukannya,” ungkapnya ketika ditemui tim liputan BisnisUKM.com.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini

Tak disangka, Rotikap Kadriyah buatan Ratna sudah ‘terbang’ hingga ke Arab Saudi dan Eropa. Karena tahan lama, beberapa jamaah haji asal Pontianak pernah memesan Rotikap buatannya sewaktu hendak berangkat ke tanah suci. Selain itu, keluarga Ratna yang menikah dengan pria berkebangsaan Perancis juga membawa serta Rotikap Kadriyah ketika harus mengikuti suami ke Paris, Perancis.

Setahun terakhir, Rotikap Kadriyah mulai diikutkan pameran UKM dan mengisi stand yang diadakan di Kota Pontianak. Selain Rotikap, Ratna juga menjual Bingke seharga Rp 1.000 per buah dan dititip ke warung dekat rumahnya. Juga Tart susu seharga Rp 40.000 per cetakan. Ke depan, Ratna ingin lebih mengembangkan usahanya dan menyewa ruko untuk memudahkan konsumen menemukan tempat produksi rotikap ini.

Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri, Ratna harus memenuhi pesanan Rotikap sampai ribuan butir. “Tapi kalau menjelang Lebaran, harga jual terpaksa saya naikkan karena harus menyesuaikan dengan harga telur yang juga naik,” pungkasnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Vivi)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kalimantan Barat