Bisnis Sambal Kemasan Setelah 14 Kali Resign Dari Pekerjaan

Kenyang menekuni berbagai macam bidang pekerjaan, Raditya Wahyu Wijaksana (27) tertantang untuk menjajaki dunia barunya sebagai seorang pengusaha. Setelah 14 kali resign dari pekerjaannya, alumni Jurusan Ekonomi Manajemen UPN Surabaya ini memutuskan untuk menggandeng sang ibu tercinta, Nunik Wahyuningrum (56) untuk merintis bisnis sambal kemasan.

“Terakhir saya bekerja di Sinarmas, sebagai Account Officer selama 3 bulan. Karena merasa kurang betah dengan dunia kerja, saya memutuskan resign dan fokus memulai usaha bersama ibu saya untuk memproduksi sambal kemasan,” tutur pengusaha muda yang sebelumnya juga pernah berjualan kue moci tersebut.

Bahan baku sambal ikan wader

Mengawali usahanya pada bulan Juli 2015, Raditya mengaku mendapatkan inspirasi bisnis ini setelah melihat beberapa pemain sebelumnya sukses menekuni bisnis sambal di Surabaya dengan omzet ratusan juta rupiah setiap bulannya. “Melihat kompetitor lain banyak yang berhasil di bisnis sambal kemasan, saya tertarik mencoba bisnis ini dengan nilai tambah produk tanpa MSG dan tanpa pengawet,” ujarnya.

Dengan mengusung brand produk “Sambal Ning Nunik” yang diambil dari nama sang Ibu, Raditya melihat peluang permintaan pasar sambal kemasan di daerah Surabaya masih sangat menjanjikan. Bahkan, belakangan ini produk sambal kemasan menjadi salah satu produk oleh-oleh khas Surabaya.

“Saya menggunakan nama Ibu saya sebagai merek produk, karena beliau yang memproduksi sambal kemasan ini. Jika dibandingkan dengan produk serupa yang ada di pasaran, sambal Ning Nunik lebih gurih karena rasa ikannya lebih terasa. Selain itu kami juga memproduksi sambal ikan lele dan sambal ikan wader yang belum pernah diproduksi oleh kompetitor lainnya,” begitu ungkap Raditya.

Memanfaatkan bahan baku dari pasar tradisional, saat ini Raditya memproduksi sambal kemasan berdasarkan permintaan konsumen.“Bahan bakunya berupa cabe, ikan lele, ikan wader, ikan asin (ikan klotok) dan juga bawang merah dan bawah putih. Saya memperolehnya di pasar-pasar tradisional, dan melalui proses produksi dengan resep tradisional, sambal Ning Nunik bisa bertahan sekitar 2 – 3 bulan,” jelas anak tunggal tersebut.

Mengingat usaha ini belum lama berjalan, masih banyak kendala usaha yang sering Ia hadapi. Untuk mensiasatinya, Raditya mulai membuka jaringan pemasaran online maupun offline. Strategi pemasaran offline Ia lakukan dengan cara promosi ke orang-orang terdekat dan menitipkan produk sambal Ning Nunik di beberapa warung yang ada di sekitar rumahnya. Sedangkan untuk pemasaran online, Raditya mulai memanfaatkan situs marketplace, dan social media seperti Facebook.

“Dengan modal awal sekitar Rp 500.000,- untuk membeli bahan baku dan biaya promosi, saat ini saya bisa memproduksi sekitar 20-30 botol sambal kemasan,” terangnya. Tentu ini menjadi awal yang baik, sebab meski baru seumur jagung namun banyak konsumen yang mulai tertarik berlangganan sambal Ning Nunik. Bahkan tidak hanya membeli untuk keperluan pribadi saja, beberapa reseller juga tertarik untuk bergabung memasarkan produk sambal Ning Nunik.

Harapan kedepannya, Raditya bisa mengembangkan bisnis sambal Ning Nunik ini tidak hanya di pasar lokal namun juga bisa menjangkau pasar luar negeri. “Rencana kedepan saya akan membuka reseller online, dan semoga produk saya bisa ekspor sampai ke luar negeri. Saat ini saya juga sedang melengkapi izin PIRT agar produk ini bisa masuk ke pasar modern” ucapnya di akhir wawancara.

Tim Liputan BisnisUKM

2 Komentar

  1. Saya bingungnya kalau bisnis Sambel itu kenapa bisa awet sampai 3 bulan? Saya juga lagi menekuni bisnis sambal cuma saya bingung gmna supaya sambalnya bisa tahan lama tanpa pengawet. Saat ini saya masih jual ke org yg saya kenal.

  2. Hebat…hebat…salut..buat mas RWW, ditengah-tengah orang sibuk mencari ide bisnis yang bisa mengubah penghasilan bahkan tidak sedikit yg sampai ikut seminar, pelatihan, workshop dll yg nota bene biayanya mahal ternyata dari dapur rumah orang tua mas RWW muncul ide sangat solutif karena menurut saya cukup feasible dan marketeble. Terus kalo boleh nanya nih agar supaya produk tsbt. bisa tahan lama boleh ga saya minta resepnya untuk konsumsi keluarga biar ga bolak-balik bikin sambel..terima kasih mas RWW

Komentar ditutup.