Cari Tambahan Rupiah dari Bisnis Kerupuk Basah

Bisnis makanan kerupuk basahMenjadi seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta di Pontianak, tak menghalangi langkah Yasinta untuk mendapatkan income tambahan dengan merintis bisnis sampingan. Di waktu senggangnya, ia membuat kudapan khas Kabupaten Kapuas Hulu, yakni kerupuk basah.

Ketika disambangi tim liputan BisnisUKM.com di kediamannya beberapa waktu yang lalu, Yasinta mengaku mulai membuat kerupuk basah (dalam bahasa setempat disebut temet) sudah sejak lama, namun baru serius memproduksi dan menjualnya sejak pertengahan tahun 2015, dan mulai aktif menjual temet buatannya pada awal 2016 silam.

“Pertama kali membuat temet, saya diajari oleh adik saya yang datang dari Putussibau, ibukota Kabupaten Kapuas Hulu,” ujarnya. Dalam sehari, ia dapat membuat hingga 150 buah temet. Umumnya temet yang dibuat Yasinta ada yang dijual bebas dan ada juga yang sengaja dibuat untuk memenuhi pesanan konsumen.

Kerupuk basah KahuluYasinta menjelaskan, untuk membuat kerupuk basah ia menggunakan bahan utama dari ikan belidak. Untuk sebuah temet dari ikan belidak biasanya ia bandrol seharga Rp 20.000. sedang temet yang menggunakan ikan patin dijual seharga Rp 12.000, dan temet yang menggunakan bahan utama dari ikan tapah dijual seharga Rp 18.000 per buah. Semua Temet dijual lengkap dengan kuah sambal kacangnya. Dari bisnis sampingannya ini, omzet per bulan yang bisa Ia kantongi sekitar Rp 2 juta.

Baca Juga Artikel Ini :

Mengemas Makanan Tradisional khas Pontianak Secara Instant

Angkat Kudapan Tradisional yang Hampir Tersingkirkan

“Temet rasa Ikan Belidak memang yang paling mahal karena proses pengerjaannya paling sulit,” Yasinta menjelaskan. Tulang Ikan Belidak harus dikerik menggunakan sendok. Bahkan proses memisahkan daging ikan dari tulangnya jika sebanyak 10 kilogram, dapat menghabiskan waktu sehari penuh. Jumlah daging Belidak 10 kilogram tadi jika dijadikan Temet hanya sebanyak 4,5 kg saja.

Kendala yang dihadapi Yasinta selama ini lebih ke masalah susah mencari penjual Ikan Belidak di Pontianak . Kadang Ia harus menunggu sampai satu bulan. Ikan Belidak juga terbilang cukup mahal. Untuk berat 1 kg dihargai Rp 100.000. Jadi ikan belidak harus dipesan jauh hari sebelumnya. Untuk pembuatan temet dalam jumlah banyak, Yasinta sudah harus pesan minimal satu bulan sebelumnya..

“Pernah saya ganti dengan Ikan Tongkol, tapi ada konsumen yang alergi Tongkol dan menderita gatal-gatal setelah menyantap Temet tadi sehingga saya hentikan,” ujarnya.

Berkali-kali Gagal Membuat Temet

Makanan tradisional Kabupaten Kapuas HuluYasinta bercerita, di awal membuat temet, ia tak jarang mengalami kegagalan. “Waktu itu ada pesanan anak saya yang kuliah di Yogya, saya coba menggunakan ikan patin dan bentuknya agak lembek, tidak keras seperti biasa,” tuturnya. Yasinta menduga ada adonan yang salah.

Pernah juga saat temet di kukus, ternyata kehabisan air sehingga kerupuk basah yang dimasak ikut hangus. “Mengukus temet memakan waktu sekitar 2 jam. Saat mengukus harus senantiasa dijaga terus karena airnya tidak boleh sampai kering,” tambah Yasinta. Tidak hanya kegagalan dalam membuat temet saja yang ia alami, pernah juga ada konsumen dari daerah lain yang memesan temet buatannya dan hingga detik ini belum dibayar.

Kerupuk basah buatan Yasinta bisa tahan hingga satu bulan di dalam freezer, meskipun tidak memakai pengawet. Selama ini, Yasinta menjual Kerupuk Basah buatannya di sekitar Pontianak, Kabupaten Bengkayang,Kabupaten Sanggau hingga ke Palangkaraya, Kalimantan tengah.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini

“Saya juga melayani pesanan lewat online dari teman-teman dekat. Kemarin saya juga coba mengikuti pameran di halaman Hotel Grand Mahkota Pontianak. Selama pameran yang berlangsung dari tanggal 26-29 Mei 2016 ini, saya membuat sebanyak 300 buah temet,” kata Yasinta.

Dibantu sang ibunda dan seorang karyawan, Yasinta kini memiliki beberapa pelanggan tetap yang biasa membeli kerupuk basah buatannya minimal 10 buah sekaligus dengan rasa ikan belidak dan tidak pernah menawar.

Kedepannya, Yasinta ingin segera mengurus ijin PIRT untuk lebih memantapkan bisnisnya dan rencananya ingin mengembangkan bisnis sampingan tersebut agar dapat mempekerjakan lebih banyak lagi masyarakat di sekitar rumahnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Vivi)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kalimantan Barat