Cinta Kearifan Lokal dengan Membuat Wayang

Kusman perajin wayang di DepokWayang adalah budaya asli Indonesia yang sudah diakui eksistensinya di dunia. Cerita wayang yang memiliki pesan moral dan kaya akan kearifan lokal membuat Kusman (65) begitu mencintai wayang golek.

Dengan keahliannya mendalang dan membuat wayang golek, Kusman menjadi satu-satunya perajin wayang golek di Kota Depok. Kecintaan Kusman pada wayang golek, telah dimulai sejak kelas 5 SD saat ia masih tinggal di Bandung, Jawa Barat. Kebetulan dia bertetangga dengan dalang terkenal, Sunarya yang tak lain ayah kandung pedalang kondang, Asep Sunarya.

Baca Juga Artikel Ini :

Bisnis Kreasi Limbah Kayu Bisa Tembus Pasar Ekspor

Inovasi Kreatif Kayu Lukis Kaliurang

Hobinya menonton wayang saat dalang Sunarya pentas, membuatnya hafal betul dengan tokoh-tokoh pewayangan. Dari situlah ia diajak dalang Sunarya menjadi catrik (kenek) yang bertugas menyiapkan kebutuhan wayang yang akan dipentaskan. Sejak saat itu Ia juga mulai terbiasa mereparasi wayang yang rusak. Sebab, beberapa adegan perkelahian, terkadang membuat tangan wayang putus atau rusak.

Pada saat usia Kusman 17 tahun, barulah ia bisa membuat wayang secara utuh. Tapi, itu pun hasilnya masih kasar. Menginjak dewasa ia pun hijrah ke Jakarta dan bekerja di pusat perbelanjaan Sarinah. Kebetulan di mall pertama di Jakarta itu memiliki pusat handycraft, tetapi tak ada satu pun karyawan yang mengerti soal wayang. Kusman yang tahu soal wayang, kemudian ditunjuk mengelola bisnis kerajinan atau handycraft tersebut.

Namun, seiring perjalanan waktu pada tahun 2005 ia mengajukan pensiun dini. Padahal, seharusnya ia pensiun baru pada tahun 2008. Sebelum pensiun, sebenarnya ia sudah mulai dikenal sebagai perajin wayang. Bahkan, di tahun 2001 ia sudah bisa mengantongi penghasilan dari wayang sebesar Rp 4 juta sebulan. Ketenarannya sebagai pembuat wayang juga mengantarkannya bertemu dengan Presiden Megawati dan Guruh Soekarno Putra di Istana Presiden.

“Nama saya melejit waktu Walikota Depok masih dijabat Badrul Kamal. Saat itu, saya juga sering diajak pameran ke sejumlah tempat. Makanya saya juga bisa ketemu sama Ibu Mega,” katanya saat ditemui BisnisUKM.com di rumahnya, Kawasan Sugu Tamu, Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok, Kamis (14/5).

Modal Kecil, Untung Besar

Dari hobi pewayangan kini Kusman memproduksi wayang golekUntuk membuat wayang diperlukan ketelitian, karena salah sedikit bisa tidak mirip dengan tokoh pewayangan yang ada. Kerajinan membuat wayang juga memiliki potensi keuntungan yang besar. Tapi, keuntungan tersebut bukanlah tujuan utamanya. Baginya bisa melestarikan budaya asli Indonesia hingga akhir hayat adalah kebahagiaan yang tidak ternilai harganya.

“Dengan wayang kita juga banyak belajar nilai-nilai luhur bangsa kita. Banyak cerita wayang yang mengajarkan tentang kejujuran, keberanian dan cinta kasih terhadap sesama,” ujarnya.

Diakuinya, pembuatan wayang cukup memiliki potensi ekonomi yang menggiurkan. Wayang ukuran 30 cm saja modalnya hanya Rp 7.500 dan setelah jadi ia jual seharga Rp 30.000. Sedangkan untuk wayang besar ukuran 75 cm hanya butuh modal 60.000, dan setelah jadi dijualnya Rp 350.000.

Dalam pembuatan wayang, Kusman dibantu 5 pekerja tidak tetap. Dalam sehari, 5 pekerjanya bisa menyelesaikan pembuatan 50 wayang dengan berbagai ukuran dan model. Biasanya tokoh wayang yang dibuat adalah tokoh-tokoh dalam cerita Ramayana dan Mahabharata yang memang sudah dikenal masyarakat. Semua pembuatan wayang itu dilakukan di Purwakarta, sedangkan untuk finishing baru dilakukan di Depok.

“Finishing seperti pengecatan dan pembuatan baju wayang dilakukan di Depok. Tidak semua pegawai bisa melakukan pekerjaan itu. Kalau bahan wayangnya kita pakai kayu pule, beli satu kubik Rp 500 ribu. Kayu mahoni dan randu juga bisa. Tapi, kayu randu agak keras, dan lebih cocok untuk buat topeng,” jelasnya.

Menurutnya, tidak semua kayu bisa digunakan untuk membuat wayang. Sebab, terlalu lunak juga akan mudah pecah dan cepat dimakan rayap. Agar lebih tahan lama, biasanya ia merendam kayu pule selama dua hari dua malam dengan minyak tanah.

Wayang Kerap Dibeli Turis Mancanegara

Bisnis kerajinan wayang golekWayang karya Kusman cukup diminati turis asing. Posisi Depok yang bertetangga dengan Jakarta, membuat para turis gampang membelinya tanpa harus ke Bandung atau Puncak. Biasanya, wayang itu dibeli oleh turis dari Australia, Belanda, Perancis, Italia, dan Amerika.

“Orang Belanda paling senang dengan wayang, mungkin karena nenek moyang mereka lama tinggal di Indonesia. Tapi, biasanya yang datang ke sini sopir travelnya. Dia yang belikan untuk para turis tersebut,” ucapnya.

Kusman juga pernah merasakan usahanya rugi. Saat itu, tahun 2004 ia ikut pameran di Puncak. Tapi, karena wayangnya dititipkan ke pihak kedua, akhirnya tak jelas rimbanya. Begitu pun uang hasil pameran tidak jelas siapa yang mengambil. Akibatnya, ia pun merugi hingga Rp 7 juta.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?

Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.

Klik Disini

Selain pernah rugi, Kusman juga mengalami kendala dalam pemasaran dan permodalan. Ia mengaku, tahun 2003 sempat mendapatkan pinjaman modal dari bank sebesar Rp 17 juta, tapi saat itu memakai jaminan rumah pribadi. Untungnya, saat itu dia bisa melunasi pinjaman tersebut.

Menurutnya, selain memberikan pinjaman seharusnya bank juga memfasilitasi perajin untuk memasarkan produk. Dengan begitu, perajin tidak perlu susah lagi memasarkan produknya. Jika itu dilakukan oleh bank, perajin juga akan lebih mudah melunasi pinjaman dari bank.

Saat ini, untuk memfasilitasi perajin UKM, sebenarnya ia bisa berjualan di ITC secara gratis. Namun, itu tidak ia teruskan, karena perlu dijaga setiap waktu. Sedangkan, usianya sendiri sudah tidak memungkinkan untuk menjaganya.

“Saya nunggu pembeli di rumah saja, di sini bisa sambil istirahat. Paling kalau lagi iseng saya jual di pasar kaget Jalan Merdeka tiap hari Minggu. Lumayan, tidak sampai setengah hari bisa laku hingga Rp 500 ribu,” tandasnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Dunih)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Depok