Coba Kenalkan Budaya Jawa, Herumanto Jadi Juragan Mainan Edukasi

Herumanto mengajak anaknya praktek-mainan edukasi cil-cil craft
Herumanto selalu mengajak anaknya ke toko untuk mempraktekkan sendiri edukasi menggunakan produk mainan Cil-Cil Craft.

SOLO, JAWA TENGAHPaparan teknologi yang terjadi dalam satu dekade ini seolah membuat anak-anak jauh dari pelajaran budaya. Padahal budaya sangat penting dalam membangun karakter anak. Berawal dari kekhawatiran itu, Herumanto Muktiyono pun mantap menjalankan usaha mainan edukasi berbasis budaya sejak 2007 silam.

Pengenalan budaya khususnya Jawa, selalu ditegaskan Herumanto dalam berbagai produk usaha yang ia beri nama Cil-Cil Craft tersebut. Misalnya puzzle dengan gambar karakter wayang, Herumanto selalu menuliskan sifat tokoh dan cerita pewayangan agar orang tua dapat mengajari anak mereka pada saat bermain. Bimbingan orang tua bagi Herumanto tetap menjadi poin yang utama.

Selain puzzle, ada pula mainan kognitif lain yang bertema budaya Jawa seperti mainan tempel bermotif batik, miniatur wayang, dan masih banyak lainnya. “Budaya Jawa mengajarkan banyak sekali hal positif. Sayang sekali kalau sampai anak-anak kehilangan itu, kehilangan akar rumpun mereka,” ungkap Herumanto saat ditemui di toko Cil-Cil Craft, di Jalan Kapten Mulyadi, Sudiroprajan, Jebres, Solo.

Herumanto tahu benar bahwa untuk mengedukasi anak mengenai budaya, anak harus dibuat tertarik dulu dengan mainan. Untuk itu, sampai sekarang Herumanto cenderung menyematkan berbagai warna cerah yang disukai anak-anak. Herumanto juga memperbanyak variasi mainan Cil-Cil Craft yang bila dihitung, sampai saat ini sudah ada seribu lebih jenis mainan edukasi bertema budaya yang dibuat Herumanto.

Pentingnya Perhatian Orang Tua

Berbagai permainan edukasi bergambar wayang
Berbagai permainan bergambar wayang diletakkan rapi di rak agar menarik minat anak-anak dan orang tua mereka.

Tak hanya mengajarkan budaya sebagai landasan karakter pribadi si anak, Herumanto juga memperhatikan keseimbangan kecerdasan multiple mereka. Karenanya tak hanya kecerdasan otak kanan yang ditekankan tetapi juga otak kiri. Artinya anak tak hanya butuh peka secara perasaan tetapi juga cerdas secara logika.

Baca Juga Artikel Ini :

Merintis Usaha Mainan Anak dari Barang Bekas Hanya Bermodal Kreativitas

Jual Mainan Tradisional Meski Semakin Tergerus Zaman

Penyematan nuansa budaya dan etnik seperti tokoh wayang, batik, dan lainnya mampu merangsang imajinasi dan mengembangkan karakter anak sesuai nilai-nilai dalam budaya. Itulah kecerdasan otak kanan. Untuk menyeimbangkannya, Herumanto memilih membuat mainan seperti balok susun dan puzzle agar dapat membantu anak berpikir runtut dan sistematis dimana pada saat itu otak kiri mereka diasah. Herumanto mengaku dua kecerdasan tersebut harus tumbuh beringingan dalam diri si anak.

Anak-anak juga dapat menemukan replika gamelan
Anak-anak juga dapat menemukan replika gamelan yang dapat dimainkan.

Herumanto juga menambahkan satu hal lagi yang dibutuhkan yakni perhatian penuh dari orang tua. Baik mainan itu mencerdaskan otak kiri atau kanan tak akan ada gunanya tanpa perhatian penuh dari orang tua. “Kami punya sarana mainannya, tinggal pengarahannya. Untuk itu anak-anak berhak didampingi oleh orang-orang terdekat yaitu orang tua mereka,” ungkap Bapak satu anak tersebut, Kamis (29/12/2016).

Bagi Herumanto, orang tua wajib tahu mainan yang sesuai dengan usia anak. Ia menjelaskan untuk anak usia enam bulan sebaiknya diberi mainan yang digantung dan mengeluarkan suara. Kemudian anak 10 hingga 12 bulan bagus bila diberi mainan susun atau dorong. Sedangkan anak dua sampai lima tahun diberi mainan simulasi seperti puzzle atau kitchen set.

Niat Mengedukasi Anak

Pelanggan dapat menemukan berbagai landmark kota Solo
Pelanggan dapat menemukan berbagai landmark Kota Solo dalam ukuran yang lebih kecil. Hal tersebut untuk mengenalkan sejarah Kota Solo kepada anak-anak.

Meski tak selalu mendapat tanggapan positif dari pasar, Herumanto tetap yakin mampu mengembangkan Cil-Cil Craft. Pasalnya sejumlah produsen mainan edukasi saat ini sudah gulung tikar apalagi yang mengajarkan tentang budaya. Misal pun ada saat ini pasar mainan dikuasai produk asing paling banyak dari Tiongkok.

Tak seperti produksi Herumanto, mainan dari luar jauh dari akar budaya Jawa. Herumanto mengaku kalah soal hitung-hitungan namun ia yakin akan menang pada poin pengembangan anak. Saat ini dalam sebulan Herumanto mampu membuat dan menjual ratusan mainan dengan berbagai jenis dan ukuran. “Saya sama istri sepakat mengedukasi anak lebih dulu, omzet belakangan,” jawab Herumanto tersenyum ketika ditanya soal omzet.

Sementara untuk mendongkrak pemasaran, Herumanto membuat lapak online Cil-Cil Craft melalui website resmi dan jejaring media sosial. Harapannya masyarakat semakin sadar pentingnya pengetahuan budaya, nilai, dan norma sebagai landasan perkembangan pribadi anak.

Tim Liputan BisnisUKM
(Rizki B.P)

Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Solo Raya