Dibalik Kesuksesan Cake Pisang Nayla

Kegigihan dan keuletan menjadi kunci bagi seorang Murzalin Zais (29) dalam mengarungi perjalanan hidupnya menjadi seorang pengusaha. Keluar masuk pasar (tradisional) di Yogyakarta demi memasarkan produk jajanan pasar dilakoni pria asli Palembang tersebut demi meniti pengalaman serta menyambung hidupnya di perantauan.

Pasar Kotagede, Pasar Demangan, Pasar Sentul, dan Pasar Lempuyangan menjadi saksi ketekunan Zais ketika itu dalam merintis mimpinya menjadi pengusaha. Setiap hari, Zais menyisihkan waktu di tengah kesibukan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta untuk menyuplai aneka produk jajanan pasar kepada para pedagang langganannya.

Murzalin Zais

Tidak ada rasa canggung atau malu bagi Zais kala itu meskipun harus bergelut dengan peluhnya kesibukan pasar tradisional yang didominasi kaum hawa. Pendapatan yang terkadang tidak menentu pantang menyurutkan Zais untuk tetap berjuang demi memuluskan niatnya menjadi seorang pengusaha yang suskes. “Yang saya peroleh ketika itu adalah pengalaman dagang yang sangat positif, terlebih adanya beberapa masalah yang terkadang menyertai justru memperkuat mental saya untuk serius menekuni bidang tersebut,” jelasnya kepada tim liputan bisnisUKM.

Sadar akan potensi besar usaha yang dia geluti ketika itu, Zais kemudian berinisiatif mendirikan sebuah outlet (makanan) yang menyediakan berbagai jenis cake basah. “Membangun outlet memang menjadi pilihan saya ketika itu, karena ‘blusukan’ ke pasar tradisional dengan sistem konsinyasi (titip) sulit untuk berkembang. Di samping itu mereka (pedagang) juga minta produk tanpa merk, jadi susah untuk membangun kekuatan brand,” terangnya. Tahun 2010 secara perlahan Zais mulai mengembangkan outlet miliknya yang berada di pinggiran kota Jogja ini dengan menggunakan brand ME.

Meskipun tidak memiliki background sebagai seorang chef atau koki masak, bukan merupakan halangan berarti bagi Azis ketika itu. “Yang saya lihat di sini adalah trend pasar, dimana pasar kuliner dalam hal ini cake cukup diminati masyarakat dan masih sangat besar peluangnya, alhasil tahap demi saya belajar secara otodidak bagaimana menciptakan sebuah kreasi cake yang enak, mengkombinasikan bahan baku, mengatur takaran bahan baku, dll sampai saya yakin bahwa produk tersebut layak untuk dijual,” imbuhnya.

Produk Nayla Cake PisangKendati sudah memiliki outlet yang representatif, Zais ternyata tidak serta merta menghentikan suplai produk makanan ke pedagang langganannya di pasar-pasar tradisional. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan para pedagang yang notabene sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri. “Saya tidak mau kalau harus memutus hubungan dengan para pedagang yang ada di pasar tradisional itu, karena dari mereka pulalah saya bisa memperoleh relasi yang mendukung perkembangan usaha saya,” jelasnya.

Setelah berjalan kurang lebih 2 tahun berjalan dengan brand ME, Zais memutuskan kembali merubah orientasi bisnisnya. Hal demikian dilakukan karena ternyata ‘bermain’ di cake basah peluangnya semakin kecil. “Saya berfikir keras ketika itu kira-kira bisnis apa yang bisa dikembangkan tetapi benar-benar produk yang orisinil, idealisme saya muncul ketika dalam benak pikiran saya ingin menciptakan produk baru yang lain dari yang lain,” lanjur suami dari Ervina Oktariza (29) tersebut. Alhasil setelah melalui trial & error yang dia jalani, Zais mantap untuk mengangkat cake pisang sebagai produk andalan bisnisnya. “Kenapa pisang? Karena saya mencari olahan yang betul betul orisinil, baik bahan baku maupun variasi produknya,” imbuhya.

Awal Mula Merintis Bisnis Cake Pisang Nayla

Tanggal 30 Maret 2013 menjadi awal mula Zais ‘memproklamasikan’ Cake Pisang Nayla sebagai usaha baru yang ditekuninya. Tidak sembarang memang karena pisang sendiri belum banyak diproduksi sebagai sebuah cake yang lezat dan bernilai jual tinggi. “Kalau untuk referensi produk dan usaha pasti ada, tetapi kami mengembangkan ini dengan karakter dan ciri khas kami sendiri,” terangnya. Berbahan baku pisang ambon, cake pisang Nayla  kini memiliki berbagai varian rasa yang istimewa, seperti rasa original, rasa pandan, blueberi, strawberi, vanilla, marbel, keju, dll. Masing-masing varian memiliki kekuatan rasa yang bikin ketagihan bagi peminatnya.

cake pisang NaylaRespon positif dari masyarakat terkait produk Nayla ‘memaksa’ Zais untuk mendirikan outlet baru yang berlokasi di jantung kota Yogyakarta. Dengan outlet barunya tersebut, Zais kini bisa melayani pesanan yang datang baik secara online maupun offline. “Untuk outlet ini (yang baru) memang saya fokuskan sebagai workshop atau lokasi pemasaran, karena untuk proses produksi masih terpusat di outlet lama” jelas Zais. Kini dibantu 6 orang karyawannya, Zais perlahan mewujudkan mimpinya menjadi seorang pengusaha sukses yang tidak hanya berhasil untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain yang ada di lingkungannya.

“Hampir setiap hari kami juga membagikan beberapa cake pisang untuk anak-anak panti asuhan yang ada di sekitar sini, kami berharap mereka juga bisa menikmati cake pisang kreasi kami,” lanjut ayah dua orang putri tersebut. Ke depan Zais berharap kreasi cake pisangnya bisa dikenal sebagai salah satu olahan dan oleh-oleh khas Jogja yang tidak hanya lezat tetapi mengandung nila gizi yang tinggi.

Tim liputan bisnisUKM