Dosen UGM Ini Sukses Mengangkat Salak Sleman Masuk Pasar Modern

Ibnu Hajar marketing dan pemasaran Pramina Sari Buah Salak
Ibnu Hajar marketing dan pemasaran Pramina Sari Buah Salak.

Yogyakarta – Kabupaten Sleman yang berada di bagian utara wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikenal sebagai daerah penghasil buah salak, terutama di kawasan jalan Tempel – Turi. Tak heran jika di sepanjang jalan yang menghubungkan kedua kecamatan di kaki gunung Merapi tersebut banyak ditemui penjual salak. Karena di kedua kecamatan tersebutlah pusat perkebunan salak, terutama salak pondoh yang tersohor manis.

Rasanya yang manis, menjadikan salak pondoh buah tangan favorit para pelancong. Jadi kurang lengkap rasanya jika berkunjung ke Yogyakarta atau Sleman tanpa membeli buah dengan kulit bersisik itu.

Selain enak dikonsumsi langsung sebagai buah segar, juga bisa diolah menjadi keripik, dodol, dan sirup. Kini untuk menciptakan sensasi berbeda, salak pondoh juga dijadikan bahan baku minuman sari buah salak yang nikmat dan segar. Seperti yang dilakukan salah satu warga Jogja Muhammad Khaq yang juga sebagai dosen Fakultas Pertanian UGM membuat olahan salak menjadi minuman segar dan cocok sebagai oleh-oleh khas Sleman.

Tingkatkan Nilai Jual Salak Melalui Minuman Sari Buah

Pramina jadi oleh-oleh andalan khas Sleman
Pramina diproduksi dari salak pondoh yang matang pohon. Setelah dikupas dan dicuci bersih, kemudian di rebus dan diolah dengan gula pasir murni.

Memulai usahanya sejak dua tahun lalu, bertujuan meningkatkan nilai jual salak pondoh, membantu petani salak serta membangun image baru oleh-oleh khas Jogja. Muhammad Khaq kemudian membangun usaha ”Pramina Sari Buah Salak” yang mempekerjakan ibu-ibu Aisiyah. Nama Pramina tersebut juga diambil dari kependekan Pimpinan Ranting Aisiyah Minomartani.

”Kami produksinya memang memberdayakan para ibu-ibu rumah tangga, dan yang tergabung dalam ibu-ibu Aisiyah,” kata Ibnu Hajar marketing dan pemasaran Pramina Sari Buah Salak.

Produksi yang dilakukan di Minomartani Jl Muajer, Ngaglik, Sleman ini menggunakan salak yang matang pohon. Setelah dikupas dan dicuci bersih, kemudian di rebus dan diolah dengan gula pasir murni. Hal itulah yang menjadi unggulan sari buah salak Pramina yang tidak menggunakan pengawet kimia.

Masih Mengandalkan Pemasaran Offline

Pramina sari buah salak asli sleman
Nama Pramina diambil dari kependekan Pimpinan Ranting Aisiyah Minomartani.

Ibnu melanjutkan, dalam melakukan pemasaran pihaknya hanya melakukan promosi offline. Yaitu penawaran ke berbagai swalayan dan toko oleh-oleh di Yogyakarta. Namun, di awal perjalanan Ibnu masih menemukan kendala karena ternyata di pasaran banyak produk serupa. Sehingga tidak semua toko berhasil diajak kerjasama.

Setelah ada izin Dinas Kesehatan P-IRT, produknya mulai diterima swalayan besar dan pusat oleh-oleh di Yogyakarta. Meski begitu, Ibnu tetap gencar melakukan pemasaran dengan sering ikut pameran, dan masuk ke komunitas atau organisasi untuk memperkenalkan serta menawarkan keunggulan produknya. Ibnu mengakui cara tersebut sangat efektif meningkatkan penjualan.

Alhamdulillah, dengan kemasan yang lebih menarik dan izin Dinkes P-IRT sekarang bisa kami rutin nyetok produk ke 3 swalayan dan 3 pusat oleh-oleh yang cukup besar di Jogja,” ungkap mantan driver sebuah bank syariah ini.

Kemasan Baru, Bisnis Sari Buah Salak Pramina Merajai Pasar

Pramina sari buah salak mengeluarkan kemasan botol
Setelah browsing, terpilihlah kemasan botol yang berbentuk unik. Dan ternyata cukup berpengaruh terhadap daya tarik konsumen.

Belum lama ini Pramina Sari Buah Salak mengeluarkan kemasan baru yaitu berupa botol kecil yang praktis dibawa kemana saja. Kemasan yang unik dan lucu, ternyata lebih membuat orang tertarik membeli. Disaat pameran kemasan botol itulah yang paling banyak diminati. Selain menggunakan bahan baku pilihan dan didukung dengan kemasan menarik, tak heran Pramina mulai merajai pasar dengan minuman sari buah salaknya.

”Kemasan cup kecil sekali minum dan botol itu juga masukan dari pada konsumen. Saya yang hampir setiap hari di lapangan juga memperhatikan kemasan minuman lain, dan mendapat masukan. Jadi coba di-combain bentuk yang sesuai, browsing dan terpilihlah botol yang berbentuk unik ini. Dan ternyata cukup berpengaruh terhadap daya tarik,” jelas ayah satu putra ini.

Ibnu mengatakan, biasanya untuk pusat oleh-oleh lebih meminta kemasan hemat yaitu satu kardus isi 6 cup yang dihargai Rp 13 ribu. Untuk kardus isi 24 cup dihargai Rp 35 ribu. Dan kemasan botol dihargai Rp 7 ribu. Di rumahnya barat taman parkir Ngabean, Ibnu juga menjadi distributor Pramina, yang per bulan mampu meraup omzet Rp 2 jutaan.

Minuman yang lebih enak diminum dingin ini juga telah merambah ke Semarang dan Magelang, serta sedang menjelajah ke daerah Kulon Progo, Yogyakarta.

”Produk yang meyakinkan dan adanya PIRT usaha membantu sekali terutama untuk masuk di Supermarket. Tentunya kita meyakinkan produk yang sesuai. Tetap konsisten jaga kualitas, misal tidak menggunakan pemanis buatan. Memperluas link atau gabung komunitas dan sering ikut even jadi cara yang efektif untuk meningkatkan penjualan,” paparnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Titis A. W)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Yogyakarta