Empat Sekawan Ini Sukses Membuat Kue Cubit Kembali Bangkit

Berawal dari sebuah kelompok yang terbentuk karena tugas kuliah dari dosen, Duhita Ayu Widyaningratri (22), Fadhila Akbar (22), Fahda Windriana (22), dan Putrika Marga (22) tak pernah menyangka mereka bisa sukses membangkitkan makanan tradisional kue cubit dari tugas kuliah yang pernah mereka kerjakan.

 

EMPAT SEKAWAN SUKSES MEMBUAT KUE CUBIT KEMBALI BANGKIT

“Kita awalnya dapat tugas mata kuliah kewirausahaan dari Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM. Mata kuliah tersebut menugaskan kita untuk menjualkan produk makanan dengan inovasi yang baru. Nah, saat itu baru ada satu kue cubit di Jogja, dan hanya ada satu rasa yaitu original,” ucap Duhita.

Baca Juga Artikel Ini :

Legitnya Laba Bisnis Makanan Kue Bolu Tape

Bisnis Sampingan Kue Kering yang Berawal Dari Hobi

Dari situ, Duhita bersama ketiga temannya mulai tertarik untuk membuat inovasi kue cubit dengan berbagai macam pilihan rasa. “Awal mula sekitar bulan Desember 2014, dan pertama kali berjualan di Sunmor UGM,” kenang pengusaha muda ini. Diluar perkiraan mereka, ternyata kue cubit yang diberi nama Cute Bite ini mendapatkan respon yang sangat baik ketika diperkenalkan di Sunmor UGM.

Tak hanya kepuasaan pelanggan yang mereka dapatkan, setelah rutin berjualan setiap minggu di Sunmor UGM, banyak pelanggan yang mulai bertanya dimana alamat kedai Cute Bite. Tanpa melewatkan peluang pasar yang sangat bagus, keempat sekawan ini mulai serius menekuni bisnis kuliner kue cubit dan membangun gerai kecil yang letaknya masih berada di sekitar Kampus UGM.

Bisnis kue cubitDitanya mengenai alasannya memilih kue cubit, Duhita yang ditemui tim liputan BisnisUKM.com pada Jumat (21/8) yang lalu menuturkan bahwa ide awal tersebut muncul karena di Yogyakarta sendiri belum banyak pemain yang memasarkan kue cubit. “Awalnya kita hanya ada tiga rasa, yaitu original, taro, dan yang ketiga rasa taro. Itu saja kami buat resepnya dalam waktu seminggu karena sesuai dengan deadline tugas kuliah kewirausahaan saat itu,” tuturnya.

Mulai Yakin Setelah Mengikuti Pameran

Ketika masih berjualan di Sunmor UGM, suatu hari keempat mahasiswi ini mendapatkan tawaran menarik untuk mengikuti pameran gratis di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Tentu sebagai pemula mereka cukup kaget dan bangga karena bisnis sampingan yang dijalankan di sela-sela jam kuliah bisa mendapatkan respon yang positif dari masyarakat.

“Ada perusahaan swasta yang mengadakan pameran di Ambarukmo Plaza, dan saat itu kita diundang untuk mengikuti pameran free di atriumnya. Dari situ kita mulai yakin bahwa usaha ini memang layak untuk diseriusi,” begitu tukas Duhita.

Mengingat bisnis kuliner ini berawal dari tugas kuliah, untuk modal usaha sendiri bisa dikatakan cukup murah yakni sekitar Rp 500.000,00 untuk membeli kompor dan selebihnya berbekal modal trial and error untuk membuat adonan kue cubit yang pas. “Karena ini dari tugas kuliah, jadi semuanya mengalir begitu saja sambil jalan kita perbaiki resep kue cubit sampai akhirnya mendapatkan cita rasa yang pas di lidah konsumen,” imbuhnya.

Pintar-pintar Membagi Waktu Kuliah dan Bisnis

Kesibukan kuliah tak menghalangi langkah keempat mahasiswi UGM ini untuk bisa tetap eksis menjalankan usahanya di sela-sela padatnya jadwal perkuliahan. Padahal, di awal-awal merintis usaha ada beberapa diantara mereka yang sedang sibuk menyusun skripsi tugas akhir. Namun dengan pembagian waktu yang baik, bisnis sampingan yang mereka jalankan tidak sampai mengganggu studi mereka bahkan mendatangkan keuntungan yang cukup besar setiap bulannya.

“Kendalanya saat itu karena kita masih kuliah, jadi kita membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa membuka gerai Cute Bite. Untuk mensiasatinya, kami mengatur waktu dan membuat deadline untuk diri sendiri agar tidak mengganggu kuliah masing-masing,” ungkap Duhita.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?

Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.

Klik Disini

Selama menjalankan bisnis bersama, keempat pengusaha muda ini selalu kompak membagi tugas dan peran masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. “Kita punya jobdesc sendiri-sendiri, misalnya marketing, keuangan dan marketing, tapi kita juga ada sistem rotasi agar setiap orang bisa menguasai semua keahlian. Seminggu sekali kita berempat selalu berdiskusi, kita membuat visi misi, dan melakukan evaluasi secara rutin,” tuturnya.

Booming Melalui Promosi Instagram

Antrian konsumen Cute Bite kue cubitSejak memutuskan merintis bisnis kuliner kue cubit, Duhita bersama teman-temannya lebih memilih instagram untuk mempromosikan usahanya. “Setelah kepikiran membuat Cute Bite ini, kita langsung membuat instagram. Disana kita upload foto-foto kue cubit dan mencantumkan alamat instagram kita di setiap kemasan kue cubit,” jelas Duhita kepada tim Liputan BisnisUKM.com.

Ternyata imbasnya cukup besar, jumlah follower instagram Cute Bite semakin ramai dan perkembangan bisnisnya pun mulai terlihat. Dari yang awalnya hanya memproduksi sekitar 3 – 4 kilogram adonan kue cubit, setelah dipromosikan melalui social media kini kapasitas produksinya semakin melonjak yakni sekitar 12 kilogram adonan setiap harinya.

Dengan komitmen bersama, Duhita bersama ketiga temannya berharap bisnis kue cubit ini tidak hanya menjadi bisnis sampingan saja namun juga bisa berkembang pesat hingga membuka beberapa cabang baru di lokasi lain.

Tim Liputan BisnisUKM