Gempa Jogja Memaksa Erry Memilih Bisnis Kaos Sablon

Musibah gempa bumi yang melanda Kota Yogyakarta pada tahun 2006 silam, agaknya tak pernah lepas dari ingatan Erry (36) yang terpaksa banting stir ke bisnis kaos sablon setelah bisnis sebelumnya (produksi cover ban) hancur diterjang gempa.

“Awalnya saya tidak pernah berpikir untuk menekuni bisnis kaos, karena saya dulu orang otomotif jadi saya larinya membuat cover ban. Setelah 2006 ternyata ada kejadian gempa, semua penjualan cover ban saya kacau, ” cerita Erry ketika ditemui di workshopnya beberapa hari yang lalu.

Semua uang yang Ia keluarkan untuk bisnis cover ban tidak balik modal, bahkan Ia terpaksa harus menutup usahanya karena omzet yang didapatkannya saat itu tak bisa menutupi semua biaya operasional yang dikeluarkan. “Disinilah saya mulai mendapat ide untuk membuat bisnis sablon kaos karena penjualan kaos lebih gampang dan untuk mencari orderan juga lebih gampang,” ujar sarjana manajemen UGM tersebut.

Apalagi peralatan yang dibutuhkan untuk bisnis kaos sablon juga hampir sama dengan produksi cover ban, cuma perbedaan di proses jahit. Dengan memanfaatkan aset peralatan yang masih tersisa dari bisnis sebelumnya, Erry mulai memproduksi kaos sablon dan menerima orderan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. “Disini bisa dikatakan Sevenslot adalah pabrik kaos. Kita tidak jualan kaos, jadi kita cuma produksi saja,” jelas Erry.

Kepada tim liputan BisnisUKM.com, Erry tak sungkan bercerita bahwa dulu awalnya Ia hanya menerima pesanan dari teman-teman. Lucunya, orderan pertama kali yang Ia terima adalah pesanan kaos dari persatuan kuli bangunan, karena saat itu samping rumahnya dibuat kontraktor dan mereka memesan kaos ke Sevenslot. “Sampai sekarang saya masih punya kaos itu,” tuturnya sembari tertawa lepas.

Belajar Produksi Kaos Sablon Sampai ke Bandung

Sadar akan minimnya pengetahuan di bidang fashion, khususnya kaos sablon, di awal tahun 2007 Erry bersama beberapa tim Sevenslot memberanikan diri belajar langsung ke Bandung untuk mengetahui proses produksi kaos distro di Bandung. “Saya modal muka tebel, tanya ke vendor yang ada di Bandung bagaimana caranya buat produk sebagus ini,” ujarnya.

Kalau untuk kesulitan, karena di bisnis kaos sablon ada banyak teman yang Erry kenal, pengusaha sukses ini sejak awal merintis usaha memang sering berbagi pengalaman dengan sesama pemain. “Jika ada yang kesulitan produksi, kami coba tawarkan bagaimana kalau produksi di tempat kami. Akhirnya teman-teman juga coba order satu dua pcs kemudian puas dan mulai repeat order produksi di kami,” tambahnya. Lelaki asli Jogja ini juga mengatakan persaingan saat ini lebih sulit daripada dulu, karena sekarang tingkat persaingan antar pemain lebih tinggi.

Pilih Jalur Online dan Kuasai Pasar Kaos Sablon

Memasuki tahun 2009, tepatnya di bulan april Erry mulai lauching vendor kaos sablonnya di media online. “Saat itu saya mencobanya di kaskus, disitu ada tiga empat vendor yang ada di Jogja dan saya lihat untuk masalah harga kita masih bisa masuk karena harga yang mereka tawarkan masih lebih tinggi,” terang Erry.

Benar saja, strategi promosi online yang Ia jalankan berhasil menarik minat para pelanggan di dunia maya. “Jadi ketika kita masuk dengan harga yang lebih miring dibanding yang lain, banyak customer yang lari ke kita,” ucap ayah satu anak ini dengan bangga. Tak mau melewatkan peluang tersebut, Erry pun semakin aktif memanfaatkan seluruh situs jual beli online dan sosial media untuk menggenjot penjualan produk.

Dengan bantuan 20 orang tim yang Ia miliki, sedikitnya Sevenslot bisa memproduksi 200 kaos/ hari dengan jangkauan pasar ke seluruh Indonesia dan beberapa negara tetangga. “Belum lama ini kami juga mengirimkan kaos ke Timor Leste,” kata Erry.

Bagi rekan-rekan yang ingin mengikuti jejaknya terjun di bisnis kaos sablon, Erry berpesan yang terpenting perhatikan tanggal deadline, utamakan kualitas barang, dan yang ketiga baru menentukan harga. “Karena di bisnis vendor seperti ini yang tidak bisa kebeli adalah waktu. Misal kita produksi untuk clothing line, pasti mereka ada jadwal launching, ada jadwal penjualan, jadwal pameran, jadi yang utama adalah waktu,” pungkasnya.

Tim Liputan BisnisUKM