Hasilkan Pundi Rupiah Hanya Berawal Dari Tugas Kuliah

Di tengah padatnya jadwal kuliah yang Ia jalani setiap hari, Ayu Mulianti (21) yang akrab dipanggil Ayu ini ternyata masih bisa membagi waktu dan pikirannya untuk menyelesaikan pendidikan sembari merintis bisnis sampingan.

hasilkan-pundi-rupiah-hanya-berawal-dari-tugas-kuliah

Ditemui tim liputan BisnisUKM.com di kediamannya beberapa hari yang lalu, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menuturkan bahwa awalnya Ia merintis bisnis sampingan karena terpaksa. “Mulanya kami merintis bisnis ini bisa dikatakan kita belum niat bisnis, karena kami masih mahasiswa dan awalnya hanya untuk tugas kuliah jadi bisa dikatakan karena terpaksa,” tuturnya.

Baca Juga Artikel Ini :

Sukses di Bisnis Sampingan Tanpa Meninggalkan Bangku Perkuliahan

Memupuk Kesuksesan Dari Bisnis Sofa Beanbag

Saat itu kebetulan di tahun 2014 Ayu bersama teman-temannya mengikuti salah satu program Dikti yaitu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang ada di kampusnya. Ia bersama ketiga temannya mengangkat bisnis kursi malas atau bean bag dan ternyata proposal bisnis yang mereka ajukan diterima oleh penyelenggara PKM. Dari situ Ia mendapatkan kucuran dana hibah sekitar Rp 11 juta untuk modal usaha.

“Kami ikut disitu dan kami mengangkat bean bag kemudian mendapat bantuan biaya dari Dikti. Karena waktu itu kita masih asal-asalan belum niat jualan, jadi kami hanya sekedar posting dan hanya menjalankannya sekedar formalitas untuk menunjukkan aktivitas bisnis bean bag ini,” ujar pengusaha muda dari Sumbawa tersebut.

Inspirasi Bisnis Dari Hobi Bermalas-malasan

Bisnis Bean BagKetika ditanya dari mana ide bisnis bean bag ini Ia dapatkan, Ayu bercerita bahwa awalnya Ia bersama teman kuliahnya tak sengaja melihat sofa unik ini di American Corner UMY. “Banyak yang bilang ide bisa datang dari hobi kita. Dan kebetulan kita mahasiswa yang lebih senang main-main, malas-malasan, suatu hari kita pergi ke American Corner UMY, disitu ada kursi malas yang sama persis dengan produk kita saat ini. Dan setelah kita cari tahu ternyata namanya bean bag,” begitu ceritanya.

Penasaran dengan keunikan bean bag yang Ia lihat, Ayu pun mencoba mencarinya di Jogja dan ternyata produk tersebut belum banyak beredar di pasaran, kecuali di mall dan kisaran harganya juga cukup mahal yakni sekitar lebih dari Rp 1 juta. Dari situlah Ayu berpikir, kenapa tidak Ia mencoba buat inovasi seperti itu dengan harga jual yang lebih terjangkau.

Setelah enam bulan mengikuti program PKM, Ayu mulai serius menekuni bisnis bean bag dan langkah ini Ia buktikan dengan mengubah brand produknya dari Lolly Bean Bag menjadi Berrybeanbag. “Kita pikir awalnya tidak ada orang yang bakal tertarik bean bag. Ternyata ada satu konsumen dari Medan yang minat dan dia juga rela bayar mahal untuk ongkir, dari situ satu per satu konsumen mulai berdatangan dan kami serius untuk produksi massal bean bag,” jelasnya.

Ukuran Besar Menjadi Kendala Produksi dan Distribusi

Liputan Berry Bean BagSebagai mahasiswa dengan waktu luang yang cukup terbatas, awalnya Ayu cukup kesulitan membagi waktu antara kuliah dan usaha. Apalagi sebelumnya Ia sama sekali tak memiliki basic di bidang ini. Bersama teman-temannya Ia belajar secara otodidak melalui Youtube dan searching di internet untuk membuat bean bag model klasik.

“Kita sebenarnya sudah mencari penjahit kemana-mana dan kebanyakan dari mereka tidak paham dengan maksud kami. Sampai akhirnya kami menemukan satu penjahit yang ketika kami berikan contoh gambarnya, Dia bilang oke dan hasilnya memang mirip dengan apa yang kita minta,” tuturnya. Hingga saat ini, untuk produksi Berrybeanbag Ayu bekerjasama dengan penjahit tersebut dan setiap bulannya bisa memproduksi sekitar 60 unit bean bag dengan kisaran harga Rp 400.000 – Rp 870.000.

Menggabungkan pemasaran online maupun offline untuk mempromosikan produk kursi malas, mahasiswi UMY angkatan 2012 ini mengaku sampai sekarang kesulitan yang Ia hadapi lebih ke proses pengiriman barang karena biayanya yang cukup mahal. “Saat ini kita fokus di pemasaran online melalui instagram dan website berry.beanbag.id. Tapi resikonya karena ukuran barang cukup besar, pengirimannya ribet dan untuk luar Jawa agak susah distribusinya. Jadi mereka harus siap dengan ongkir yang besar untuk membeli Berrybeanbag,” kata Ayu menegaskan.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?

Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.

Klik Disini

Untuk mensiasati kendala biaya ongkos kirim yang terbilang besar, belakangan ini Ayu mulai berinovasi dengan menawarkan cover dan furing untuk konsumen di luar Jawa, sedangkan untuk isian butiran styrofoam mereka bisa membeli sendiri di daerahnya. “Kemarin juga ada yang beli buat ke Maldive, itu dibawa sendiri dan ongkos kirim ditanggung konsumen,” imbuh pengusaha muda yang saat ini masih aktif kuliah di semester 7 tersebut.

Kendati sampai hari ini sudah banyak follower yang mulai mengikuti jejak kesuksesan Berrybeanbag, namun Ayu yakin bisnis sampingan yang Ia jalankan mampu bersaing dengan pelaku bisnis lainnya dan bisa berkembang lebih besar lagi.“Yang terpenting kita harus komitmen dan percaya bahwa kita bisa. Kalau kita sendiri tidak yakin dengan diri kita, gimana orang lain bisa ikut yakin,” pesannya.

Kedepan, Ayu berharap semoga Berrybeanbag tidak hanya menjadi bisnis sofa malas nomor satu di Kota Jogja namun juga pemasarannya bisa menjangkau seluruh konsumen di berbagai daerah di Indonesia.

Tim Liputan BisnisUKM