Ini Trik Jenang Menara Bisa Tetap Eksis di Kudus

Bisnis Jenang MenaraKudus – Semakin maraknya perkembangan usaha jenang di Kudus dari tahun ke tahun tentunya membuat produsen Jenang khususnya di Kudus harus memiliki strategi khusus untuk bisa terus bertahan. Seperti yang dilakukan salah satu produsen jenang yang berdiri sejak tahun 1985 lalu, Jenang Menara.

Usaha yang kini dikelola turun temurun itu, senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Meski tidak mengubah tekstur dari jenang itu sendiri, namun dalam mempertahankan usahanya Jenang Menara memiliki kekhasan. Yaitu berkreasi dengan menciptakan aneka rasa jenang, dan bentuk kemasannya.

Baca Juga Artikel Ini :

Bisnis Jenang Kudus Rambah Pasar Mancanegara

Dodol Kulit Pisang, Legit Rasanya Besar Untungnya

Nur Alim (51) sebagai salah satu pengelola dan juga bagian humas Jenang Menara menuturkan, dinamika usaha yang pasang surut tentu pernah dirasakan Jenang Menara yang dibangun oleh almarhumah Ibu Hj. Maslikhah yang tak lain adalah ibu mertua Nur Alim. Memang kawasan Desa Kaliputu menjadi sentra industri jenang khas Kudus. Pada tahun 1985 saat berdirinya usaha Jenang Menara kala itu, juga belum banyak masyarakat membuat usaha serupa.

Jenang Kudus Menara”Awal mula membuka usaha jenang, karena dulu melihat potensi Desa Kaliputu yang merupakan sentra jenang. Saat itu belum banyak yang melakoni usaha ini, walaupun ada produksinya belum rutin. Maka Ibu Maslikhah berpikir usaha jenang ini merupakan potensi besar dalam jangka panjang. Kemudian mendirikan usaha dan diberi nama Jenang Menara,” tuturnya.

Dahulu jenang masih dikemas seperti bentuk lilin, dan pemasarannya di drop ke grosir-grosir. Kemudian mulai ada perkembangan usaha ketika tahun 1990-an, saat mulai dibantu salah satu putra Maslikhah. Dari situ, kemasan mulai berubah yaitu dipacking dalam bentuk dus. Dus eksklusifnya pun ada tiga macam dan untuk varian kemasan produk selain dus juga ada 8 hingga 9 bentuk kemasan.

Kendala dalam membangun usaha Jenang Menara salah satunya adalah sektor pemodalan. Alim mengatakan, usaha yang semakin besar, bukan berarti terlepas dari kebutuhan modal. Karena untuk mengembangkan usaha membutuhkan dana yang besar. Seiring berkembangnya produsen-produsen jenang saat ini terdapat sekitar 50 pengusaha, namun yang aktif setiap hari produksi ada 30 produsen jenang. Sisa dari 30 produsen itu, biasa membuat jenang ketika momen Lebaran saja.

Jenang Kudus Menara disukai wargaPada 1995, akhirnya Jenang Menara memiliki toko yang hingga saat ini berada di Jalan Sosrokartono No. 288 Kudus. Di belakang toko oleh-oleh tersebut, terdapat rumah yang juga sebagai tempat produksi jenang. Dan pada saat itu pula, Jenang Menara memiliki 2 showroom lainnya. Namun kini dijual dan dialokasikan pada sebuah lahan, yang rencananya juga ingin dijadikan sebagai tempat usaha.

”Di belakang toko Jenang Menara terdapat gudang untuk produksi manual dan menggunakan mesin, serta tempat mengemas,” kata Ayah satu putra ini yang juga memiliki beberapa usaha.

Sebelumnya karyawan model borongan, pihak Jenang Menara mengantar jenang yang telah masak untuk dibawa ke rumah karyawan untuk dipotong dan dikemas. Namun karena tuntutan kebutuhan yang mendesak untuk karyawan packing, karyawan diminta untuk datang ke gudang.

Namun sejak 2010 karyawan kembali berkurang. Karyawan yang mayoritas para wanita itu banyak yang telah menikah berkeluarga dan memiliki putra. Sehingga lebih memilih bekerja di rumah. ”Yang tenaga borongan atau yang dikerjakan di rumah masing-masing ada 10 karyawan. Yang bekerja di gudang ada 20 karyawan,” jelas Alim yang sejak dulu hobi berbisnis ini.

Miliki Banyak Varian Rasa Jadi Produk Khas Jenang Menara

Kemasan Jenang Kudus MenaraSeiring berkembangnya zaman agar konsumen tidak bosan dengan rasa jenang yang itu-itu saja, tim Jenang Menara pun berkreasi untuk menciptakan varian rasa berbeda dari jenang yang sudah ada. Hingga saat ini sudah tercipta 12 varian rasa. Di antaranya rasa ketan hitam, keju, jahe, cappucino, rumput laut, nangka, duren, wijen, pandan, kacang, lapis coklat, dan kacang hijau.

Terbukti dengan beragamnya rasa yang ditawarkan menambah daya beli masyarakat, terutama para pelancong atau peziarah yang memborongnya sebagai oleh-oleh. ”Tapi yang paling laris yang revil jenang rasa wijen, nangka dan duren yang harganya berkisar Rp 23 ribu/kg – Rp 35 ribu/kg.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha
Klik Disini

Alim yang juga sebelumnya memiliki usaha penyulingan minyak cengkeh dan tanaman hias ini mengatakan, dalam proses produksinya lebih efisien menggunakan mesin jika hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari yaitu sebanyak 2,5kwintal jenang. Selain lebih cepat tenaga yang digunakan juga tidak banyak. Namun jika sudah mendekati Ramadhan atau Lebaran, Alim menggunakan produksi manual dan mesin karena setiap harinya ia harus memproduksi 1 ton jenang. Karena permintaan melonjak tiga kali lipat.

Jenang Menara rasa kejuUntuk penghasilan di hari biasa perhari toko mampu meraup keuntungan minimal Rp 2 juta. Jika masa liburan dan Lebaran keuntungan berlipat mencapai Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per harinya. ”Keuntungan itu hanya dari penjualan jenang saja. Belum makanan yang lain, karena toko juga menjual ragam oleh-oleh lainnya,” kata suami dari Siti Marjukoh ini.

Alim yang telah lama dipercaya mengelola usaha Jenang Menara ini mengaku dalam mengatasi persaingan usaha yang semakin gencar, pihaknya hanya bermodal doa, percaya diri, pandai membaca peluang, dan siap antisipasi ketika penjualan menurun. Untuk penjualannya Jenang Menara merambah ke Brebes, Yogyakarta, Gresik, Lamongan, Solo, dan se Eks Karesidenan Pati.

”Tips dalam mengelola usaha, orang gagal tidaknya itu diri sendiri yang memvonis bukan orang lain. Jadi jangan pernah memvonis gagal selagi masih bisa. Setiap usaha yang ditekuni yakini untuk bisa sukses. Dan jangan malas belajar,” pungkas Alim yang juga lulusan dakwah UIN Yogyakarta ini.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Ayu)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kudus