Kerajinan Saung Bambu Makin Dilirik Masyarakat Perkotaan

Penggunaan bambu dulu hanya digunakan untuk rumah orang-orang di pedesaan. Namun, seiring kesadaran manusia untuk kembali ke alam (back to nature) kini bambu juga makin digemari orang-orang di perkotaan.

Biasanya selain untuk pagar dengan modifikasi yang lebih modern, bambu juga digunakan untuk saung, mushala, hingga restoran. Beberapa tempat pemancingan juga menjadikan bambu sebagai elemen utama sehingga memberi kesan teduh dan adem.

Adalah Syukron Ma’mun yang menggeluti usaha di bidang pembuatan saung sejak tahun 2007. Untuk pembuatan saung ia mendatangkan bambu secara khusus dari daerah Leuwiliang, Bogor, dan Sukabumi. Biasanya saung dibuat menggunakan bahan jenis Bambu Andong dan Bambu Surat. Untuk bagian kasonya ia menggunakan Bambu Tali. Sedangkan untuk pengikat dia tidak menggunakan paku melainkan dengan ijuk.

Bisnis pembuatan saung bambu

“Untuk satu saung ukuran 1,5 X 1,5 meter persegi butuh 20 batang bambu ukuran besar dan kecil. Harga 1 unitnya sekitar tiga juta,” ujarnya kepada BisnisUKM.com di workshop Depok Saung Center di daerah Sawangan, Minggu (24/4).

Menurutnya, usaha ini cukup diminati para pemilik restoran yang menginginkan bangunan restorannya menjadi lebih unik dengan kesan pedesaan yang kental. Tak heran dalam sebulan ia bisa melayani hingga 2 pembuatan saung. “Selain pemilik restoran, pemilik pemancingan juga kerap pesan. Kalau tempat usaha, tanahnya kita sewa Rp 400 ribu sebulan,” jelas ayah tiga anak itu.

Syukron menyebutkan, pesanan kerap datang kepadanya, dan itu tidak hanya dari Jabodetabek. Orang Karawang, Banten, hingga Pulau Seribu juga tertarik dengan saung buatannya. “Ini bisa kita bongkar pasang (knock down). Kita jamin saung buatan sini tahan hingga lima tahun. Kita juga berikan garansi setahun untuk konsumen,” katanya.

Jual Bambu Batangan Agar Modal Tetap Berputar

Bisnis Saung Bambu

Agar usahanya tetap lancar sehingga modal tetap berputar, Syukron juga menjual bambu dalam bentuk batangan. Untuk sebatang bambu ukuran kecil dijualnya sekitar Rp 17-20 ribu. Sedangkan bambu yang ukuran paling besar dijualnya Rp 40-50 ribu. Tidak hanya itu, dia juga menjual atap dari daun kelapa yang didatangkan dari Rumpin, Bogor, seharga Rp 5.000 per lembar.

“Kalau bambu kita beli sebulan sekali. Kita beli satu truk isi 600 batang bambu,” ucapnya.

Meski bambu tahan cuaca panas dan hujan, bukan berarti bambu tidak bisa rusak. Sebab, jika menurunkannya tidak hati-hati bisa-bisa kulit bambu akan terkelupas jika terkena benturan batu di tanah. Dengan kondisi seperti itu bambu tidak bisa lagi dibuat untuk saung.

“Kalau untuk saung harus bambu yang tampilan fisiknya bagus. Bambu beda dengan kayu, kalau kulitnya terkelupas bambu tidak bisa ditutup dengan dempul, ” tandasnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Dunih)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Depok

1 Komentar

  1. Untuk masa ketahanan berapa lama yah bang bangunan dari bambu tersebut? saya berada di Jawa Tengah, cuaca disini hari-harinya hujan, apa cukup tahan dengan bambu doank bang?? makasih..

Komentar ditutup.