Kopi Luwak Racikan Mistono Jadi Perbincangan Pecinta Kopi Luar Negeri

Mistono owner Kopi Luwak DampitYogyakarta – Banyaknya penikmat kopi menjadikan industri kopi Indonesia tak hanya menjadi trend di negaranya tapi juga mulai diminati pasar dunia. Bahkan tak hanya industri pembuatan kopi saja yang menjamur di berbagai daerah, belakangan ini bisnis warung kopi, kedai, maupun cafe yang menawarkan aneka ragam kopi dengan kekhasannya masing-masing juga turut kecipratan rejeki.

Namun untuk menciptakan rasa kopi yang khas, dibutuhkan keahlian khusus dalam meraciknya. Terlebih dalam mengolah kopi Luwak. Kopi yang dikeluarkan bersamaan dengan kotoran binatang Luwak itu tidak hanya menjadi andalan ekspor produk perkebunan Indonesia, tetapi juga menjadi minuman yang bergengsi bagi pecinta kopi. Tak hanya itu jenis kopi satu ini sangat istimewa, karena selain memiliki aroma yang khas dan cita rasa tinggi, kopi Luwak merupakan kopi termahal di dunia karena keunikannya.

Mahir Meracik Kopi Setelah 5 Tahun Kerja di Perusahaan Kopi

Bisnis kopi luwak dampitSehingga tak mengherankan jika belakangan ini muncul kreativitas masyarakat untuk memproduksi kopi Luwak secara cepat, seperti yang dilakukan Mistono warga asal Dampit Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pengalamannya meracik kopi diperolehnya di tempat kerjanya terdahulu sebuah perusahaan kopi di Malang selama 5 tahun, menjadi modal baginya untuk merintis bisnis kopi luwak.

”Suka eksplore racikan kopi, terus punya ide dan konsep tentang racikan kopi luwak yang beda dari yang lain, tetapi perusahaan tidak menerima. Sedang kopi luwak memiliki harga yang cukup tinggi dan beda target pasarnya. Merasa tidak berkembang jadi saya resign, dan mengembangkan kemampuan meracik kopi dengan membuat usaha sendiri sejak tahun 2013,” kata Mistono saat ditemui bisnisUKM.com di even salah satu mall besar di Yogyakarta kemarin.

Belum lama membangun usaha kopi Luwak yang masih diproduksi di kediamannya di Jalan Semeru Selatan, Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Mistono memutuskan untuk bergabung dengan Binaan UMKM Kabupaten Dinas Koperasi daerah setempat.

Di sana ia dibina dan diikutkan ragam festival kopi baik skala Nasional dan Internasional. Di antaranya dalam Agrowisata 2014 di Bali, Kopi Nusantara 2015 di Grand City Surabaya, dan belum lama ini di Singapura yang produknya juga langsung diminati di negeri seribu satu larangan tersebut.

Kerap mengikuti ajang festival peracikan kopi, membuat Mistono semakin mahir dalam meracik kopi Luwak. Berkat kelihaiannya meracik kopi berskala internasional, Mistono pun kerap mewakili Malang ke ajang-ajang festival dan selalu mendapat predikat dan apresiasi baik. Dinas setempat pun memberikan apresiasi berupa memfasilitasinya dengan memberikan mesin kopi terstandar SNI yang mampu menghasilkan 15 kg kopi dalam waktu 15 menit. Selain itu Mistono juga diberikan kemudahan izin Depkes serta sertfikat halal MUI secara gratis.

Kemasan kopi luwak dampit”Bersyukur banyak bantuan dari dinas dalam membangun usaha kopi Luwak ini. Selain memiliki kemasan dan brand, usaha saya kini telah menjadi CV. Yang saya beri nama CV. Kopi Luwak Dampit,” ujarnya yang telah berkecimpung di kopi sejak 2005.

Kemasan menarik dan kualitas yang terjamin membuat kopi Luwak Dampit racikan Mistono diminati hingga mancanegara. Tak ayal kini produknya mulai dipesan para pecinta kopi di Tiongkok, Korea, Belanda, Singapura, Amerika, dan Australia. Mereka membeli masih dalam skala kecil, karena untuk pemesanan jumlah besar Mistono harus memiliki izin ekspor dan lisensi komoditi kopi.

”Saat ini masih pemasaran offline yang saya pasarkan sendiri melalui hotel-hotel di Surabaya, Jakarta, dan Bali. Kopi ini special, jadi mereka pesan sedikit dan hanya dihidangkan untuk tamu VVIP. Kalau produk bisa sampai ke luar negeri selain bantuan dinas yang membawanya, pecinta kopi datang ke saya dan beli langsung. Misalnya jubir Obama yang membawa kopi saya sampai Gedung Putih, dan maksimal mereka hanya bisa beli 2 kg kopi untuk dibawa ke negaranya,” papar lulusan S1 Administrasi Publik Unisma ini.

Butuh Investor untuk Bekerja Sama

Stand pameran kopi luwak dampit selalu ramai dikunjungi konsumenMistono mengatakan, meski usaha sudah berbadan usaha dan legalitas produk terjamin tetapi masih mendapati kendala. Pihaknya banyak menerima pesanan berlimpah, namun terkendala proses pengiriman ke luar negeri yang harus menggunakan dokumen dan lisensi dari eksportir kopi.

”Kami belum cukup dananya untuk urus itu. Kami sering ikut pameran berharap produk bisa dikenal dan bertemu investor yang bersedia kerja sama. Karena kami siap produksi skala besar, bahan baku dan mesin tersedia,” ungkapnya.

Dirinya menuturkan, dinas terkait pun belum bisa membantu menanggapi persoalan tersebut. Dikarenakan belum ada program yang berkaitan. Sehingga harus dari UKM sendiri yang mengurus. ”Harus bersabar dulu dan lebih kerja keras. Meski ada pesanan 1 Kw kopi Luwak dari Tiongkok, dan kami belum bisa memenuhinya. Selain terkendala modal ya pengirimannya. Sehingga kami butuh investor,” jelasnya.

Hingga saat ini, Mistono telah memiliki 10 varian kopi luwak standart hotel bintang lima dan 5 varian lainnya diperuntukkan untuk pasar menengah ke bawah. Yaitu Kopi Luwak Robusta, Kopi Luwak Arabika, Kopi Luwak Ekselsa, Kopi Arabika Gayo Aceh, Kopi Arabika Mandahiling Medan, Kopi Arabika Kintamani Bali, Kopi Arabika Bajawa Flores, Kopi Arabika Kalosi Toraja, Kopi Robusta Dampit, dan Kopi Rempah. Harganya pun bervariatif untuk kopi kualitas internasional itu, mulai Rp 200 ribu per/kg hingga Rp 2,5 juta per/kg untuk Kopi Luwak Ekselsa. Harganya yang tinggi karena kualitas kopi istimewa dan langka.

Dibeberapa kesempatan saat festival pun, Mistono kerap mendapat tawaran bekerja di sebuah hotel maupun cafe besar sebagai peracik kopi. Namun ia menolaknya. Ia pun tak enggan jika kopinya ditantang dengan kopi termahal. Karena dari uji coba para pecinta kopi di setiap festival, kopi racikan Mistono yang selalu menjadi perbincangan.

”Di bali kopi saya diapresiasi sebagai kopi luwak robusta dengan rasa unik. Di Surabaya mendapat apresiasi memiliki 15 varian rasa terbanyak dan enak, saat festival di Singapura diapresiasi sebagai Kopi Ekselso Luwak standart kopi mewah karena belum pernah ada,” papar Mistono.

Mistono mengaku, selama sebulan ia melayani order sedikitnya 5 kg kopi berkualitas internasional. Namun beberapa hotel yang bekerja sama menggunakan sistem konsinyasi. Sehingga perputaran modalnya pun tidak bisa cepat.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Titis A.W)

Kontributor bisnisUKM.com wilayah Yogyakarta