Kreasi Kerajinan Biji Salak Karya Mahasiswa Jogja

Salak pondoh menjadi salah satu potensi Kabupaten Sleman yang gaungnya sudah tersohor ke berbagai penjuru nusantara. Sebagai komoditi unggulan, pemerintah daerah setempat bahkan menjadikan salak pondoh sebagai salah satu ikon lokal dan telah mengantongi sertifikat Hak Atas Kekayaan Intelektual dari Dirjen HAKI Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Namun tingginya komoditi salak pondoh di Sleman sejauh ini belum diimbangi dengan pemanfaatan dan pengolahan secara maksimal. Terbukti, hanya sebagian kecil saja yang kemudian diolah menjadi berbagai produk yang bernilai jual tinggi. Selebihnya dipasarkan dalam bentuk buah segar, dimana harganya pun terkadang tidak menentu.

Kondisi demikian memancing berbagai pihak untuk ikut peduli dalam pemberdayaan salak pondoh agar lebih bernilai jual. Keripik salak, kerupuk salak, sirup salak, sampai dengan dodol salak menjadi beberapa pilihan produk yang kemudian dikembangkan dengan berbagai pilihan varian dan rasa. Dan yang belum lama ini dikembangkan, biji salak ternyata juga memiliki nilai jual jika ‘diolah’ dengan baik, khususnya sebagai bahan baku produk kerajinan.

tim PKMK Kreasi Biji Salak

Untuk point tersebut, tim liputan bisnisUKM berkesempatan untuk menemui 3 orang mahasiswi dari FMIPA UNY yang telah berhasil mengkreasikan biji salak sebagai accessories produk kerajinan lokal di Yogyakarta. Mereka adalah Puspa Hening (19), Estya Pawiati (20), dan Desiana Nur Fajari (21), yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK).

“Selama ini salak hanya dimanfaatkan bagian buahnya saja, sedangkan biji salak yang merupakan limbah dianggap sebagai barang yang tidak bernilai jual, atas dasar itulah kami bertiga memiliki ide untuk memanfaatkan biji salak sebagai bahan baku kerajinan yang memiliki nilai jual dan seni,” jelas Desiana di kediamannya.

Uniknya Bisnis Kerajinan Biji Salak

Adapun kreasi produk yang kemudian mendapat ‘sentuhan’ biji salak terdiri dari sarung bantal kursi, tutup penanak nasi, tutup galon air mineral, dan gorden. “Biji salak kami combine dengan bahan baku lain seperti kain blaco dan kain batik, sehingga menjadi produk yang seperti ini (menunjukkan produk),”  lanjutnya.

kreasi produk kerajinan biji salak

Motif wayang yang merupakan khasanah budaya Indonesia menjadi ciri khas kreasi produk kerajinan mereka. Tokoh-tokoh pewayangan seperti Nakula, Sadewa, Srikandi, Werkudara, dll dibuat sebagai motif kerajinan yang tidak hanya unik, tetapi juga kreatif dan inovatif. “Selain biji salak yang notabene limbah, kami juga ingin mengangkat tokoh pewayangan sebagai karakter produk kami, dan jujur justru itulah yang menjadi nilai plus kami saat ini,” kata Estya.

Dalam pengembangan produk tersebut, mereka bertiga memiliki tanggung jawab masing-masing. “Bagian produksi di handle Estya, untuk marketing saya sendiri (Desiana), dan sosmed dipegang oleh Puspa,” terang mahasiswi Pendidikan Kimia tersebut. Ketiganya bahu membahu sembari berbagi waktu dengan jadwal kuliah mereka yang sudah memasuki tahapan akhir. “Fokus utama memang masih kuliah, mungkin hal itu juga yang membuat pengembangan khususnya perihal pemasaran belum bisa maksimal,” imbuhnya.

“Kami ingin produk ini tidak hanya berhenti di sini saja (PKMK), ke depan kami tetap ingin menjadikan kreasi ini sebagai sebuah usaha,” kata Estya. Apalagi dengan pemasaran yang sudah merambah media online, mereka kini mulai mendapatkan order (pesanan) dari berbagai wilayah, seperti Pontianak dan Jambi. “Unik menjadi kesan pertama dari para konsumen yang sudah membeli produk mereka, selain itu konsep mengangkat budaya tradisional (wayang) juga menjadi point plus kreasi produk mereka di tangan konsumen,” imbuhnya. Salam Sukses!

Tim liputan bisnisUKM

1 Komentar

Komentar ditutup.