Mantan Karyawan Sukses dari Bisnis Camilan

Owner Bisnis Camilan CamilunBerawal dari keinginannya untuk mencicipi keripik pisang Yen Yen, Rina Aulia Wardani (26) beserta suami G. Aries Setiawan yang merupakan seorang karyawan swasta yang akhirnya memutuskan untuk memesan keripik secara online.

Setiba pesanannya, Rina pun mencicipi keripik pisang tersebut bersama dengan teman-teman satu kantor. Siapa disangka, ternyata teman sekantornya sangat menyukai camilan tersebut. Dari situ Rina beserta suami memiliki ide untuk memesan kembali camilan dan menjualnya pada teman sekantor. Responnya pun cukup baik.

Februari 2012, ia memutuskan untuk membuat blog sebagai tempat untuk memasarkan bisnis keripik pisang secara online. Dalam waktu 3 bulan pertama, penjualan camilan yang semula ramai, tiba-tiba berubah menjadi sepi seiring dengan semakin banyaknya pelaku bisnis camilan online. Sehingga sampai waktu 1 bulan sebelum keripik pisang expired penjualan terus menurun, bahkan dalam waktu 1 bulan tersebut Ia hanya mampu memperoleh omzet sebesar Rp 50 ribu. Akhirnya pada bulan November 2012 Ia memutuskan untuk vakum.

November tahun 2013, Rina beserta suami mencoba untuk menjalankan bisnis camilan kembali secara online. Kali ini Ia menggunakan gebrakan baru dengan mengusung tema untuk bisnis camilan “Oleh-Oleh Khas Indonesia”. Produknya pun didapatkan dari toko oleh-oleh lain yang dijual secara online menggunakan sistem pre-order.

Tuntutan kebutuhan hidup adalah hal yang memaksanya untuk bangkit dari kegagalan, terlebih lagi pasangan suami istri tersebut sudah tidak lagi bekerja sebagai karyawan swasta. Mereka juga terinspirasi dari sesosok Bpk. Unggul Abinowo, yang merupakan seorang Presiden Repoeblik Telo, sosoknya yang bersahaja dan mempunyai cita-cita yang luhur di bidang pangan lokal serta para biografi tokoh-tokoh yang rela meluangkan waktunya untuk membuat lingkungannya menjadi lebih baik.

Sesuai dengan tema yang di usung yaitu “ Oleh-Oleh Khas Indonesia”, Mereka pun memilih produk-produk unik yang cukup menjadi ciri khas dari masing-masing daerah dan menjalin kerjasama dengan beberapa produsen lokal serta UKM. Harga jual untuk setiap produk camilannya juga bermacam-macam mulai dari Rp 15.000,00 – Rp 87.000,00. Dan dengan modal awal yang bisa dikatakan sangat kecil yaitu sebesar Rp 64.000,00 saja. Kini mereka sudah mampu meraih omzet menggiurkan yaitu Rp 23.000.000,00 – Rp 35.000.000,00 setiap bulannya.

“Sampai dengan saat ini kami masih menjalankan bisnis camilan itu sendiri, hanya dengan dibantu oleh beberapa teman untuk proses pengepakan” ungkap Rina. Dan untuk sementara waktu mereka masih memasarkan camilannya melalui media online saja. Target pasar yang ingin mereka raih adalah pengiriman bisa masuk ke seluruh wilayah Indonesia, meskipun pada kenyaataannya justru teman-teman dari Negara lain yang lebih banyak mengetahui dan memesan produknya secara online.

Selama ini produk camilan yang mereka jual didapatkannya dari UKM yang berada di Surabaya, Malang, Mojokerto, Gresik, Madura dan Sidoarjo.

Dengan usaha dan kerja kerasnya, Alhamdulillah lambat laun mereka bisa memantapkan model usaha sesuai yang mereka inginkan, pemasaran, mengelola stock barang dengan membedakan produk yang cepat expired dan mana yang masa expirednya lama. Mereka juga sedang berusaha untuk mengelola laporan akuntansi usahanya.

Mereka juga berharap dengan bisnis camilan tersebut, dalam waktu dekat ini mereka bisa memiliki tempat usaha yang terpisah dengan rumah tempat tinggal mereka sehingga teman-teman yang membantunya bisa lebih leluasa dalam bekerja.

Tidak hanya itu saja, “ kami juga berharap seiring dengan perkembangan bisnis camilan ini, kami bisa menambah teman untuk membantu kebutuhan yang lebih spesifik lagi seperti seorang akuntan dan seseorang yang bisa mengelola sosial media”, tambah Rina. Semuanya itu sangat dibutuhkan sebelum akhirnya mereka siap untuk membuka cabang-cabang untuk bisnis camilan “Oleh-Oleh Khas Indonesia” di beberapa kota di seluruh Indonesia.

Dalam menjalankan bisnis camilan ini, mereka juga tak luput dari beberapa kendala yang harus mereka hadapi. Kendala utama dalam bisnisnya tersebut adalah mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar setiap bulannya. Seberapa keras mereka berusaha, itulah yang menentukan seberapa besar pendapatan yang akan didapatkan. Berbeda dengan sewaktu mereka menjadi karyawan swasta yang bisa dipastikan memperoleh pendapatan tertentu setiap bulannya.

Kendala lain yang mereka temui yaitu, mereka harus lebih tertib lagi dalam mengelola laporan keuangan. Hal itu bertujuan agar mereka bisa lebih mudah mengambil keputusan untuk pengembangan usaha, pengajuan kredit ke bank, dan lain sebagainya.

Di samping begitu banyaknya kendala yang harus mereka hadapi, ternyata masih ada sedikit cela dimana mereka bisa mengucap syukur dan merasakan kebahagiaan yang menjadi kemenangan terbesarnya. “Ternyata Allah begitu banyak memberikan kemampuan dan kesempatan pada kami untuk menjadi seseorang yang lebih dengan baik dan lebih bisa menghargai diri sendiri”, ucap syukur Rina. Dari situ mereka juga bisa lebih memahami bahwa dalam perdagangan penjual dan pembeli sama kedudukannya dan saling membutuhkan.

Dalam akhir wawancara, Rina juga memberikan kunci sukses dari bisnis camilan yang dijalankannya. “Ketahuilah kemampuan atau kelebihan apa yang terdapat dalam diri sebelum memutuskan bisnis apa yang akan Anda jalankan. Anda juga harus lebih siap menghadapi segala sesuatu yang harus Anda hadapi bahkan yang tidak pernah terbayangkan. Modal usaha yang lebih besar hanya dibutuhkan ketika usaha sudah berjalan. Tetaplah amanah dalam menjalankan bisnis apapun itu.” papar Rina.

Tim Liputan BisnisUKM

5 Komentar

  1. Saya terinfirasi dengan bisnis ibu diatas…jika ingin buka cabang di waykanan lampung gimana cara nya ya?

  2. Saya ibu rumah tangga yg membuat camilan khas jg dr solo. Saya terinspirasi dg cerita ibu diatas. Seandainya di ijinkan apakah saya bs mengajukan untuk menjadi suplier di perusahaan ibu? Terima kash atas perhatiannya.

Komentar ditutup.