Melestarikan Budaya Lokal Melalui Lulur Tradisional

MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL MELALUI LULUR TRADISIONAL

Memanfaatkan bahan rempah untuk menjaga kesehatan maupun kecantikan, sudah menjadi salah satu warisan budaya lokal yang mendarah daging di kalangan masyarakat Indonesia. Kebiasaan inilah yang kemudian dilirik oleh Wisnu Sanjaya (43) yang sejak tahun 2009 silam mulai menekuni bisnis lulur tradisional secara kecil-kecilan.

Pengalamannya sedari kecil yang sering kali melihat sang nenek membuat jamu dari bahan rempah tradisional, mendorong Wisnu untuk serius menekuni bisnis material spa seperti lulur tradisional yang menggunakan bahan rempah-rempah alami.

“Sekitar tahun 2008-2009, saya membaca sebuah majalah yang kebetulan membahas peluang bisnis yang bakal booming di tahun tersebut. Dan salah satunya adalah bisnis material spa seperti lulur tradisional,” ujar suami dari Noviati Dwi tersebut.

Melihat peluang pasar bisnis spa masih sangat menjanjikan, Wisnu yang awalnya belajar membuat lulur tradisional secara otodidak mulai tertarik untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengasah pengalamannya di bisnis lulur tradisional dengan membaca buku dan mengikuti berbagai macam kursus pembuatan material spa berbahan dasar rempah tradisional.

“Bisa dikatakan saya merintis usaha hanya modal nekat. Saya belajar dari membaca dan mengikuti pelatihan untuk menambah keterampilan saya meracik lulur tradisional,” ungkapnya ketika ditemui BisnisUKM.com pada Selasa (22/5).

Menggunakan Bahan Premium untuk Membidik Kelas Atas

bisnis lulurKendati dulunya ayah dua anak ini merintis usaha dengan modal dengkul, namun bisa dikatakan sekarang ini produk lulur tradisional yang Ia pasarkan dengan brand Kedhaton ini berhasil diterima pasar dengan baik khususnya di kalangan masyarakat menengah ke atas.

“Selama ini saya sengaja menggandeng ibu-ibu yang ada di lingkungan sekitar untuk menanam komoditi atau tanaman rempah-rempah untuk bahan lulur tradisional dan material spa lainnya. Kami juga sengaja menggunakan material yang bagus untuk membidik konsumen dari kalangan menengah ke atas,” tutur pengusaha sukses yang ingin meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitarnya.

Dibantu oleh lima orang tenaga kerja, sekarang ini pemasaran produk lulur tradisional Kedhaton tak hanya menguasai pasar lokal di seluruh nusantara namun juga mulai menjajaki pasar luar negeri seperti misalnya Australia dan Malaysia. Dengan omzet minimal 70-80 juta rupiah per bulannya, Wisnu berharap kedepannya bisa mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi dan bisa mendorong masyarakat untuk semakin peduli terhadap kecantikan dan kesehatan tubuhnya.

“Sampai saat ini yang menjadi kendala kami adalah masalah investasi peralatan dan masalah perizinan usaha. Untuk itu kedepannya saya ingin membentuk tim marketing khusus kanvasing agar bisnis kami bisa semakin berkembang,” ucap Wisnu.

Di akhir pertemuan, Wisnu tak sungkan untuk berbagi tips bisnis kepada para pemula maupun pelaku bisnis lainnya yang menekuni usaha lulur tradisional. “Yang terpenting buka mata untuk melihat peluang dan potensi yang ada di sekitar, jangan mudah menyerah dengan segala kendala usaha dan terus fokus untuk mencapai kesuksesan yang diimpikan,” pesan Wisnu menutup pertemuan kami siang itu.

Tim Liputan BisnisUKM

3 Komentar

Komentar ditutup.