Memproduksi Aneka Camilan Khas Kabupaten Grobogan

Bisnis aneka camilan tradisional saat ini sedang ‘menggeliat’ di berbagai sudut Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen tersebut kini ditumbuhi sentra bisnis makanan tradisional yang unik dan khas. Selain gethuk lindri dan sale pisang basah yang sebelumnya bisnisUKM.com pernah tampilkan, Grobogan ternyata juga menyimpan potensi kuliner lain yang tidak kalah lezatnya. Adalah Bapak Parjiyo (54), warga Palembahan Grobogan, yang menekuni produki aneka camilan lainnya, seperti keripik paru, keripik belut, keripik tempe, keripik bayam, sambel pecel, sale pisang goreng, dan snack stick.

Tahun 1989 menjadi awal mula Bapak Parjiyo menekui usaha yang dinamai ‘Dua Saudara (Ibu Suliyem)’ itu. “Ibu saya yang pada mulanya menjalankan usaha ini, beliau berjualan pecel dan sale pisang, karena faktor usia (ibu), akhirnya kami (dengan adik) yang melanjutkan usaha tersebut,” jelas Bapak Parjiyo kepada tim liputan bisnisUKM, Selasa (10/4). Bisnis ‘warisan’ itulah yang kemudian dikembangkan Bapak Parjiyo dengan dibantu seluruh anggota keluarganya. Di rumahnya Palembahan Purwodadi Grobogan, beliau secara rutin berproduksi untuk melayani pesanan ataupun langsung dipasarkan sendiri.

Keripik Paru Dua Saudara

Pada awal berdirinya ‘Dua Saudara (Ibu Suliyem)’, Bapak Parjiyo dan keluarga lebih fokus mengembangkan produksi sale pisang goreng. Akan tetapi, persaingan yang sangat ketat dalam produksi sale pisang, membuat bapak tiga orang putra tersebut mulai berinovasi dengan mengkreasi aneka camilan lainnya. “Pengalaman dalam memproduksi sale pisang menjadi bekal kami membuat kreasi produk lainnya, karena praktis semuanya kami lakukan secara otodidak,” terangnya. Alhasil, saat ini ‘Dua Saudara’ berhasil mengkreasi beberapa produk camilan yang tak kalah enaknya dari sale pisang, diantaranya keripik paru, keripik belut, keripik tempe, keripik bayam, sambel pecel, dan snack stick.

Info Bisnis

Dibantu lima orang tenaga produksinya, Bapak Parjiyo mengaku tidak mengalami kesulitan dalam proses dan pengadaan bahan baku produksi. “Semua orang yang ada di sini tahu dan paham dengan tugas dan kewajiban masing-masing, sehingga memudahkan proses produksinya, sementara bahan baku produksi juga tidak sulit karena tersedia di pasaran lokal sini (Purwodadi),” imbuhnya. Kualitas produk menjadi faktor wajib yang harus dijaga untuk setiap produk kreasi ‘Dua Saudara (Ibu Suliyem)’. Tidak mengherankan apabila saat ini aneka camilan itu pemasarannya tersebar ke beberapa kota, yaitu Solo, Semarang, Ungaran, Kudus, Pati, dan Jepara.

Keripik Belut Dua Saudara

Harga masing-masing produk ‘Dua Saudara (Ibu Suliyem)’ cukup bervariasi, tergantung jenis dan kapasitasnya. Untuk keripik paru dijual dengan harga Rp.9.500,00/bungkus (150-250gr); keripik belut Rp.9.500,00/bungkus; keripik tempe Rp.5.500,00/ bungkus; keripik bayam Rp.5.000,00/bungkus; dan sambel kacang Rp.30.000,00/kg. Dengan harga seperti itu, Bapak Parjiyo mengaku bisa memperoleh omzet rata-rata 50 juta Rupiah per bulan untuk seluruh produknya. “Secara umum, perkembangan usaha kami mengalami kenaikan, baik dari kapasitas produksi maupun omzet pendapatannya,” terang Bapak Parjiyo.

Belum adanya mesin/ alat produksi menjadi salah satu kendala yang selama ini dialami Bapak Parjiyo dalam mengembangkan usahanya. “Beberapa peralatan yang sebenarnya kami butuhkan antara lain mesin spinner, pengupas kulit kacang, dan penyayat pisang,” imbuhnya. Kondisi tersebut cukup dirasakan Bapak Parjiyo ketika pihaknya menerima pesanan produk dalam jumlah yang banyak. Sambil berharap pengadaan mesin tersebut bisa segera terwujud, Bapak Parjiyo dan tenaga produksinya saat ini mengandalkan peralatan sederhana buatan sendiri.

Di akhir wawancaranya, Bapak Parjiyo yang didampingi Kepala Bidang UMKM Kabupaten Grobogan Bapak R. Lasino, SIP, berharap usahanya tersebut akan terus bertahan dan semakin luas cakupan area pemasarannya. Untuk mencapai hal itu, beliau secara khusus menugaskan putranya untuk menghandle proses pemasaran produk ‘Dua Saudara (Ibu Suliyem)’.

Tim liputan bisnisUKM

8 Komentar

Komentar ditutup.