Memproduksi Aneka Olahan Bakery Asa Bersaudara

Keinginan kuat agar bisa membantu perekonomian keluarga, membuat Ibu Suyatmi (33) berusaha keras mewujudkan tekadnya untuk memiliki dan mengembangkan usaha sendiri. Di rumahnya Pulo Brangkal Karanganyar Purwodadi, ibu dua orang putra tersebut mampu mengasah keahliannya dalam bidang memasak dengan mengembangkan usaha produksi roti goreng. Selama kurang lebih 12 tahun, Ibu Suyatmi yang dibantu anggota keluarganya mampu mengembangkan ‘bisnis rumahan’ tersebut menjadi sebuah bisnis yang beromzet puluhan juta Rupiah.

Ditemui di rumahnya Kamis (24/5), Ibu Suyatmi berujar bahwa kesuksesannya saat ini merupakan buah dari hasil kerja keras yang dibarengi tekad kuat untuk maju. “Pada awalnya memang berat, karena saat itu kami belum punya ‘modal’ apapun, baik skill ketrampilan, maupun dana yang terbatas, namun dengan tekad kuat serta dukungan dari pihak keluarga, semua kendala tersebut lambat laun bisa teratasi,” ujarnya kepada tim liputan bisnisUKM. Mengusung ASA BERSAUDARA sebagai nama usahanya, Ibu Suyatmi pada awalnya hanya mampu memproduksi 5 kg tepung per harinya. Kondisi demikian bertahan hingga kurang lebih 5 tahun hingga beliau berkesempatan mengikuti pelatihan ketrampilan yang diadakan oleh salah satu produsen tepung terkemuka asal Semarang.

proses produksi

Keikutsertaan Ibu Suyatmi dalam pelatihan tersebut menjadi titik awal perkembangan usahanya, baik dari segi kualitas, kapasitas, maupun varian produk kreasinya. “Dari pelatihan itu saya akhirnya memiliki ide untuk mengembangkan varian produk lain yang masih berbahan dasar tepung, diantaranya bolang-baling, donat, bakpao, onde-onde  ketawa, roti pisang aneka isian, pangsit, dan kue tambang,” imbuhnya. Beragam makanan olahan tersebut hingga kini menjadi produk andalan Ibu Suyatmi, yang pemasarannya mampu menembus puluhan swalayan yang ada di seputaran wilayah Grobogan.

Dibantu 9 orang tenaga produksinya, saat ini Ibu Suyatmi mampu memproduksi 12 sak (@25kg) tepung setiap harinya. Tepung-tepung tersebut kemudian diolah menjadi beragam produk makanan olahan (bakery) dengan kapasitas produksinya yang sama rata. Hasil jadi produk olahan tersebut kemudian dipasarkan melalui pasar tradisional, swayalan, maupun toko oleh-oleh di Grobogan dan Semarang. “Di pasar tradisional, kami saat ini sudah memiliki kios sendiri untuk berjualan, sementara untuk pasokan ke swalayan itu tidak tentu karena kami menerapkan sistem konsinyasi,” jelas Ibu Suyatmi.

Pemasaran Produk

Saat ini lebih dari 89 swalayan menjadi ‘langganan’ produk olahan ASA BERSAUDARA. Bahkan dalam waktu dekat, jumlah itu dipastikan semakin bertambah karena saat ini beliau sedang proses negosiasi dengan swalayan maupun toko oleh-oleh yang lain. “Untuk bisa menembus swalayan itu yang paling penting diperhatikan selain kualitas adalah packagingnya, oleh sebab itu saat ini pun kami masih terus menyempurnakan model packing yang kami miliki,” tambah Ibu Suyatmi.

Ibu Suyatmi

Sementara untuk harga produk yang ditawarkan oleh Ibu Suyatmi selama ini cukup bervariasi. “Untuk bolang-baling harganya Rp.500,00/ biji; onde-onde ketawa Rp.30.000,00/ kg; sedangkan untuk produk yang lain berkisar di Rp.500,00 s.d. Rp.1.000,00/ bijinya,” terangnya. Dengan harga tersebut, beliau mengaku bisa memperoleh omzet rata-rata untuk roti 4 juta/ hari, dan onde-onde ketawa 2,5 juta/ minggunya. Omzet penjualan yang demikian dipastikan akan melambung tinggi ketika datangnya musim panen dan lebaran, dimana bisa mencapai 3x lipat lebih.

Di akhir wawancaranya, Ibu Suyatmi sedikit berbagi tips terkait proses pengembangan usahanya. “Kalau kita menekuni usaha bakery, maka kita harus tahu trend pasar yang sedang berkembang seperti apa, ketika produk sudah tidak laku, maka produk harus diganti dengan produk yang baru, untuk bisa dimunculkan lagi di lain waktu dan kesempatan,” jelasnya.

Tim liputan bisnisUKM

2 Komentar

Komentar ditutup.