Mengajak Anak Muda Mencintai Batik Dengan Cara Yang Unik

Di usianya yang relatif masih muda, Nuri Ningsih Hidayati (23) tak hanya sukses memperkenalkan kain batik warna alam namun Ia juga aktif mengajak kalangan anak muda untuk mencintai seni batik.

AJAK ANAK MUDA MENCINTAI BATIK DENGAN CARA YANG UNIK

 

Mewarisi keahlian membatik dari sang bunda, owner Marenggo Batik yang akrab dipanggil Nuri ini memproduksi kain batik dengan memanfaatkan zat warna dari serat-serat alam. Ditemui tim liputan BisnisUKM.com pada Selasa (22/9) silam, Nuri mengaku kecintaannya terhadap seni batik menjadi modal awal bagi dirinya terjun di bisnis batik.

“Awal mula saya terjun di bisnis batik, saya belajar batik dari ibu saya. Ibu saya pembatik dari Bayat Klaten dan mendapatkan suami orang Jogja sehingga tinggal di kota ini. Saya mengikuti jejak ibu untuk membatik sejak masih duduk di bangku SD, kemudian di SMP saya sudah mulai menggambar motif batik, dan saya melanjutkan sekolah di SMK N 5 Yogyakarta jurusan batik,” terangnya.

Proses produksi batik warna alamMerasa ilmu yang Ia miliki belum cukup, selepas SMA Nuri melanjutkan study di Institut Seni Indonesia jurusan tekstil. “Disana saya aktif mengikuti kompetisi batik dan ada beberapa kejuaraan yang saya menangkan. Dari kejuaraan yang saya menangkan, semuanya menggunakan batik warna alam. Dari situ saya mulai tertarik memproduksi batik warna alam,” kata Nuri.

Memasuki tahun 2013, Nuri mulai membuat karya seni batik untuk tugas akhir kuliahnya. “Dan pada tahun 2014 saya lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Saya mendapatkan penghargaan dari Ibu Ani Yudoyono, Yayasan Batik Indonesia memberikan penghargaan Pembatik Muda Berkarya, dari situlah saya mulai mencoba untuk membuka usaha batik. Jadi usaha batik Marenggo ini saya rintis mulai tahun 2015,” ujarnya.

Tak hanya mengembangkan batik Marenggo sebagai usaha yang memproduksi kain batik dengan warna alam, Nuri juga memberdayakan anak muda di sekitarnya untuk mulai ikut terjun di bisnis batik tersebut. Sesuai dengan tujuan didirikannya Marenggo batik yaitu untuk mendorong generasi muda kembali mencintai batik, Nuri mengajak beberapa anak muda untuk belajar membuat kain batik warna alam.

“Kami terdiri dari anak muda yang mencintai batik, dan ingin terus mengembangkan seni batik. Melihat fenomena yang terjadi sekarang ini banyak anak muda yang tidak mau membatik padahal mereka lulusan dari SMK batik, dan lebih tertarik untuk bekerja di mall ataupun di pabrik, tahun 2015 brand batik Marenggo saya keluarkan dan saya mulai merekrut anak-anak muda untuk ikut terjun di bisnis batik,” tutur Nuri dengan penuh antusias.

Menciptakan Pembeda Dengan Memanfaatkan Warna Alam

Bisnis kain batik warna alamBerbeda dengan pengusaha batik lainnya, Nuri membuat semua karyanya dengan warna alam. Ia memulai penelitian dari warna-warna alam yang ada di sekitar lingkungannya, seperti misalnya daun rambutan, daun mangga, daun marenggo, daun ciplukan, dan masih banyak lagi ekstrak warna lainnya yang didapatkan dari alam. Nuri juga menciptakan motif-motif tersendiri (motif kontemporer) namun tidak meninggalkan motif-motif tradisional yang ada di Yogyakarta.

“Kami juga mengkolaborasikan motif tradisi Yogyakarta dengan motif kontemporer seperti inspirasi motif sakura dari Jepang. Motif yang ada di Marenggo cenderung buatan saya sendiri, dan masing-masing batik ada kelasnya. Seperti kemarin permintaan datang dari Ibu Kapolri yang menggunakan batik sutra Marenggo motif limited edition,” jelasnya.

Selama menjalankan bisnis batik warna alam, Nuri mengaku kesulitan utama yang Ia hadapi adalah harus mengedukasi masyarakat mengenai batik warna alam. Tidak mudah mengedukasi masyarakat karena harga batik ini sangat mahal, karena proses produksinya sangat sulit. Namun seiring dengan perkembangan waktu, masyarakat mulai mengenal batik warna alam dan peminatnya semakin bertambah.

“Saya mulai mengedukasi batik warna alam ke beberapa wisatawan dengan cara mengambil foto di tempat obyek wisata yang ada di daerah saya. Cara ini efektif sehingga mereka tertarik untuk melihat batik warna alam, ikut melihat proses pembuatannya ke studio batik dan mulai antusias lagi dengan batik warna alam,” imbuh Nuri.

Semakin Berkembang Dengan Bantuan Dinas

Studio Batik MarenggoKetika ditanya mengenai modal awal dalam merintis usahanya, Nuri mengaku hasil juara kompetisi yang Ia dapatkan digunakan untuk membeli bahan dan alat. Dari situ perlahan-lahan Nuri mulai mengembangkan bisnis batik warna alam. Selanjutnya untuk pemasaran Nuri juga banyak mendapatkan bantuan dari dinas terkait seperti Dinas Perindustrian yang mengajaknya untuk pameran di berbagai event.

“Awalnya saya masuk dinas agar bisa ikut pameran bersama dinas. Ternyata pihak dinas tertarik dengan produk batik Marenggo dan mengajak pameran di berbagai daerah. Kemarin kita ikut pameran di Jakarta, di Mall Malioboro, dan Jogja Fashion Week,” ucapnya sembari tersenyum.

Meski awalnya Nuri sedikit ragu karena belum banyak orang yang mengetahui batik warna alam. Tapi karena hobi dan suka dengan batik dan membuat karya batik, dari situ banyak orang yang melihat dan memasarkan batik warna alam ini.

Tidak hanya itu saja, Batik marenggo juga mengadakan workshop batik pewarnaan alam dan peminat workshop dari lokal dan mancanegara. Seperti beberapa waktu yang lalu workshop diikuti oleh peserta dari Amerika dan Afrika, letak batik marenggo yang berdekatan dengan tempat lokasi wisata juga cukup menarik minat para wisatawan.

Sebelum mengakhiri pertemuan kami siang itu, Nuri berharap kedepannya Marenggo batik bisa memberdayakan anak muda di sekitar lingkungannya, khususnya untuk bisa belajar batik dan mencintai batik. Tidak hanya itu saja, Ia juga berharap batik marenggo bisa dikenal di pasar nasional maupun internasional.

Tim Liputan BisnisUKM

1 Komentar

  1. ada barang jadi berupa baju atau yg lainnya nggak mbakkk…kira2 ke jangkau nggak harganya mbakk…..

Komentar ditutup.