Mengembangkan Usaha Keramik Hias dari Tanah Liat

Saat Anda mengunjungi Bantul Yogyakarta, pastinya tidak asing lagi dengan Desa Wisata Kasongan yang dikenal sebagai sentra industri gerabah dan keramik. Beragam jenis dan ukuran keramik bisa dengan mudah didapatkan di workshop yang berjejer sepanjang jalan. Namun Kasongan bukan satu-satunya sentra usaha keramik yang ada di Kabupaten Bantul. Salah satu lokasi produksi yang sampai saat ini masih aktif menghasilkan aneka kerajinan keramik hias adalah Sujiyo Keramik yang beralamat di Dogongan Imogiri.

Membangun usaha sejak tahun 1996, Pak Sujiyo (41) yang seorang alumni jurusan grafis memiliki ide untuk mengembangkan ilmunya dengan membangun usaha keramik hias. Dengan bahan baku dari tanah liat yang didatangkan dari Godean Sleman, Pak Sujiyo rutin memproduksi beragam keramik dengan desain yang lucu dan menarik. Realita kehidupan pedesaan, religi, hewan, dan tumbuhan menjadi motif desain yang selama ini menjadi ciri khas bapak berputra dua tersebut. “Desain yang sesuai dengan realita kehidupan lebih mudah diterima masyarakat ketimbang desain abstrak yang belum tentu orang lain paham” kata Pak Sujiyo ketika ditemui tim bisnisUKM Rabu (13/4).

produksi keramik hias

Proses Produksi Keramik Hias

Selama ini Pak Sujiyo dibantu 5 orang tenaga produksi yang menangani bagian cetak, penjemuran, pembakaran, pengecatan, finishing, dan packing. Sementara untuk urusan ide dan desain semuanya dihandle Pak Sujiyo sendiri. “Keunggulan produksi kami karena untuk desain dan cetakan produk kami buat sendiri dengan menggunakan bahan baku gipsum dan silikon” terang Pak Sujiyo. Pak Sujiyo mengaku jika banyak usaha sejenis yang sering menjiplak dan menduplikasi desain-desain produksinya. Sehingga, setiap ada kesempatan Pak Sujiyo selalu menciptakan desain baru agar mampu tetap bersaing dengan produk lainnya.

Untuk menghasilkan keramik-keramik hias tersebut, dibutuhkan waktu beberapa hari sampai produk tersebut bisa siap jual. “Tahap awalnya dicetak sesuai dengan desain, kemudian dilakukan penjemuran selama beberapa hari sampai benar-benar kering, setelah itu dilakukan pembakaran, dilanjutkan dengan penghalusan, pengecatan produk, finishing produk, dan terakhir pengemasan produk”jelas Pak Sujiyo di lokasi produksinya. Meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama dengan biaya operasional yang tidak sedikit, namun harga jual produk keramik hias tersebut hanya berkisar Rp.800,00-Rp.2.000,00/ biji untuk ukuran kecil. Sementara untuk ukuran 27 x 37 cm harganya Rp.60.000,00/ biji.

Pemasaran Produk Sujiyo Keramik

Diakui Pak Sujiyo, saat ini trend penjualan produk keramiknya cenderung mengalami penurunan. “Keramik itu mengalami masa jaya-jayanya antara tahun 90’an sampai tahun 2000,” imbuh Pak Sujiyo. Meskipun mengalami penurunan, Pak Sujiyo tetap rutin memproduksi beragam jenis keramik untuk disetorkan di beberapa toko souvenir yang ada di pusat wisata Malioboro. Selain itu, adanya pelanggan dari Bali yang rutin memesan 4000-5000 biji keramik per bulannya juga menjadi sumber pemasukan utama Pak Sujiyo saat ini. Dengan kondisi tersebut, Pak Sujiyo mengaku bisa memperoleh omzet 5-6 juta rupiah per bulan.

Pak Sujiyo

Adanya persaingan yang semakin ketat dan daya tarik masyarakat yang cenderung menurun terhadap produk kerajinan keramik membuat Pak Sujiyo berfikir bagaimana meningkatkan penjualan produknya. Dan yang baru-baru ini dilakukan adalah inovasi produk kerajinannya dengan menggunakan bahan baku semen yang dicampur kertas daur ulang. “Semen dan kertas tersebut memiliki keunggulan lebih kuat dan bisa detail dalam membuat desain produknya” terang Pak Sujiyo. Dengan menggunakan silikon sebagai bahan cetaknya, produk kerajinan yang dihasilkan tersebut memiliki keunggulan lebih mudah didesain sedemikian rupa.

Dalam sebulan Sujiyo Keramik mampu menghasilkan 5000 buah keramik ukuran kecil dan sedang, sementara untuk produk baru berbahan baku semen baru bisa diproduksi dalam jumlah ratusan. “Karena baru 2 bulan berjalan, maka untuk produk yang berbahan baku semen dan kertas belum banyak diminati masyarakat, sehingga dibutuhkan kerja keras untuk memperkenalkan produk kami tersebut” jelas Pak Sujiyo ketika ditanya mengenai perkembangan bisnisnya. Produk baru tersebut saat ini selain dipasarkan di Malioboro juga mulai diperkenalkan kepada wisatawan di Candi Prambanan dan Candi Borobudur.

kerajinan keramik

Tim liputan bisnisUKM

2 Komentar

  1. Saya menjual tanah liat bekas pemakaian pabrik keramik pecah belah (table ware dan stone ware) belah di tangerang, ready stock 100 ton per bulan. Kadar pemakaiannya masih layak untuk campuran produksi keramik pecah belah.

  2. saya mau buka bisnis keramik hias di palu sulawesi tengah, bisa minta alamat lengkapnya? dan bagaimana cara order barangnya. apa ada katalog yang bisa d lihat?

Komentar ditutup.