Merajut Laba dengan Benang dan Jarum

Bagi kebanyakan orang, merajut cukup identik dengan pekerjaan ibu rumah tangga atau nenek-nenek dalam mengisi waktu luangnya. Namun anggapan itu lambat laun mulai sirna seiring makin banyaknya kalangan muda yang menggemari teknik kreasi permainan benang dan jarum tersebut. Bukan sebagai hobi semata, karena tidak sedikit yang kemudian mengangkat rajut sebagai sebuah bisnis yang bisa mendatangkan keuntungan. Salah seorang anak muda yang awalnya menekuni rajutan sebagai sebuah hobi hingga menjadikannya menjadi sebuah usaha atau bisnis adalah Ajeng Galih Sitoresmi (27).

Owner Poyeng Knit ShopPerempuan yang menggemari rajut sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama tersebut dikenal sebagai penggagas Komunitas Poyeng, yang mewadahi para penghobi rajut di Yogyakarta. “Suka atau senang dengan rajut memang sejak SMP, namun baru ada kesempatan untuk menekuninya ketika sudah kuliah semester akhir (tahun 2008), saat itu ada sebuah kafe di Jogja yang mengadakan kelas merajut bekerjasama dengan crafter asal Bandung, dari situlah saya mulai belajar kelas dasar merajut,” jelas Ajeng kepada tim liputan bisnisUKM. Ketika ikut dalam pelatihan tersebut, Ajeng mulai yakin bahwa itulah pilihan hidupnya, dan berniat untuk menekuninya.

Sengaja Memilih Teknik Knit Rajut

Perlahan tapi pasti, Ajeng mulai menapaki step by step sebagai seorang perajut yang spesifik di knit rajut, yakni teknik rajutan yang menggunakan dua jarum. Menurutnya saat itu knit rajut belum banyak diketahui oleh orang, sehingga peluang untuk dikembangkan masih sangatlah besar. “Kebanyakan orang lebih familiar dengan krose, yang menggunakan hakpen dibanding teknik knit rajut seperti ini, sehingga kendati memiliki peluang besar untuk dikembangkan, juga memerlukan perjuangan ekstra untuk memperkenalkannya kepada masyarakat,” terang jebolan komunikasi salah satu perguruan tinggi negeri terkenal di Jogja tersebut.

Benang Rajut Poyeng Knit ShopGerilya ke kosan teman-temannya, hingga masuk ke komunitas crafter yang ada di Jogja ditempuh Ajeng dalam mengenalkan knit rajut ketika itu. Tidak sampai disitu, cewek yang mengaku pernah bekerja partime di sebuah rental CD tersebut juga memanfaatkan blog sebagai cara agar knit rajut bisa lebih memasyarakat. Selain produk rajutan hasil kreasinya sendiri, Ajeng juga mengenalkan berbagai perlengkapan knit rajut seperti jarum dan benang yang sering dipakainya dalam berproduksi. Hasilnya, tidak sedikit orang yang kemudian tertarik untuk mempelajari knit rajut seperti yang Ajeng tekuni.

Poyeng yang merupakan nama panggilan istri dari Baskara Febrianto (31) tersebut dipilih sebagai nama atau brand produk rajut kreasi Ajeng. Selain mudah diingat, Poyeng juga memiliki kesan unik dan lucu. “Ketika banyak ketertarikan dari berbagai pihak, saya memutuskan untuk mengembangkan Poyeng sebagai sebuah komunitas, dimana orang bisa belajar merajut dengan gratis, selain itu juga bisa sebagai ajang sharing dengan para knitter (sebutan untuk orang yang merajut dengan knit rajut) lainnya,” ujarnya.

Mulai Serius Menekuni Bisnis Rajut

Produk Poyeng Knit ShopUntuk memudahkan menjalankan operasional komunitas dan usahanya, Ajeng beserta suami menyewa sebuah bangunan yang kemudian dijadikan workshop seluruh aktivitas Poyeng. Poyeng Knit Shop menjadi nama workshop tersebut, dimana selain dijadikan tempat ‘nongkrong’ anak-anak knitter Jogja juga menyediakan segala perlengkapan merajut dan pembelajarannya. “Tahun 2010 ketika sudah memiliki workshop, saya mulai menjalankan Poyeng dengan orientasi bisnis dan pembelajaran, yakni sebagai penyedia segala perlengkapan merajut dan belajar kerajinan rajut gratis,” terang cewek yang suka menyebut dirinya sebagai artisan (kata lain dari crafter).

“Tidak ada kendala atau halangan ketika saya memutuskan ini untuk dibisniskan, karena kendala itu sebenarnya ada pada diri kita sendiri, kalau kita merasa yakin dan mampu, serta punya kemauan, maka kendala itu hilang dengan sendirinya,” kata Ajeng mantap. Benar saja, kini Poyeng mampu menjadi referensi sebagai penyedia berbagai perlengkapan merajut seperti benang rajut, jarum knitting dan crochet, aksesoris merajut, buku-buku pembelajaran merajut, dll. Sementara untuk pelatihan/ belajar merajut, Poyeng tidak memungut biaya alias gratis. “Bagi kami disini tidak ada istilah training, yang ada adalah belajar bersama-sama,” imbuhnya.

Setiap hati, Poyeng Knit Shop yang lokasinya berdekatan dengan objek wisata Monumen Jogja Kembali tidak pernah sepi dari para knitter. Selain orang-orang yang belajar merajut, Poyeng Knit Shop juga diramaikan para asisten poyeng (sebutan untuk karyawan) yang kebanyakan terdiri dari mahasiswa partime. “Kenapa saya menerima mereka sebagai partimer di sini, karena menurut saya seorang partimer itu orientasinya ingin mencari pengalaman dan belajar tentang manajemen bisnis, seperti dulu saya pernah jalani selama kurang lebih dua tahun,” ujarnya sembari tersenyum.

Dari hasil usahanya tersebut, Ajeng mengaku dalam sebulan bisa mengantongi omzet kurang lebih 30 juta. Sebagian besar omzet yang diterima diperoleh dari penjualan perlengkapan merajut, terutama benang. “Untuk benang rajut, saat ini kami sudah mulai memproduksi sendiri, yang kami namai sweet cotton poyeng, itu yang menjadi salah satu ciri khas kami,” lanjut Ajeng. Sementara untuk produk rajutan, Poyeng selama ini berproduksi sesuai dengan pesanan serta menerima custom order.

Ketika ditanya harapan ke depannya, Ajeng berkeinginan untuk menjadikan Poyeng sebagai salah satu tujuan wisata di Jogja. Namun, butuh kerja keras untuk bisa ke arah situ, terlebih untuk mewujudkannya diperlukan modal yang tidak sedikit. Terakhir Ajeng berbagi tips untuk para pemula yang berencana mengembangkan sebuah usaha teruatama yang berdasarkan hobi. “Intinya kalau ingin membangun usaha atau bisnis dari hobi lakukan saja, meskipun hal itu terlihat sepele, karena apabila kita melakukan sesuatu berdasarkan hobi atau kesenangan, pasti kita akan total dan memberikan 100% yang kita miliki,” terang Ajeng. Di samping itu, konsep dari sebuah usaha yang ingin dikembangkan itu harus jelas, karena tanpa konsep yang jelas ibaratnya berjalan tanpa tujuan.

Tim liputan bisnisUKM

3 Komentar

  1. saya terinspirasi dari artikel ini,, saya juga berharap bisa membuka peluang bisnis seperti poyeng.. mungkin kapan” saya akan kejogja untuk sharing.. sangat membantu dan menggugah kreatifitas. trims

Komentar ditutup.