Merintis Usaha Mainan Anak dari Barang Bekas Hanya Bermodal Kreativitas

Isti Winarni owner JogjatoysYogyakarta –  Usaha mainan anak yang dirintis Isti Winarni (40) sejak tahun 2012, bermula dari menjual mainan anak-anak import dari Tiongkok berbahan dasar kayu. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Isti mulai menemui kesulitan untuk mendapatkan stok barang mainan dari luar negeri.

”Awal usaha menjual mainan produk dari Cina berbahan dasar kayu. Lambat laun sulit diperoleh. Akhirnya bikin sendiri dari barang-barang bekas seadanya dan suka-suka ngerangkainya atau Do It Yourself (DIY) buat mainan anak dan merambah ke aksesoris handmade,” tuturnya.

Merintis usaha mainan anak dari barang bekas hanya bermodal kreativitasIde Isti untuk memiliki usaha mainan anak di latar belakangi kebutuhan terhadap produk mainan yang tak pernah surut. Tak seperti mainan anak pada umumnya, Ibu dua orang anak ini selalu membuat bentuk atau produk yang berbeda-beda. Bisa dikatakan dengan desain mainan Isti tidak hanya yang lucu, dan unik, tapi juga jarang ditemukan atau limited edition.

“Kalau mainan import butuh modal besar dan ada beberapa mainan sudah sulit ditemukan. Dari situlah saya akhirnya memutar otak untuk tetap bisa mengelola usaha mainan anak ini dengan membuat produk mainan serupa. Yaitu dengan bahan-bahan yang tidak terpakai atau barang bekas,” jelasnya.

Selain mewarisi darah seni dari kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai pelukis dan penari, Isti memperoleh pengalaman membuat aneka barang kerajinan dari hasil kerjanya selama 10 tahun di perusahaan furniture di Bali. Ia kerap membuat home aksesoris dan kebutuhan interior lainnya. Di samping bekerja, Isti juga membuat kaos diberi ornamen payet dan ia titipkan rekannya di Prancis. Yang ternyata laku selama satu bulan, namun dirasa kurang efektif. Dari situ Isti berpikir untuk memiliki usaha sendiri dengan membuat produk dan ia jual sendiri.

Akhirnya Isti kembali ke kota kelahirannya (Yogyakarta) dan membangun usaha bersama sang suami. Membuat mainan anak yang di Yogya belum ada, dan menjualnya. Di antaranya, mainan, bando, jepit, hanger, hiasan dan lainnya dengan desain yang berbeda namun dengan harga yang murah.

Dari Barang Bekas Jadi Produk Mainan Berkelas

Dari barang modal kreativitas barang bekas jadi produk mainan berkelasBahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya pun bisa apa saja, dan sangat mudah diperoleh. Dengan bahan bekas atau benda seadanya, ditangan lulusan Seni Rupa Desain Interior ISI Bali ini disulap menjadi sebuah mainan, aksesoris, serta kerajinan daur ulang yang terlihat eksklusif.

”Bahan yang sering digunakan di antaranya flanel, kerang, kayu atau ranting, kain perca, bunga-bunga plastik dan apa saja barang bekas yang ada bisa dikreasikan. Bisa buat mainan, hiasan, atau aksesoris. Dari awal usaha yang paling konsisten bikin jepit foto dari kayu,” terang Isti.

Baca Juga Artikel Ini :

Dari Barang Bekas Jadi Kerajinan Lampu yang Berkelas

Kintan Craft, Ubah Alat Masak Jadi Barang Bernilai Seni

Setiap harinya Isti mampu membuat karyanya 3-5 item kerajinan di workshop usaha yang diberi nama Jogjatoys tersebut. Ia pun melakukan sistem penjualan offline dan online. Yaitu melalui berjualan rutin setiap pekan di Sunmor UGM dan mengikuti beberapa pameran. Untuk onlinenya Isti menjual karyanya lewat Instagram @Jogjatoysandkids dan website.

”Perdana jualan di Sunmor langsung dapat respon bagus dari para pembeli. Malah jadi tambah semangat bikin. Di Sunmor selalu ada aja yang datang, dan setiap pekan selalu ada yang tanya ada yang baru enggak, apa saja, ada juga yang request. Kami juga menerima reparasi jika ada yang rusak , dan gratis,” ungka putri ke 4 dari 4 bersaudara ini.

Selain mainan, karya Isti yang paling banyak diburu adalah hiasan quotes yang bisa ditulisi apa saja. Pembelinya mulai dari Yogyakarta, Jakarta, dan Semarang. “Ada juga pembeli dari Jepang dan Korea yang sering membeli wind chime atau penangkap angin yang menimbulkan bunyi. Sedangkan pembeli dari Australia dan Singapore kerap membeli dream catcher yang mereka beli secara online,” terang Isti. Setiap sebulan sekali, Isti juga melakukan penjualan dengan pengiriman rutin ke Bali. Namun ia mengaku, terkadang kesulitan dalam pengemasan.

”Harga yang kami tawarkan untuk setiap produk yang kami hasilkan pun sangat terjangkau. Yaitu mulai Rp 15 ribu hingga Rp 110 ribu. Target konsumennya, mulai dari anak-anak hingga ibu rumah tangga,” katanya.

Setiap harinya Isti mampu menjual karyanya 15 hingga 35 pcs. Namun jika ada produk dengan bahan baku yang sulit diperoleh, terkadang Isti sayang menjualnya. Sehingga banyak produknya yang dijadikan koleksi pribadi di rumahnya. Di samping kesibukannya mengelola usaha dan menjadi ibu rumah tangga, Isti juga kerap membuka kelas workshop untuk kalangan pelajar dan umum. Berapapun jumlah orangnya, Isti bersedia melayani.

”Harapan kedepannya saya ingin usaha mainan anak Jogjatoys ini bisa lebih dikenal, produknya bisa diterima, dan terus bisa meningkatkan mutu kualitas, serta bisa membuka Gallery di rumah,” pungkasnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Titis A. W)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Yogyakarta

1 Komentar

Komentar ditutup.