Mesin Pelipat Baju Buatan Mahasiswa UMY Digunakan Perusahaan Kaos di Jogja

Mesin Pelipat Baju Buatan Mahasiswa UMY Digunakan Perusahaan Kaos di JogjaKabar menggembirakan agaknya akan menghampiri para pelaku industri konveksi di tanah air. Jika selama ini kebanyakan pelaku industri konveksi mengaku masih kesulitan ketika harus menyelesaikan proses pelipatan baju setelah diproduksi, M. Iqbal Nur Fahmi salah satu mahasiswa Teknik Mesin UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) berhasil mendesain sebuah alat pelipat baju dengan pengontrol sistem elektro pneumatik dan Programmable Logic Controller (PLC), untuk industri konveksi.

Melalui website resmi kampus UMY, Iqbal mengungkapkan bahwa sebenarnya proses pengerjaan desain mesin pelipat baju sudah ia mulai sejak setahun yang lalu, tepatnya pada bulan November 2015. Desain tersebut ia kerjakan sendiri di bawah bimbingan dua orang dosen Teknik Mesin UMY yakni, Bapak Wahyudi, S.T., M.T., dan Bambang Riyanta, S.T., M.T.

Ketika ditanya mengenai ide atau gagasan menciptakan mesin tersebut, Iqbal mengaku awalnya ia melihat salah satu perusahaan kaos di Jogja yakni Inteeshirt memiliki kendala produksi, terutama dalam proses pelipatan baju setelah diproduksi.

“Selama ini pelipatan baju di Inteeshirt dikerjaan secara manual menggunakan tenaga manusia, yakni oleh dua orang karyawan saja. Dalam satu hari, mereka hanya mampu melipat baju sebanyak 750 buah selama 8 jam kerja, dengan alat bantu kertas karton,” ujar mahasiswa angkatan 2012 ini. Melihat kapasitas tenaga kerja manusia yang cukup terbatas, Iqbal pun terdorong untuk membuat alat pelipat baju yang sebenarnya sudah banyak diproduksi di luar negeri.

“Harga satu unit mesin dan biaya impor dari luar negeri cukup mahal, jadi banyak pelaku industri konveksi dalam negeri enggan untuk membeli mesin pelipat baju buatan luar negeri,” tambahnya. Sadar akan hal tersebut, Inteeshirt pun kemudian tertarik untuk menggunakan mesin pelipat baju buatan iqbal.

“Oleh karenanya, saya berinovasi membuat mesin dengan biaya yang jauh lebih murah, namun hasilnya juga tetap bagus. Dalam waktu yang sama, yakni sehari dengan 8 jam kerja, mesin pelipat baju ini bisa menyelesaikan kurang lebih 1.152 baju. Dengan demikian, total efisiensi sebanyak 60%, dan menghemat biaya kurang lebih 100.548 rupiah,” jelas Iqbal, dikutip dari situs www.umy.ac.id.

Untuk menyelesaikan satu unit mesin pelipat baju, Iqbal mengaku menghabiskan dana sekitar Rp 22.280.000. Untuk proses pengerjaan alat pelipat baju semuanya didanai oleh perusahaan kaos Inteeshirt, dan proses pembuatannya pun berada di workshop Inteeshirt. “Selama ini proses pengerjaan dikerjakan langsung oleh saya sebagai desainer dan dibantu oleh dua orang karyawan inteeshirt,” terangnya.

Kendati dengan dibuatnya mesin ini membuat proses pelipatan baju semakin cepat dan efisien, namun bukan berarti akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang ada di Inteeshirt. Alat pelipat baju sendiri sudah diuji cobakan langsung oleh pemilik (owner) Inteeshirt dan rencananya akan mulai difungsikan pada akhir tahun 2016 mendatang.

Setelah menyelesaikan karyanya, rencana kedepan Iqbal akan segera mengurus sertifikan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) untuk mesin pelipat baju yang telah Ia produksi. Selain mendapatkan sertifikat HAKI, Iqbal juga berharap semoga kedepannya mesin pelipat baju ini bisa diproduksi secara massal dengan harga yang bersahabat di kantong pelaku industri konveksi dalam negeri.