Modal Bahasa ‘Kalkulator’ Perajin Kerang Ini Sebulan Dapat Rp 50 Juta

Moh Soleh pengusaha kerajinan kerang
Moh Soleh menghadapi ‘buyer’ asing dengan bermodalkan bahasa ‘kalkulator’, terbukti dibalik keterbatan bahasa Ia bisa menjalankan bisnis kerajinan kerang dengan omzet Rp 50 juta/ bulan.

Tidak menguasai bahasa asing, tak membuat nyali Moh Soleh ciut menghadapi ‘buyer’ dari Jepang, China, Australia, Amerika Serikat atau Perancis. Bermodalkan bahasa ‘kalkulator’ Soleh terbukti bisa menjalankan bisnis kerajinan kerang dengan lancar.

“Saya sudah menjalani bisnis ini sejak 20 tahun lalu. Sudah tak tahu lagi pembeli itu dari negara mana saja, yang jelas kalau sudah negosiasi harga, saya tinggal hitung-hitungan menyodorkan kalkulator. Pakai bahasa kalkulator saja, mereka itu mengerti,” ujar Soleh, perajin kerang asal Situbondo, Jawa Timur, sambil tertawa.

Kerajinan kerang yang dibuat Soleh cukup variatif. Misalnya, gantungan kunci, hiasan gantung, kalung, gelang, beraneka macam mangkok, westafel, pigura, asbak dan lain-lain. Semua kerajinan itu menggunakan bahan utama dari kerang. Harga yang dipatok paling murah Rp 10 ribu. Produk kerajinan termahal adalah jenis westafel yang harganya mencapai Rp 1,5 juta.

Bisnis kerajinan aksesoris dari kulit kerang
Semua aksesoris cantik ini diproduksi menggunakan bahan utama dari limbah kerang.

Sejak 20 tahun lalu, Soleh memilih Pulau Bali sebagai sasaran penjualan kerajinan buatannya. Apabila hasil kerajinan dijual di wilayah Situbondo, maka tidak akan berkembang dikarenakan persaingan cukup ketat. Di Situbondo memang banyak penduduk yang berprofesi sebagai pembuat kerajinan kerang.

“Akhirnya saya hilir mudik Situbondo-Bali. Berbagai ‘art shop’ di kawasan Pasar Seni Kumbasari, Nusa Dua, atau Legian, menjadi pelanggan, sampai akhirnya sejak lima tahun lalu, saya memilih membuka art shop sendiri tepat di depan Pasar Seni Guwang – Gianyar,” kata pria berusia 45 tahun ini.

Soleh bersyukur, usaha yang memperkerjakan empat orang karyawan ini bisa berjalan meski sering kali dirinya mendapatkan tantangan. Tantangan yang beberapa kali harus dilalui, jika ada konsumen yang memesan produk tertentu. Maka Soleh harus belajar ekstra agar memiliki kemampuan cara membuatnya. Tidak jarang, percobaan demi percobaan pembuatan kerajinan harus dilalui, melewati puluhan kegagalan sampai akhirnya bisa membuat produk pesanan konsumen dengan hasil yang maksimal.

Omzet Rp 70 juta per bulan dari bisnis kerajinan kerang
Sejak 20 tahun lalu, Soleh memilih Pulau Bali sebagai sasaran penjualan kerajinan buatannya.

“Dulu ketika ada pesanan membuat pesanan aneka mangkok bahan kerang dan resin. Waduh, sudah tidak terhitung berapa kali kegagalan, tapi saya enggan menyerah sampai akhirnya bisa membuatnya,” ujarnya.

Baca Juga Artikel Ini :

Uniknya Kerajinan Hasil Laut dari Kulit Kerang

Bros Cangkang Kerang, Kerajinan Tangan Unik Hasil Laut

Selama ini, kendala yang ditemui Soleh adalah ketersediaan bahan baku. Sampai-sampai, pria ini memesan bahan baku kerang hingga ke Papua, Bima atau Aceh, agar usahanya tetap bisa berjalan. Apalagi, sejumlah pelanggan setia yang biasanya berbelanja mulai Agustus sampai akhir tahun, selalu rutin memesan produk kerajinan sampai ribuan pieces.

“Kalau hari-hari biasa, terhitung sepi, pendapatan sekitar Rp 30 juta per bulan. Kalau lagi ramai, omzet bisa antara Rp 50 – 70 juta,” ujar Soleh.

Salah seorang karyawan sedang merakit kerajinan aksesoris kerang
Salah satu karyawan Sholeh sedang membuat aksesoris kerang. Saat ini Sholeh ikut senang karena puluhan anak muda yang dulu jadi karyawan Sholeh, kemudian mundur kini sudah bikin bisnis kerajinan kerang sendiri.

Kepada calon pelaku usaha yang ingin menggeluti bisnis, Soleh berpesan agar tidak mudah putus asa dan teruslah belajar agar bisa menghasilkan sesuatu yang terbaik. Tidak lupa Soleh mengingatkan agar tidak gampang menyerah kalau ada cobaan, karena setiap pelaku usaha pasti pernah mengalami berbagai kendala atau cobaan.

Menghadapi persaingan, Soleh mengaku tidak pernah keder, karena dirinya berprinsip bahwa rezeki seseorang tidak akan mungkin tertukar dengan lainnya. “Contohnya saya ini, sudah puluhan anak muda yang dulu bekerja pada saya, kemudian mundur dan bikin bisnis kerajinan kerang sendiri. Sekarang mereka banyak yang jadi bos. Tapi saya tidak merasa tersaingi. Malah bangga, dulu mereka menimba ilmu dari saya, dan sekarang sudah sukses. Yang penting sering-sering ada variasi produk dan bisa menjaga pelanggan,” katanya.

Tim Liputan BisnisUKM
(/Vivi)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Bali