Peluang Usaha Restoran dengan Layanan IT

Banyak cara dilakukan restoran atau rumah makan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas waktu, biaya maupun tenaga, dengan tetap mengedepankan cita rasa khas sebagai unggulannya. Namun Food Fest di Jalan Kaliurang km 5,5 Yogyakarta ini lain dengan resto atau rumah makan umumnya. Fajar Handika yang jebolan Teknik Komputer UGM, memilih memadukan information technology (IT) dengan keragaman menu-menu khas yang menjadi unggulan setiap makanan dan minuman yang disajikan. Jika Anda berkunjung ke Jogja Foodfest, Anda akan mendapat suguhan yang berbeda dengan rumah makan lainnya.

Mobile Phone

Anda tidak akan menemukan captain order yang dibawakan oleh waitress untuk memilih menu yang Anda sukai karena sang waitress sudah memakai PDA. Di resto yang berlokasi di Jalan Kaliurang ini, konsep pelayanan kepada pelanggan sepenuhnya sudah berbasiskan teknologi. Restoran ini telah menerapakan teknologi FIKS (Foodfezt Integrated Kitchen System) yang secara sederhana bisa diartikan sebagai sebuah konsep integral antara waitress-kitchen-cashier-backoffice serta realtime.

Seluruh layanan Foodfest didukung penerapan IT. Sehingga pelayan restoran pun saat menghampiri pengunjung untuk mencatat pesanan menu bukannya membawa kertas catatan dan pulpen, melainkan membawa PDA. Dengan PDA itulah pelayan mencatat segala pesanan pengunjung. “Sebenarnya bukan kok gaya atau mengikuti trend, tapi memang pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif dari aspek biaya, waktu, dan tenaga. Jadi pelayan di sini minimal juga harus bisa mengoperasikan komputer,” ujar Fajar Handika yang menjadi owner sekaligus General Manager Foodfest yang dirintisnya sejak sekitar 1,5 tahun lalu itu.

Menurut Fajar, resto yang menyuguhkan lebih dari 100 menu unggulan dengan cita rasa khas, bukan seperti rumah makan serba ada yang rasanya standar ini telah menerapakan teknologi Foodfest Integrated Kitchen System (FIKS) yang secara sederhana bisa diartikan sebagai sebuah konsep integral antara waitress-kitchen-cashier-backoffice serta realtime. “Di Jakarta dan Singapura sudah banyak yang menggunakan perangkat seperti PDA sebagai gadget waitress ketika mereka menangani pesanan. Hanya saja, rata-rata restoran punya satu dapur atau bar, sedangkan Foodfest memiliki 11 dapur dan satu bar,” ujar Fajar Handika didampingi Faiz, marketing sekaligus public relations Foodfest.

Beberapa piranti pendukung FIKS antara lain internet server, database server, POS server, order terminal, kitchen monitor, print servers, printers, wireless access points, router, dan PDA. Dengan piranti ini, semua aktivitas di rumah makan ini bisa dimonitor dari mana saja. “Jadi saya bisa mengetahui berapa orang yang sedang makan, siapa saja yang melayani, apa saja pesanannya, dan sebagainya ,” kata Fajar.

Memang untuk itu dibutuhkan investasi yang lebih besar. Tapi menurut Fajar, mahal tidaknya investasi untuk perangkat digital tersebut relatif. Sebab, jika dengan sistem manual, konvensional dan tradisional, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sumber daya manusia yang bertambah pada saat restoran ramai, berapa tenaga yang harus dikeluarkan jika pelayan harus naik-turun lantai atas dan bawah melayani tamu dengan mondar-mandir, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mencetak nota pesanan (captain order) yang kemudian hanya dibuang, bagaimana risiko kesalahan membaca jika pesanan hanya ditulis tangan yang berdampak pada turunnya kualitas layanan, bagaimana risiko sistem administrasi keuangan karena menggantungkan cash register saja tentunya tidak cukup, serta beragam pertimbangan lainnya.

Pelayanan Produk Jogja Foodfest

“Sebenarnya ini bukan konsep terlalu baru karena beberapa restoran di Jakarta dan Singapura banyak yang sudah menggunakan perangkat seperti PDA sebagai gadget waitress ketika mereka menangani pesanan. Haya saja, rata-rata restoran punya satu dapur atau bar sedangkan Foodfest memiliki 11 dapur dan satu bar,” ujar Fajar Handika, General Manager Jogja Foodfezt.

Beberapa peranti yang memegang peranan penting dalam konsep FIKS ini antara lain adalah internet server, database server, POS server, Order Terminal, Kitchen Monitor, Print servers, Printers, Wireless Access Points, Routerm, dan PDA. Internet server berfungsi untuk menghubungkan database server dengan dunia luar. Dengan alat ini, semua aktivitas di rumah makan ini bisa dimonitor melalui VPN (Virtual Private Network) over internet dari mana saja. Artinya si pemilik rumah makan bisa mengetahui berapa orang yang sedang makan, siapa saja waitress yang melayani, apa saja pesanannya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan pesanan kepada pelanggan.

Elemen penting lainnya adalah router. Peranti ini berfungsi sebagai jantung dari FIKS. Semua perangkat yang menggunakan koneksi kabel tersambung ke router ini. Sementara Wireless Acces Point fungsinya mirip router, tapi nirkabel. Semua PDA dan komputer yang terhubung ke jaringan secara nirkabel akan terhubung ke sini dengan protokol wifi dan diteruskan ke router. Yang tidak kalah pentingnya adalah Database server. Komponen ini berupa sebuah komputer server yang beisi semua data transaksi yang terjadi. Segala kegiatan apapun yang berhubungan dengan order akan dicatat di sini. Sementara PDA menjadi bawaan wajib bagi para waitress. Peranti ini digunakan oleh para waitress untuk melakukan input order, melihat ketersediaan menu, maupun status meja. Data pemesanan itu itu akan disinkronisasi secara realtime dengan database server.

Fajar mengatakan, penggunaan perangkat teknologi dalam bisnis restorannya ini cukup menguntukan dari segi bisnis dan efisiensi. Ketika pemilik restoran mengimplementasikan teknologi digital dengan sistemnya maka mereka akan mendapat beberapa keuntungan seperti efisiensi karyawan, penghematan biaya pembuatan Nota Order, dan meminimalisasi kesalahan pegawai. “Dengan sistem seperti ini, akan ada data penjualan secara detil berdasarkan waktu dan jenis makanan yang terjual. Pemilik resto bisa menganalisis berapa jumlah tamu yang datang dalam kurun waktu tertentu, berapa persen penjualan es teh dibanding es jeruk, atau restoran paling ramai dikunjungi jam berapa dan hari apa,” tutur Fajar.

Kerjasama untuk mengisi outlet

Sistem usaha yang digunakan Jogja Foodfest adalah menyediakan tempat makan dan sistem manajemen. Sedangkan pemilik outlet hanya menyiapkan produk makanan dan minumannya. Untuk itu diperlukan seleksi yang ketat agar bisa menempati outlet di sini. ” Selain melayani pengunjung, kami juga melayani para pemilik outlet tersebut. Sistem kita gunakan adalah kontrak selama 4 bulan,  jika produknya bisa dipertahankan kualitasnya, maka akan kita perpanjang lagi. ” Fajar menjelaskan pada bisnis ukm. Dengan mengandalkan keunggulan tempat dan sistem pelayanan, maka banyak outlet yang merasa senang dengan kerjasama ini. Karena selain menguntungkan, transparansi sistem laporan penjualan pun biasanya kita bisa memberikan secara detail. Misalnya outlet A pada bulan Januari penjualannya menurun, kita akan tahu penyebab menurunnya penjualan outlet A. Sehingga kita bisa memberikan saran agar bisa diperbaiki.

Analisa Pasar dan Strategi Pemasaran

Untuk segemtasi pasarnya, Jogja Foodfest memang lebih menitikberatkan pada segmentasi menengah keatas, dengan harga produk rata – rata 20.000 – 30.000 setiap porsi.Dengan menyasar pada segmen kelas menengah keatas ini, maka keunggulan produk dan pelayanan kenyamanan tempat / lokasi harus diperhatikan, sehingga image produk dan usaha bisa dipertahankan.

Dalam memasarkan produknya, Jogja Foodfest lebih menitikberatkan pada pemasaran networking, melalui beberapa jaringan online ataupun offline. ” Kita lebih banyak melakukan kegiatan promosi melalui kerjasama dengan berbagai media di Jogja. Dan selain itu juga kita lebih menitikberatkan pada kepuasan pelanggan, sehingga pelanggan akan mempromosikan sendiri ke teman ataupun kerabat dekatnya ” ujar Fajar. Memang seringkali Jogja Foodfest ditayangkan pada beberapa media cetak dan televisi di Jogja. Dan Jogja Foodfest juga sering didatangi oleh para artis – artis Ibukota, seperti : Jajang C Noer, Nurul, Sutradara. Jika pada hari libur atau malam minggu Jogja Foodfest akan terasa ramai dengan jumlah pengunjung bisa mencapai 200 – 300 orang per hari. Namun pada hari – hari biasa jumlah pengunjung hanya 100 – 150 orang.

Analisa Keuangan Jogja Foodfest
Sewa Tanah 6th           Rp 150.000.000
Investasi lain - lain    Rp 300.000.000
Total                    Rp 450.000.000

Omset per bulan
150 org x Rp 25.000 x 30    = Rp 112.500.000

Laba Kotor 
Penyewaan 11 bh stall       = 11.000.000
15 % fee Omset              = 16.875.000
Total                       = 28.875.000

Biaya Operasional
Gaji Pegawai                : Rp 20.000.000
Listrik                     : Rp   3.000.000
Biaya Overhead              : Rp 10.000.000
Biaya Lain - lain           : Rp   5.500.000
Total                       : Rp 38.500.000

Proyeksi Laba Bersih          Rp 11.875.000

Yang perlu diperhatikan dalam hal keuangan untuk Jogja Foodfest adalah pemeliharaan alat – alat IT, sehingga tidak menimbulkan kekecewaan dalam pelayanan bagi konsumen. Anggaran keuangan untuk kebutuhan ini harus ada, karena jika terjadi kerusakan maka bisa segera diperbaiki. Selain itu juga penyeleksian yang ketat terhadap outlet – outlet yang berada di bawah naungan Jogja Foodfest, dan tetap memelihara hubungan yang baik dengan para pemilik outlet.

sumber gambar: freefoto.com

5 Komentar

  1. sy tertarik software comp untuk membantu proses administrasi/kasir usaha restocafe kami..tq
    Bpk.Andi Bastian
    hp.081.2270.1099

  2. Terima kasih sudah mencantumkan artikel tentang FoodFezt.
    BTW, kalo gak salah artikel diatas ada di Koran Joglosemar ya?

    Thanks,
    best regards,
    Faiz

Komentar ditutup.