Pemuda Asli Bukitinggi Ini Sajikan Rendang Jengkol Kemasan Kaleng

Pemuda Asli Bukitinggi Ini Sajikan Rendang Jengkol Kemasan KalengMenetap di kota Jogja tak membuat Ronny Yahya (29) lupa akan kampung halamannya. Mengadopsi menu kuliner dari daerah asal orang tuanya, Ronny mencoba terjun meramaikan pasar bisnis kuliner di Jogja dengan menyajikan olahan makanan praktis dalam kemasan kaleng.

Tak seperti pelaku bisnis kuliner lainnya yang memilih bungkus plastik atau styrofoam untuk mengemas produk makanannya, pengusaha muda yang akrab dipanggil Ronny ini lebih memilih bisnis rendang instan dalam kemasan kaleng. Ia mengaku sengaja memilih kemasan kaleng agar masakan rendang buatannya bisa bertahan lama.

Agar usahanya berbeda dengan yang lainnya, Ronny yang mengusung brand Rendang Magek tak hanya menciptakan menu rendang sapi kaleng namun ia juga mencoba mengenalkan menu rendang jengkol dan gulai ikan patin.

Ketika ditanya mengapa ia memiliki ide untuk membuat rendang jengkol kaleng, Ronny berujar bahwa sejak tahun 2005 sudah tinggal di jogja Ia lebih sering menemukan olahan jengkol yang dimasak semur. Padahal sebenarnya citarasa jengkol juga tak kalah lezat jika dimasak rendang.

Bisnis rendang kalengMelihat animo masyarakat terhadap menu olahan jengkol cukup tinggi, dengan bantuan sang ibu, Yeni Ennida (54), Ia pun mencoba mengolah jengkol dengan cara direndang untuk menciptakan sensasi baru di kalangan pecinta jengkol.

Cara ini ternyata cukup sukses, selain menu andalannya rendang sapi kaleng yang disukai konsumen, selama ini Ronny juga kebanjiran orderan rendang jengkol kaleng dari kalangan masyarakat. Sementara itu, untuk membantu pemerintah mengenalkan program gemar makan ikan, Ronny juga turut menghadirkan menu gulai ikan patin dalam sebuah kaleng.

“Saya sengaja memilih ikan patin karena selama ini belum banyak dikenal, padahal kandungan omega dan proteinnya lebih banyak ikan patin,” kata pengusaha muda yang belum lama ini berhasil meraih juara II dalam kompetisi usaha kreatif di Jogja ini.

Berkali-kali Uji Coba Sampai Temukan Ramuan yang Pas

Sebelum sukses seperti sekarang ini, awalnya Ronny telah melakukan survey dan uji coba langsung terkait proses pengolahan makanan kaleng. Berulang kali ia meramu bumbu dan membuat cita rasa yang sesuai, dan tentunya tanpa mengurangi kadar nutrisi masakan yang diproduksi meski dimasukkan ke dalam sebuah kaleng.

“Awalnya, makanan dimasak seperti biasa di wajan. Kemudian dimasukkan di kaleng dan masuk proses sterilisasi atau pemanasan di suhu sampai 1.200 derajat celcius. Dan untuk proses pengalengan, saya menjalin kerjasama dengan perusahan di daerah Sorosutan,” terangnya.

Kerja keras Ronny dalam menciptakan ide bisnis kuliner instan ini ternyata berbuah manis, kini peminat rendang jengkol Magek, rendang sapi, dan gulai ikan kalengan itu tidak hanya sebatas warga Jogja saja. Justru permintaan terbesar datang dari konsumen di luar kota, seperti dari Bekasi,  Jakarta, Malang, Makassar, dan Kalimantan.

Produk Rendang Magek ini juga sudah pernah dibawa orang Indonesia ke Jepang, Belanda, dan Italia. “Kalau dikaleng kan lebih awet, bisa sampai satu tahun jadi bisa dibawa keluar negeri, sekaligus jadi obat rasa kangen pada Tanah Air,” ungkap Ronny yang sekarang ini sedang melakukan negosiasi agar bisa menjual produknya di supermarket di Singapura.

Dibandrol dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp 35.000/ kaleng untuk produk gulai ikan patin, dan Rp 45.000/ kaleng untuk menu rendang jengkol dan daging, dalam sebulan Ronny mengaku bisa menjual kurang lebih 100 kaleng makanan instan ke pasaran.

Komentar ditutup.