Perjuangan Pedagang Keliling Jadi Juragan Bakso Tusuk

Memiliki modal dan keterampilan pas-pasan tak menyurutkan semangat Sainah untuk bisa terus maju menjadi seorang pengusaha. Ditemui pada hari Sabtu (7/11) di warungnya “Bakso Tusuk Bu Sainah” yang beralamat di Dusun Miri, Sriharjo, Imogiri, Bantul, wanita paruh baya ini menuturkan bahwa awalnya di tahun 2007 Ia berjualan sosis keliling untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

perjuangan-pedagang-keliling-jadi-juragan-bakso-tusuk

“Saat itu saya mengajukan diri sebagai peserta PKH (Program Keluarga Harapan) dikarenakan pada waktu itu kondisi ekonomi keluarga tidak mencukupi. Suami saya bekerja sebagai buruh bangunan dengan pendapatan yang tidak pasti. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, saya berjualan sosis keliling untuk biaya sekolah anak saya yang masih SD dan 1 anak lulus SMK,” kenang Sainah.

Baca Juga Artikel Ini :

Bakso Kaget Sukses Membidik Selera Masyarakat

Nikmatnya Sensasi Buah dalam Kuliner Bakso

Penggorengan bakso tusukAwal mula merintis usaha, Sainah berjualan sosis keliling dengan mengambil dagangan sosis dari pedagang yang ada di Imogiri untuk selanjutnya dijual secara berkeliling. Setiap harinya perjuangan Sainah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

“Biasanya jam 12.00 siang saya menyempatkan diri pulang ke rumah untuk memastikan keberadaan anak – anak di rumah sekaligus untuk beristirahat. Waktu pagi sampai siang hari saya keliling di sekolah sementara untuk siang sampai sore saya berkeliling di kampung. Saat itu setiap harinya keuntungan bersih yang Ia dapatkan sekitar Rp 30.000,00,” ujarnya kepada tim liputan BisnisUKM.com.

Modal Rp 1 Juta Kini Hasilkan Omzet Puluhan Juta/ Bulan

Bisnis bakso tusukKegiatan usaha ini Ia jalankan selama empat tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan 2010, sebelum akhirnya ibu tiga anak ini memutuskan untuk berjualan di rumahnya di Dusun Miri Wetan RT 04 Sriharjo, Imogiri yang juga berada di pinggir jalan raya Siluk. “Dengan modal pinjaman dari KUBE-PKH sebesar Rp 1.000.000,- saya beranikan diri untuk kredit frezer. Alat ini saya butuhkan untuk menyimpan barang dagangan supaya tidak mudah membusuk serta untuk membuat es,” begitu jelasnya.

Pinjaman KUBE tersebut Sainah gunakan sebagai uang muka freezer sebesar Rp 500.000,- serta sisanya digunakan untuk membeli bahan baku dan peralatan lainnya. Dari situlah Sainah mulai memiliki ide untuk menambah variasi dagangannya, bukan hanya menjual sosis akan tetapi juga menjual aneka minuman es dan bakso tusuk. “Pertama kali saya beli bakso tusuk di Alun-alun Utara Yogyakarta, saya rasakan ternyata enak dan di Imogiri belum ada usaha seperti ini. Dari situ saya mendapatkan ide ingin coba-coba jualan bakso tusuk di rumah,” ujarnya.

Dengan bermodalkan keterampilan memasak yang dimilikinya, Sainah mulai memproduksi bakso tusuk di rumah. Awalnya ketika memutuskan berjualan di rumah Ia juga masih menjajakan bakso tusuk tersebut dengan berkeliling. Di pagi hari Sainah berjualan di rumah, dan sepulang anaknya dari sekolah Ia mulai berjualan keliling sementara warung di rumahnya ditunggu oleh anak-anaknya. “Setengah tahun saya masih sambil keliling di kampong dan belum laku banyak. Tapi saya masih punya semangat karena bakso tusuk ini belum ada di Imogiri. Sampai akhirnya ada peningkatan omzet setelah saya berjualan di sekolah-sekolah,” tutur Sainah.

Pada tahun 2011, Sainah memutuskan berhenti jualan keliling karena warungnya sudah mulai ramai. Pada tahun itu Sainah mengajukan pinjaman lagi ke KUBE PKH sebesar Rp 2.000.000,- untuk mengembangkan warungnya. Dan seiring berjalannya waktu, permintaan bakso tusuk semakin meningkat hingga sekarang ini setiap harinya Sainah bisa memproduksi sekitar 60 kg adonan.

“Bahan yang diperlukan untuk membuat adonan yaitu 30 kg daging ayam, 5 kg daging sapi, dan 25 kg tepung pati. Total modal yang diperlukan untuk pembuatan adonan tersebut sekitar Rp 1.500.000,00 dengan hasil penjualan sebesar Rp 3.000.000,00 setiap harinya. Itu masih ditambah keuntungan dari penjualan minuman sebesar Rp 200.000,00 per hari. Omzet segitu waktu hari biasa, dan ketika hari Minggu atau hari libur panjang penjualan bisa meningkat sampai 30%,” terangnya.

Ingin Memberdayakan Masyarakat Sekitar

Proses pembuatan bakso tusukSukses menekuni bisnis bakso tusuk di usianya yang tak lagi muda, Sainah tidak ingin menikmati kesuksesannya seorang diri. Dibantu beberapa tenaga kerja yang Ia rekrut dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya, saat ini Sainah dibantu 4 orang untuk proses produksi dan 4 orang lainnya untuk jaga warung.

“Saya cuma bisa bantu anak-anak muda. Daripada menganggur waktu libur kuliah saya bantu disini ya, kesadaran seperti itulah yang akhirnya membuat mereka mau membantu saya disini. Mereka juga memotivasi saya untuk buka cabang di Jogja,” tuturnya.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini

Dengan meningkatnya keuntungan yang didapat setiap bulan, pada tahun 2014 Sainah memutuskan untuk mengundurkan diri secara sukarela dari kepesertaan PKH karena Ia sadar di luar sana masih banyak keluarga yang masih membutuhkan bantuan PKH. Selain itu beliau juga berkeyakinan kalau kita iklas untuk mengundurkan diri nanti pasti akan ada rejeki dari tempat lain.

Terbukti, dari tahun 2014 sampai saat ini omzet yang didapatkan terus mengalami peningkatan hingga Ia mampu mengembangkan usahanya lebih besar lagi dan membangun warung bakso yang lebih luas. “Saya berencana akan berjualan bakso kuah dan mie ayam. Ditargetkan pada akhir tahun 2015 ini warung tersebut sudah dapat beroperasi dan bisa menambah jumlah tenaga kerja dari sekitaran lingkungan sini,” harap Sainah mengakhiri pertemuan kami siang itu.

Tim Liputan BisnisUKM

1 Komentar

Komentar ditutup.