Sentra Kerajinan Tenun di Kabupaten Pekalongan

tenun bahan alami
tenun bahan alami

Bila sebelumnya kita mengenal Pekalongan sebagai salah satu sentra penghasil kerajinan batik, maka sekarang ini kreativitas masyarakat setempat mulai meningkat sehingga tercipta berbagai macam jenis kerajinan tenun memanfaatkan bahan baku alami. Terletak di  di Desa Pakumbulan, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, sedikitnya ada sekitar 100 perajin yang memproduksi kerajinan tenun berbahan baku eceng gondok, akar wangi, dan juga mendong.

Untuk bisa sampai ke sentra kerajinan tenun di Desa Pakumbulan ini, kita membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari pusat Kota Pekalongan. Hampir setiap warga di Desa tersebut memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin tenun eceng gondok dan bahan alami lainnya. Tidaklah heran,  bila di setiap halaman rumah warga sering kita jumpai hamparan eceng gondok atau akar wangi yang sedang dikeringkan.

Bahan eceng gondok, akar wangi, atau mendong diolah warga dengan cara ditenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Hasil tenunan setengah jadi yang masih berupa lembaran itu biasanya dijual kepada para konsumen yang rata-rata adalah produsen kerajinan natural di berbagai daerah yang kemudian membentuknya menjadi beragam jenis produk kerajinan siap pakai seperti misalnya taplak meja, kotak tisu, sajadah, tirai, tas, karpet, atau lajuran (hiasan dinding).

Menurut pengakuan warga setempat, sentra kerajinan tenun dari bahan alami ini sudah berdiri sejak tahun 1980-an. Meskipun begitu, awalnya para perajin di Desa Pakumbulan bukan menenun eceng gondok atau akar wangi, melainkan menenun sarung palekat dari bahan benang. Baru kemudian memasuki tahun 1995, masyarakat mulai tertarik memproduksi kerajinan dari bahan baku alami lantaran kalah bersaing dengan perusahaan sarung palekat yang ditenun menggunakan mesin.

Dari satu unit alat tenun bukan mesin (ATBM), para pengrajin bisa menenun sepanjang 10 meter kerajinan. Biasanya para pengrajin membanderol hasil tenun eceng gondok dan mendong sekitar Rp 10.000,00 per meter, sedangkan untuk hasil tenun akar wangi dihargai sekitar Rp 15.000,00/ meter. Dengan dibantu sedikitnya 5 unit ATMB, sampai hari ini para pengrajin bisa memproduksi 10.000 meter kerajinan tenun bahan alami dengan meraup omzet rata-rata sekitar Rp 20 juta setiap bulannya.

Meskipun sentra kerajinan tenun bahan alami ini letaknya cukup jauh dari perkotaan, namun popularitas Desa Pakumbulan, Kecamatan Buaran, Pekalongan tersebut mulai dikenal luas masyarakat di luar daerah. Bahkan seiring dengan meningkatnya permintaan, sekarang ini kerajinan tenun bahan alami ini menjadi salah satu potensi bisnis Kabupaten Pekalongan yang produknya sudah melanglang buana hingga Jakarta, Bali, dan Malang, serta menembus pasar ekspor seperti ke Negara Jepang dan Korea Selatan.

karpet tenun
karpet tenun

Selama ini untuk pemenuhan bahan baku, para pengrajin memanfaatkan sumber daya alam di sekitar Pekalongan dan sebagai tambahan persediaan ada pula beberapa pengrajin yang mendatangkan bahan baku dari berbagai daerah. Contohnya saja untuk  bahan baku kerajinan eceng gondok didatangkan langsung dari Salatiga, bahan akar wangi biasanya didapat dari Kabupaten Garut, Jawa Barat, sementara bahan baku mendong dipasok dari petani di wilayah Yogyakarta dan Magelang.

Melihat peluang pasarnya masih sangat besar, tidak menutup kemungkinan bila sentra kerajinan tenun di Kabupaten Pekalongan ini bisa berkembang dengan pesat dan menjadi salah satu kawasan Wisata Industri yang bisa membangkitkan perekonomian masyarakat setempat. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses!

Sumber gambar :
1. http://www.mblusuk.com/gambar/2011/tenun05.jpg
2. https://pbs.twimg.com/media/BA9QS8rCIAAdpro.jpg:large

2 Komentar

Komentar ditutup.