Sukses Mengangkat Kopi Lokal ke Pasar Global

Kemasan kopi Loewak D'coffe

Selepas dari kuliah dan bekerja di sebuah dealer kendaran roda dua yang ada di kota Malang, Eko Pujo Ratnanto (29) tak lantas puas dengan jenjang karir yang Ia peroleh saat itu. Lelaki yang akrab di panggil Eko ini memutuskan mundur dari pekerjaannya dan memulai bisnis keripik jahe dengan modal yang terbilang minim.

Tak butuh waktu lama bagi Eko untuk mendatangkan banyak orderan ketika menekuni bisnis keripik jahe. “Namun sayang, pegawai saya yang bisa membuat keripik jahe memutuskan berhenti dan karena tidak adanya keahlihan dalam membuat keripik tersebut akhirnya saya memutuskan menutup usaha saya dan beralih ke bisnis kopi luwak,” cerita Eko.

Owner kopi Loewak D'coffe

Awal mula merintis bisnis kopi luwak tepatnya pada pertengahan tahun 2012, Eko hanya memiliki modal usaha sekitar Rp 750.000,-. Dengan modal yang sangat minim, Ia membeli kopi luwak yang sudah siap minum lalu dikemas ulang dengan menggunakan alumunium foil warna putih tanpa brand. Karena kemasan produk yang digunakan tanpa menggunakan brand, banyak sekali orang yang tidak percaya dengan kualitas kopi luwak yang Eko pasarkan.

“Seiring berjalannya waktu di tahun 2013 saya mulai membuat brand dengan nama Loewak d’Coffee dan dikemas menggunakan alumunium foil warna putih. Sejak pemakaian dengan nama brand ini orang sudah mulai percaya dan sedikit demi sedikit sudah ada yang mulai melakukan pemesanan,” ungkap pengusaha muda yang satu ini.

Di tengah kesuksesannya merintis bisnis kopi luwak, cobaan kembali dihadapi Eko karena salah satu pemasok kopi luwak yang Ia ajak kerjasama, suatu hari berbuat curang dengan memberikan kopi luwak campuran. “Campuran ini baru saya ketahui ketika ada salah satu pembeli saya komplain tentang kopi luwak yang saya kirimkan. Akhirnya pembeli itu saya suruh mengembalikan kopi luwak kami dan kami kembalikan semua uangnya. Setelah kejadian itu saya putuskan berhenti bekerja sama dengan pemasok yang berbuat curang, selama kurun waktu 1 bulan saya tidak berjualan kopi luwak otomatis mengangur dan tanpa pemasukan,” ujarnya.

Bangkit Dari Keterpurukan dan Memulai Dari Nol

Proses pencucian kopi

Suatu saat ada salah seorang teman yang menceritakan tentang kopi luwak dan berniat mengantarkan langsung ke petani kopi luwak yang ternyata masih kerabat dari teman Eko. Dari situ Ia mulai bangkit dari kegagalan yang Ia alami dan memutuskan untuk mengambil kopi luwak dari petani dengan pengambilan awal 3 kg kopi luwak berbentuk kotoran.

“Ternyata seiring dengan berjalannya waktu, petani ini mau diajak maju dengan prinsip harus saling terbuka dan kejujuran. Hingga sekarang ini kami masih melakukan kerjasama dan disini saya mulai belajar sendiri cara mengolah kopi luwak mulai dari menumbuk, melepaskan kulit cakangnya, mencuci, menjemur dan menyortir yang saya lakukan sendiri,” kata Eko.

Mengingat modal usaha yang dimilikinya masih cukup terbatas, selama menjalankan bisnis kopi luwak Ia masih melakukan proses pengovenan kopi ke jasa tukang oven kopi yang ada di daerah Dampit, Malang. Disana Eko sekaligus belajar tentang kopi dan cara pengovenannya hingga cara penyimpanan kopi yang baik dan benar.

“Ketika saya belum mempunyai alat untuk oven kopi kami pernah kedatangan tamu yang mencari kopi luwak dari Amerika yang langsung datang ke tempat kami dan mencicipi kopi luwak. Karena pada waktu itu kopi yang dicicipi baru dioven, akhirnya kopi kami dibeli sebanyak 5 kg dalam bentuk biji kopi matang. Kami juga pernah kedatangan tamu dari Macau, dan Taiwan yang sedang berlibur ke Malang mereka tahu tentang bisnis kopi luwak ini dari internet,” terangnya ke tim liputan BisnisUKM.com.

Proses penyortiran kopi

Pintu kesuksesan Eko dalam merintis bisnis kopi luwak agaknya semakin terbuka lebar setelah Ia mulai mengoptimalkan pemasaran via internet. Di bulan Desember 2013 Eko dihubungi oleh salah satu perusahaan garmen di Karawang yang membeli kopi luwak untuk dijadikan oleh-oleh perusahaan. Namun ketika itu ada sedikit kendala ketika kerjasama mulai berjalan. Setelah kopi luwak dikirimkan ternyata tidak bisa diterima karena kemasannya kurang menarik hanya menggunakkan kemasan alumunium foil berwarna putih. Dari kejadian itu kemasan produk diganti dengan kemasan Standpoucd One Valve warna gold, dan Ia coba menawarkan lagi ke perusahaan tersebut akhirnya diterima.

“Dengan kemasan produk yang menarik, kopi Loewak d’Coffee mulai dipesan oleh perusahaan travel dan juga pemilik perusahaan pabrik pupuk yang kebanyakan untuk di jadikan oleh-oleh. Sedangkan di luar negeri yang pernah merasakan produk kami antara lain Negara Taiwan, Malta, Jepang, New Zealand, Korea, Perancis, Kanada, Inggris, Australia, Abuhabi, Singapura, China, Malaysia, Macau, Jerman, dan Hongkong baik yang kami kirimkan langsung maupun yang merupakan pesanan untuk di bawa sendiri oleh konsumen,” terangnya.

Kedepannya, pengusaha sukses ini berharap agar bisnis home industrinya ini bisa menjadi pemasok kopi luwak yang lebih besar lagi dan juga ingin mendirikan kedai kopi khusus dari Kab. Malang.

Tim Liputan BisnisUKM

4 Komentar

  1. Sangat menginspirasi. Saya dr kepanjen mlg jg pak Eko.
    Saya ingin mencoba bisnis kopi bubuk rumahan, klo boleh bagi ilmunya ke saya ya, Pak.. :] Terimakasih.

    • Bpk. Zainuri berdasarkan perjalanan dan pengalaman saya yang terpenting kita fokus Pak dan jangan pernah mengecewakan konsumen, dan kita harus jujur tentang produk kita

Komentar ditutup.