Usaha Boneka Bagja Tak Pernah Sepi Dari Orderan

Lucu dan menggemaskan, itulah yang menjadikan boneka sebagai salah satu produk mainan atau barang koleksi yang sekarang ini tak hanya digemari kalangan anak-anak, namun juga disenangi para remaja putri, bahkan sampai kalangan para ibu. Tingginya animo masyarakat terhadap boneka, tentu menjadi sebuah peluang bisnis yang cukup menjanjikan bagi para pelakunya. Sehingga tidak heran bila sampai hari ini masih banyak sentra usaha boneka di kota Bandung, yang setiap bulannya tak pernah sepi dari orderan.

Dari sekian banyak sentra usaha boneka yang tersebar di kota Bandung, pekan lalu tim BisnisUKM.com berkesempatan menemui salah satu pengusaha boneka di kawasan Sayati, Kopo yakni Dini Damayanti,ST (36) yang mengembangkan bisnis boneka “Bagja” bersama sang suami tercinta.

Meneruskan jejak sang bapak mertua yang telah merintis bisnis boneka sejak tahun 1980, awalnya bisnis boneka tersebut dihandel oleh suami Dini yang bernama Asep Junaedi (42). Namun sejak Dini resign dari pekerjaannya yang saat itu menjabat sebagai salah seorang marketing di Gajah Tunggal, pada awal tahun 2007 silam Dini mulai terjun secara langsung membantu sang suami dan memilih bekerja di rumah untuk membesarkan bisnis boneka Bagja.

“Sekarang ini kami telah memproduksi lebih dari 50 karakter boneka, bentuknya kami sesuaikan dengan trend yang sedang booming di pasaran” jelas Dini ketika ditemui tim bisnisUKM Rabu (31/10). Setiap bengkel yang Ia miliki dikhususkan untuk membuat karakter boneka yang berbeda, sehingga bisa dibayangkan bila dengan bantuan 10 bengkel yang Ia miliki, Dini bisa memproduksi lebih dari 50 karakter boneka yang bentuknya selalu berubah disesuaikan dengan orderan konsumen, event-event besar, atau tokoh kartun yang sedang digandrungi anak-anak.

Dengan memanfaatkan campuran dakron dan silikon  untuk isian boneka, bisa dikatakan produk boneka Bagja cukup unggul dibandingkan produk lainnya. “Bahan dan bentuk boleh sama, tapi dari segi kualitas jahitan dan isi boneka bisa dibandingkan langsung di pasaran,” kata Dini ketika menjelaskan kelebihan boneka Bagja.

usaha boneka

Pemasaran Boneka Bagja

Dalam memasarkan produk bonekanya, Dini mematok harga yang cukup beragam disesuaikan dengan bahan, model dan ukuran. Untuk gantungan kunci dihargai Rp 2.000,00 sampai Rp 7.500,00 disesuaikan dengan besar kecilnya ukuran. Boneka maskot dipatok dengan kisaran harga sekitar Rp 40.000,00, karena banyak detail yang harus disesuaikan dengan keinginan konsumen. Sedangkan untuk harga boneka yang ukurannya paling besar ditawarkan Dini dengan harga sekitar Rp 400.000,00 per boneka.

Selama ini, Dini terbiasa melayani pesanan boneka dalam partai besar. “Minimal order yang kami layani biasanya 1.000 pcs, karena memang langganan tetap kami biasanya grosir boneka yang cukup besar di kotanya,” ungkap ibu dua anak tersebut. Meskipun pemasaran yang dijalankan Dini belum terlalu optimal, namun pesanan produk boneka Bagja datang dari berbagai daerah. Sebut saja seperti konsumen di sekitar Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Padang, Riau, Lampung, Aceh, Bangka Belitung, Makasar, seluruh wilayah Kalimantan, dan lain sebagainya.

“Biasanya pemesanan boneka kami layani dengan sistem pre order, dan proses pembuatannya memakan waktu sekitar 2 minggu,” ujar wanita sarjana teknik ini. Dari usaha boneka yang Ia geluti, sedikitnya Ia bisa menerima omzet sekitar Rp 20 juta-50 juta per bulannya, itupun belum termasuk omzet pesanan khusus dari konsumen yang setiap bulannya bisa menyentuh angka lebih dari Rp 50 juta.

Untuk mendapatkan omzet sebesar ini, tentunya Dini juga menghadapi beberapa kendala dalam menjalankan bisnisnya. Seperti misalnya kendala dari segi orngkos kirim yang terbilang sangat tinggi, serta kendala di bidang permodalan. “Harusnya modal juga ikut bertambah, karena setiap pemesanan kami hanya menerima DP 50% terlebih dahulu, jadi sisa kekurangannya saya dulu yang mencukupi,” keluh Dini.

Setelah cukup lama bercerita, diakhir pertemuan Dini berharap jika kelak bisnisnya bisa berkembang lebih pesat lagi dan pemasarannya bisa menjangkau wilayah yang lebih luas lagi. “Selama masih ada ibu-ibu yang melahirkan anak wanita, maka peluang bisnis boneka anak sepertinya masih terbuka cukup lebar,” pungkas Dini Damayanti pada pertemuan tersebut.

Tim liputan bisnisUKM

3 Komentar

Komentar ditutup.