Usaha pembiakan Sapi Potong Belum Menemukan Pembiayaan yang Pas

Usaha pembiakan Sapi Potong Belum Menemukan Pembiayaan yang PasKadin menilai sampai saat ini usaha pembiakan sapi potong di Indonesia belum menemukan skema pembiayaan yang pas. Padahal pembiakan sapi potong menjadi satu-satunya sumber ketahanan pangan di Indonesia, terutama dalam hal ketersediaan stok daging sapi.

Yudi Guntara Noor selaku Ketua Komite Tetap Budidaya Peternakan dan Kemitraan, Kadin Indonesia mengatakan bahwa pembiayaan bagi usaha pembiakan sapi potong itu syaratnya ada dua, yang pertama bunganya harus murah dan yang kedua memiliki grass periode cukup panjang, setidaknya nminimal tiga tahun.

Dalam hal ini Grass periode dimaksudkan untuk memberikan keringanan pada peternak agar tidak perlu membayar bunga atau cicilan pokok terlebih dulu, minimal dalam jangka waktu tiga tahun. Sekarang ini menurutnya skema pembiayaan yang memungkinkan hanyalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), tapi KUR sebenarnya tidak akan cocok untuk usaha pembiayaan sapi potong karena bunganya masih terlalu tinggi dan tidak ada grass periode.

Menurutnya, rata-rata anggaran kebutuhan pakan untuk satu indukan sapi potong secara intensif sekitar Rp 7 juta dalam setahun. Biaya tersebut belum termasuk harga indukannya. Karenanya, dibutuhkan subsidi silang dari sector usaha lain yang menguntungkan, contohnya diintegrasikan dengan industri perkebunan sawit, atau dengan usaha penggemukan maupun usaha sapi perah.

“Kalau satu ekor indukan harganya sekitar Rp 20 juta, berarti tahun pertama harus ada Rp27 juta. Kalau dari tahun pertama sudah harus bayar cicilan bunga atau pinjaman pokoknya, nggak akan bisa jalan usahanya,” tutur Yudi dalam diskusi Ketahanan Pangan di Gedung OLVEH, Kawasan Kota Tua, Jakarta, Senin (17/10) dikutip dari Warta Kota.

Untuk menjaga ketahanan pangan khususnya dalam hal persediaan stok daging dalam jangka panjang, tentu keseriusan pemerintah sangat dibutuhkan dalam memberikan fasilitasi dan insentif. Jika dinilai rugi, tentu pihak swasta nggak akan mau masuk di bisnis ini.

“Contoh kebijakan yang bisa diberikan misalnya satu sapi indukan biaya pemeliharaannya ditopang oleh lima sapi bakalan. Keuntungan dari proses penggemukan digunakan untuk menutup kebutuhan biaya pembiakan,” imbuhnya.

Baca Juga Artikel Ini :

Usaha Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Sapi Potong Grobogan Peluangnya Semakin Membaik

Sulitnya menemukan pembiayaan untuk usaha pembiakan sapi potong juga diamini Budi Guntoro selaku Ketua Umum Perhimpunan Ilmuwan Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia (Persepsi), ia berkata bahwa sekarang ini pelaku industri dalam negeri lebih menyukai usaha penggemukan karena secara ekonomis lebih menguntungkan. “Modal atau investasi bisa lebih cepat kembali karena hanya butuh waktu sekitar 4 bulan. Sementara usaha pembiakan baru bisa dirasakan hasilnya setelah 10-20 tahun ke depan. Karenanya, pembiakan sapi potong saat ini masih bertumpu pada peternak kecil,” ujarnya.

Tentu kondisi ini cukup memprihatikankan, karena kebanyakan peternak kecil melakukan proses pemeliharaan sapi secara tradisional, sehingga kualitas pakan, kualitas bibit, luas lahan, hingga proses manajemen perkawinannya masih belum bisa terkontrol dengan baik. Sehingga sampai saat ini para peternak kecil belum bisa menjadi tumpuan nasional karena target untuk jaminan kualitas maupun kuantitas belum ada.

Diolah dari : Warta Kota