Ketika pengusaha kuliner di Pontianak sedang ‘latah’, ramai-ramai membuka rumah makan dengan menu utama yang seragam, ayam geprek. Ada yang berbeda manakala kita berkunjung ke rumah makan Aderase.
Selama 10 tahun berdiri, Aderase tetap setia menghadirkan menu khas Timur Tengah yang menggoda selera. Namun uniknya, Helmi Zen sendiri selaku pemilik Aderase tidak berdarah Timur Tengah.
Bermodalkan keterampilannya membuat aneka menu hidangan khas Timur Tengah, Helmi mencoba merintis bisnis rumah makan dengan menu yang penuh rempah seperti Nasi Kebuli Kambing, Mie Tambi, Roti Cane Kambing, Ayam Bombay dan minuman khas berupa Air Serbat yang dilengkapi Biji Selasih, disajikan dengan kisaran harga yang cukup terjangkau.
“Menu yang paling unik adalah Mi Tambi, dengan tekstur mie yang tebal seperti Spaghetti. Kuahnya berupa kuah kacang, ditambah dengan potongan kentang rebus, telur rebus, potongan tahu, dan taburan bawang goring yang menambah nikmat. Untuk harga seporsi Rp 15.000. Khusus menu Mie Tambi, tidak ada jual di tempat lain,” kata Helmi.
Berada di bawah naungan CV Aras Langkah Sukses yang berdiri pada 2006 silam, Aderase berlokasi di Jalan Imam Bonjol Gang Busri, di kediaman Helmi Zen, pemiliknya. Sebelumnya, rumah makan Aderase sempat menempati lokasi di Jl. Abdurrahman Saleh atau yang lebih dikenal masyarakat setempat dengan BLKI (sebrangan Kantor Gubernur Kalbar) dan pernah pula menyewa area Kantin YUSRA Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak.
“Waktu masih di BLKI, sering dikunjungi Bapak Sekda Provinsi, karena beliau keturunan Arab,” ujar Helmi.
Kenalkan Rujak Khatulistiwa
Selain menawarkan makanan khas Timur Tengah, Helmi juga sengaja menyajikan menu lain seperti Ayam Penyet, Ayam Bakar, Nasi Goreng dan Sop Tulang. Dengan harga jual makanan dan minuman berkisar antara Rp 4.000 – Rp 41.500, setiap bulan Helmi mampu meraih keuntungan kotor minimal Rp 20 juta.
“Ke depan, saya ingin membuka banyak cabang di Pontianak dan di daerah lain di Kalbar,” imbuhnya. Disamping menjual makanan berat, Helmi juga menjual makanan ‘ringan’ berupa asinan buah khas Pontianak dan bumbu rujak yang sudah ia kemas dalam kemasan produk yang rapi. Kudapan ini diberi nama Rujak Khatulistiwa, dan mulai diperkenalkan sejak tahun 2010 silam.
“Rujak Khatulistiwa bisa tahan hingga 4 bulan. Kini omzet penjualan Rujak Khatulistiwa sendiri mencapai Rp 5 juta,” jelas pengusaha sukses di bisnis kuliner tersebut. Helmi berujar, alasan ia membuat rujak kemasan karena saat itu belum ada produk sejenis di Pontianak.
“Dengan kemasan yang praktis dan harga yang terjangkau, rujak Khatulistiwa mulai dicintai masyarakat,” ujar Helmi seraya mengakhiri perbincangan dengan Tim Liputan BisnisUKM.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Vivi)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kalimantan Barat