Attempe: Tempe Lokal Yang Sehat dan Mampu Bersaing Di Pasar Modern

Attempe: Tempe lokal yang bisa masuk supermarket. Berasal dari tempe kedelai lokal alami non rekayasa genetik (GMO/Non Transgenik), aman dikonsumsi, bergizi tinggi, serta rasa lebih enak dan menyehatkan. Begitulah tempe yang diolah oleh Ibu Nurhayati Nirmalasari atau lebih dikenal dengan nama Ibu Nungki Attempe. Beliau adalah owner dari Usaha Menengah Kecil produksi Tempe, yang mana dengan bahan baku kedelai lokal non rekayasa genetik (GMO)/Non Transgenik).

Latar belakang beliau alumni dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Sehingga background beliau memang dalam pengolahan pangan. Inspirasi yang beliau dapatkan untuk mengembangkan usaha tempe ini berasal dari suami yang merupakan seorang peneliti dari UGM (salah satunya meneliti tentang kedelai). Beberapa kali beliau mengikuti suaminya dan karena satu jurusan sehingga sedikit banyak mengerti yang sedang suaminya teliti.

Attempe: Tempe Lokal Yang Sehat

Awal Ketertarikan

Dengan seringnya diskusi semakin lama tertarik, dari pekerjaan suaminya beliau menjadi tahu bahwa sebagian besar bahkan lebih dari 70% kedelai yang kita konsumsi untuk tahu dan tempe adalah kedelai impor (dimana sebagian besar produk transgenik).

Kedelai Lokal Sehat

Kedelai import yang notabene sebagian besar adalah produk transgenik atau produk GMO. Dari sanalah beliau ikut keliling ke petani kedelai dan menjadi terinspirasi bahwasanya kedelai lokal lebih bagus dan alami. Bahkan menariknya lagi para petani di Indonesia kebanyakan sudah tidak menggunakan pestisida. Sehingga tentunya kedelai yang dihasilkan akan lebih alami.

Kemudian beliau berfikiran “kenapa tidak diangkat?”, begitu katanya. Dengan melihat permasalahan yang ada beliau banyak membaca bagaimana tataniaga kedelai yang mana menjadi prihatin. Maka dari sanalah kemudian berfikirlah mungkin ada sesuatu yang bisa diperbuat dan dilakukan. Akhirnya ada inspirasi membuat tempe, yang mana kebetulan beliau memiliki teman yang memproduksi tempe.

Kedelai Lokal Yang Diproduksi

Meskipun masih menggunakan kedelai import namun pabriknya bersih dan bagus. Akhirnya beliau mencoba dan menitipkan sedikit demi sedikit kedelai ke teman beliau. Kemudian beliau bagi – bagikan ke tetangga, teman, dan hingga akhirnya beliau jual. Sampai sejauh ini, dan selama ini yang mana usahanya tersebut sudah lebih dari 5 tahun berjalan masih bertahan. Meskipun ada gempuran pandemi, meskipun perlahan namun tetap berjalan.

Pada awalnya ditahun 2015 dari menitipkan di tempat temen beliau, kemudian beliau mencoba memasarkan dipasar modern. Pada saat itu tempe yang beliau jual tidak dipasarkan di pasar tradisional karena menurutnya harganya tidak akan nutup. Harga antara tempe dengan kedelai import dengan tempe kedelai lokal memang ada selisih. Sedangkan masyarakat tentu perlu adanya edukasi untuk memahami itu semua.

Inovasi Keripik Tempe

Beliau mengaku produknya tidak laku dijual dipasar tradisional, akhirnya beliau lari ke Pasar Modern, Rumah Sakit dan Catering. “Alhamdulillah diterima oleh pasar modern dan bertahan”, begitu tuturnya. Dan beberapa konsumen loyal, yang direc selling adalah konsumen loyal beliau. Sampai pada 3 tahun usahanya ini stagnan dan tidak ada perkembangan. Beliau merasa jika terus seperti ini maka beban akan semakin besar karena ada team dan karyawan.

Pada akhirnya beliau mulai berinovasi 2 tahun lalu. Sudah ada beberapa produk yang beliau ciptakan, salah satunya adalah brownies tempe, keripik tempe, frozen food tempe. Dari sekian banyak produk maka inovasi produk yang paling bertahan adalah produk olahan keripik tempe aneka rasa.

Beliau memberi nama produknya Attempe Chips yang mana ada beberapa varian rasa yakni ayam betutu bali, balado teri medan, balado, sambal matah bali, lombok ijo jawa, dsb. Dari situlah mampu mendongkrak penjualan kembali. Kemudian selain itu Attempe semakin dikenal, banyak media yang meliput Attempe karena unik karena hanya memproduksi tempe dengan kedelai lokal.

Tempe Instant

Sejauh ini ada banyak permintaan dari luar kota, padahal jikalau tempe itu bermain dengan makhluk hidup, yakni jamur tempe. Jadi tidak bisa dikirimkan via ekspedisi selama 2 – 3 hari. Sudah pasti tempe menjadi semangit dan busuk, akhirnya beliau berinovasi kembali yakni muncullah produk unggulan yang diberi nama tempe instant. Banyak yang menanyakan, apa itu tempe instant?

Tempe instant itu adalah tempe yang dibuat sendiri oleh pelanggan dirumah. Namun dengan menggunakan cara yang sangat mudah, easy to make tempe at home. Jikalau di pabrik Attempe itu dari kedelai menjadi tempe 3 hari, kalau membuat sendiri dan proses 1 harinya sebelum fermentasi sangat komplek ada 2 kali perendaman, ada perebusan, ada pengelupasan biji, pengasaman.

Nah produk yang sangat kompleks tersebut sudah dijadikan 1, dari beliau yang mengerjakan dan konsumen tinggal merebus kemudian meniriskan, meragi, mengemas. Untuk pengemasan sudah disediakan. Jadi sangat mudah, semudah membuat mi instant.

Ternyata membuat produk itu luar biasa. Bahkan beliau sendiri sudah melakukan uji coba sampai ke London, Taiwan dan Turki. Alhamdulillahnya ada pelanggan tetap yang sudah sering repeat order yakni dari negara Turki. Membeli tempe di tempat beliau selalu diberikan garansi, 100% pasti jadi.

Attempe Mampu Survive dan Faight

Sejak awal beliau memang tidak ada ekspetasi, goals dan lain sebagainya. Jikalau orang jawa bilang “waton mlaku” atau asal jalan. Pada awalnya memang seperti itu dan ternyata produk beliau ini diterima. Semakin lama terus semakin meningkat, dari yang awalnya hanya memiliki karyawan 2 sekarang sudah punya karyawan 6.

Saat itu memang beliau mengalami jatuh bangun, yang awalnya tempe tidak laku. Harganya terlalu tinggi, dan lain sebagainya. Kemudian beliau berfikir lagi jikalau karyawannya punya keluarga. Sehingga usahanya ini harus survive dan akhirnya memang harus fight.

Dukungan dan Apresiasi

Beliau baru yakin kalau usahanya ini bisa besar di tahun ke 2, pada tahun tersebut sudah semakin banyak yang tahu. Pada awalnya hanya di media sosial saja, di media sosial tersebut teman – teman beliau sangat mengapresiasi. Kemudian usahanya beliau ini dilirik oleh pemerintahan. Dari Kementrian Pertanian, pernah pada waktu itu diliput oleh media nasional. Sampai terdengar di Kementrian Pertanian kemudian diundang ke Jakarta untuk diskusi.

Dari sanalah semakin lama semakin percaya diri, dari tempe biasa, tempe fresh, jadi tempe olahan, kering. Dan ada terakhir permintaan dari luar negeri untuk membuat tempe yang tinggal makan saja. Pada awalnya berfikir ingin membuat frozen, namun frozen terlalu ribet dan terutama untuk pengiriman. Akhirnya yang lebih mudah dan simpel adalah olahan yang benar – benar tinggal makan saja yakni tempe dalam kaleng. Selain lebih mudah, maka untuk packaging bisa mengandeng pihak ke 3. Tidak harus membuat produksi pengalengan lagi. Namun ada pihak ke 3 yang membantu mengemas dan beliau hanya produksi saja.

Demikian liputan team BisnisUKM kali ini, semoga dapat menginspirasi bagi para pembaca sekalian. Jangan lupa tonton video liputannya juga di channel youtube TVBisnis dan jangan sampai ketinggalan video liputan menarik lainnya. Salah satunya adalah sebagai berikut :

Tinggalkan komentar