Batik Tulis Modern Tembus Pasar Mancanegara

Setelah Batik Indonesia mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan dunia pada 2 Oktober 2009, mulai bermunculan pihak-pihak yang peduli dalam upaya pelestarian budaya adiluhung tersebut. Tidak tanggung-tanggung, bahkan di tiap daerah (setingkat Kabupaten) di hampir seluruh wilayah di tanah air kini memiliki batik dengan ciri khas masing-masing. Tingginya tingkat kecintaan masyarakat terhadap batik itulah yang kemudian mengispirasi beberapa pihak untuk mengembangkannya menjadi sebuah peluang bisnis yang menjanjikan.

Salah satunya adalah Sukarman, lelaki kelahiran Jogja 32 tahun yang lalu tersebut mulai mengembangkan usaha batik sejak tahun 2011. Batik yang dikembangkan Sukarman pun bisa dikatakan lain dari yang lain, karena dia mengusung batik modern kontemporer sebagai orientasi motifnya. Bukan tanpa alasan, Mas Karman begitu dia biasa disapa menganggap bahwa selama ini orang melihat batik (batik tulis) sebagai dress code resmi yang hanya cocok dikenakan orang tua. Namun dengan batik kontemporer yang diproduksinya, Mas Karman berharap anak muda tidak malu untuk memakai batik kapanpun dan di manapun berada.

Kain Motif Sidji Batik

Memperkenalkan Batik Modern Kontemporer

Menggunakan Sidji Batik sebagai brand usahanya, alumni Kriya Batik ISI Yogyakarta tersebut mencoba memperkenalkan batik dengan pola dan motif ‘limited edition concept’ atau satu motif satu kain. Konsep tersebut menjadi salah sisi keunggulan dari Sidji Batik selain motif kontemporer yang diusung Mas Karman sejak awal. Warna-warna yang digunakan pun seolah keluar dari pakem batik tulis pada umumnya, yakni menggunakan warna cerah (ngejreng).

Ditemui di outlet yang berlokasi di dekat kampus UGM Jogja, Mas Karman yang diwakili Denny Arivian selaku Marcomm Sidji Batik berujar jika konsep modern yang mereka usung tidak lantas menghilangkan filosofi proses produksi batik itu sendiri. “Sebuah kain itu disebut batik jika melewati tiga urutan proses, yakni pencantingan, pewarnaan, dan pelorotan, di Sidji Batik meskipun kami mengusung konsep modern kontemporer namun dari segi proses kami tetap melalui ketiganya,” jelas Denny kepada tim liputan bisnisUKM.

Denny Arivian_Marcomm Sidji BatikApa yang dikembangkan Sidji Batik ternyata memperoleh respon yang luar biasa dari pasar. Tidak hanya pasaran lokal/ nasional, namun sebagian besar produksi Sidji Batik justru menyasar ke mancanegara. “Pintu utama kami Singapura, kemudian batik-batik tersebut dipasarkan ke Qatar, Perancis, Belanda, Uzbekistan, dan negara-negara lain di Amerika,” lanjut Denny. Denny berujar produk Sidji Batik justru mendapat apresiasi lebih di luar negeri karena kurangnya penghargaan dari beberapa kalangan di tanah air terhadap produk-produk handmade seperti batik tulis.

“Bisa jadi karena faktor harga juga yang membuat konsumen lokal di Indonesia belum sepenuhnya menghargai batik tulis, tetapi bagi orang yang memang paham tentang batik pasti bisa menerima produk kami,” imbuh Denny. Untuk memberikan edukasi tentang bagaimana proses membatik tulis hingga layak dihargai lebih, mereka juga menyelenggarakan tour heritage sidji batik. Dengan adanya program tersebut Sidji Batik berharap masyarakat dalam hal ini konsumen bisa mengetahui secara detail gambaran proses produksi batik tulis sebagai produk handmade yang bernilai jual tinggi.

Kemeja Sidji BatikSaat ini, studio produksi Sidji Batik sudah tersebar di 11 pabrik yang berlokasi di beberapa tempat, dengan total pembatik lebih dari 400 orang. Masing-masing pabrik bisa memproduksi lebih dari 100-200 kain motif dalam setiap bulannya. “Uniknya masing-masing pembatik bisa memproduksi dengan motif yang tidak sama/ kembar, kalaupun ada pengulangan pola/ motif pasti warnanya berbeda, begitupun dengan pengulangan warna pasti polanya berbeda,” lanjut Denny.

“Untuk produk selain kain (limited edition), saat ini kami juga mengembangkan kemeja, baju wanita, muslim cloth, tas, celana, dll,” katanya. Masing-masing item produk tersebut memiliki harga yang bervariasi, yakni di kisaran Rp 500.000,00 sampai dengan Rp 2 juta.

Apresiasi Sidji Batik

Perjuangan Mas Karman dalam mengelola dan mengembangkan Sidji Batik memang patut dijadikan teladan. Selain murni bisnis, Mas Karman juga memiliki kepedulian terhadap para pembatiknya yang rata-rata berusia lanjut. “Owner (Mas Karman) berharap agar kehidupan para pembatik bisa lebih baik lagi, selama ini tidak sedikit para pembatik yang notabene kreator ide dan produksi dari batik itu sendiri yang masih hidup dalam kekurangan, yang kaya hanya juragannya saja,”terang Denny.

Untuk memberikan apreasiasi terhadap peran dari para pembatiknya, pada momen hari batik nasional belum lama ini, Sidji Batik menyelenggarakan Sidji Batik Award 2013. Acara yang berlangsung di salah satu hotel di Yogyakarta tersebut diisi dengan pemberian penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang pembatik yang sudah mengabdikan hidupnya dalam dunia batik tulis selama lebih dari 20 tahun. Kesepuluh orang pembatik yang rata-rata berusia lanjut tersebut berasal dari berbagai daerah, seperti Bantul, Pekalongan, Rembang, dll.

“Adapun bentuk penghargaan yang kami berikan berupa tropi canting Sidji Batik Awards 2013, cincin emas, uang tunai dan kenang-kenangan dari Sidji Batik, mereka juga akan kami ajak untuk berlibur,” imbuh Denny dalam press conference yang dirilis di berbagai media.

Tim liputan bisnisUKM