Belajar Dari Kegagalan Kini Sukses di Bisnis Makanan

Pengalaman jatuh bangun dalam merintis usaha agaknya sudah menjadi bagian dari perjalanan Sulwan Noor, S.Hut (44) dalam merintis usahanya. Sebelum terjun ke bisnis makanan seperti sekarang ini, Sulwan telah mencoba berbagai macam usaha mulai dari menjual air isi ulang, bantal guling, vitamin otak, dan lain-lain.

“Semuanya berjalan kurang lancar, sering barang diambil konsumen dan bayarnya ditunda. Ditambah lagi pengalaman barang dilarikan konsumen juga pernah saya alami hingga suatu saat saya menemukan penawaran kursus es krim di D’raos ice cream Probolinggo, Jawa Timur, dan berangkatlah saya kesana untuk belajar proses produksi es krim tepatnya pada bulan April 2013,” jelas Sulwan.

Sepulangnya mengikuti kursus pembuatan es krim, Sulwan mencoba mempraktekkan materi kursus yang diberikan namun sayang tidak langsung berhasil. “Es krim produksi perdana hasilnya keras sekali seperti es batu, sehingga kami harus merubah takaran air yang ada pada tutorial proses produksi,” kenangnya.

Tidak hanya disitu saja, masalah berikutnya muncul saat order bahan baku ke Probolinggo mulai terhambat. “Karena bahan baku sempat kosong, akhirnya kami terpikirkan mulai melakukan riset atau eksperimen untuk membuat bahan baku es krim racikan sendiri. Di awal proses tentu berjalan kurang mulus, sering terjadi kesalahan. Setelah puluhan kali melakukan eksperimen, hasilnya menurut testimoni yang didapat es krim kami lebih enak dan lebih bagus dari es krim branded dari dalam negeri, bahkan disetarakan dengan es krim import dari Amerika,” ungkapnya dengan bangga.

Meski latarbelakang pendidikan yang Ia miliki bertolak belakang dengan dunia bisnis makanan yang kini Ia geluti, namun Sulwan mengaku mendapatkan inspirasi bisnis untuk membangun usaha es krim setelah melihat potensi pasar es krim handmade yang masih terbuka lebar. Selain itu, menurutnya bisnis kuliner merupakan peluang bisnis yang tahan krisis, modalnya relatif kecil, perputaran uangnya cepat, untung besar, dan balik modalnya juga relatif singkat. “Saya terinspirasi kisah sukses para pebisnis kuliner yang terkadang cuma dengan modal ratusan ribu bisa berkembang hingga punya omzet  ratusan juta atau lebih,” begitu imbuh Sulwan.

Ingin Memiliki Ratusan Mitra di Seluruh Indonesia

Mengusung Nabil Ice Cream sebagai brand produknya, saat ini untuk pasar lokal seperti daerah Tanjung Redeb, Berau, Kaltim, Sulwan memasarkan es krim dalam kemasan mini paper cup dengan harga Rp 2.000,- dan kemasan cup plastik 300 ml seharga Rp10.000,-. Sedangkan untuk kemasan mika 800 ml dijual dengan harga Rp23.000,- serta melayani pesanan es krim curah dengan harga Rp25.000,-/liter.

“Dan untuk pasar di luar daerah, kami hanya menjual tepung premix (instant) es krim formula rahasia hasil racikan kami sendiri. Saat ini kami sudah mengirim tepung premix es krim buatan sendiri ke Samarinda, Jakarta, dan Medan meskipun jumlahnya masih sedikit. Selanjutnya tutorial proses produksi es krim kami kirim via e-mail atau BBM dan kalau ada kesulitan kami pandu sampai berhasil. Harga bahan inti es krim Rp 200.000,- per kilogram termasuk ongkos kirim via pos kilat khusus, ke seluruh Indonesia, kecuali untuk Papua dan Maluku
tambah Rp50.000,-/ kg,” jelas Sulwan ketika ditanya tim liputan BisnisUKM.com.

Dengan kapasitas produksi sekitar 150-200 liter es krim setiap bulannya, Sulwan mengaku selama ini yang menjadi kendala utama bagi bisnisnya yaitu masalah pemasaran produk bahan inti es krim yang masih terbatas sehingga omzet penjualan masih belum maksimal, hanya berkutat di angka Rp 5 juta per bulan. “Saat cuaca panas produksi dan penjualan meningkat, namun ketika musim hujan penjualan menurun. Untuk cara mengatasinya, saya aktif promosi di grup bisnis facebook dalam dan luar daerah, serta promosi via website kami www.nabil-icecream.com dan yang terakhir saya mengikuti program coaching class dari para pengusaha yang telah sukses di bisnis kuliner,” imbuhnya.

Dalam kurun waktu sekitar 2 tahun lebih mengelola usaha es krim ini, Sulwan merasakan peningkatan penjualan yang cukup bagus dari awal memulai usaha hingga sekarang. “Kami selalu melakukan eksperimen untuk menyempurnakan formula bahan inti es krim. Bahkan kami tidak menggunakan pemanis buatan dalam proses produksi es krim dan kami juga tidak menggunakan gelatin, karena gelatin bisa berasal dari sapi dan babi, sehingga untuk menjaga kehalalan es krim kami putuskan untuk tidak menggunakan gelatin,” ujarnya. Tidak heran bila Nabil Ice Cream ini pernah mendapat pujian dari seorang chef di Samarinda yang pernah belajar kuliner ke Amerika dan Singapura.

Ketika ditanya mengenai harapan kedepannya untuk perkembangan bisnis es krimnya, Sulwan berharap Nabil Ice Cream bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya mitra produksi dan penjualannya bisa menjangkau seluruh Indonesia. Dimana konsumen bebas menggunakan merek sendiri pada es krim jualannya, bebas biaya kemitraan, bebas biaya training (jarak jauh atau via telepon), bebas royalty fee, karena kewajiban mitra hanya membeli bahan inti es krim.

“Dengan begitu mitra tidak terbebani biaya-biaya yang memberatkan dan bisa cepat balik modal serta meraih untung. Tujuannya agar bisa tercipta sebanyak mungkin pengusaha kuliner baru di seluruh Indonesia khususnya es krim tanpa harus memulai usaha dengan modal besar. Bagi saya kemenangan terbesar adalah saat mimpi saya memiliki ratusan mitra produksi es krim di seluruh Indonesia tercapai,” kata pengusaha sukses ini.

Tim Liputan BisnisUKM