
“Usaha saya bergerak di bidang souvenir. Produk pertama kali yang saya jual adalah tasbih, kreasi ibu saya. Saya ingat harganya Rp 10.000,00 dan berisi 100 butir manik berwarna tosca. Kemudian ibu saya merangkainya menjadi tasbih berwarna tosca, karena ibu saya sering kehilangan tasbih. Keesokan harinya saya ambil gambar tasbih tersebut dengan kamera SLR pinjaman dari teman. Lalu saya edit fotonya kemudian saya coba jual melalui Facebook,” jelas pengusaha muda yang akrab dipanggil Dikki tersebut.
Meski awalnya Dikki hanya menyukai proses editing gambarnya daripada produk tasbihnya sendiri, namun ketika ada order pertama kali masuk sebanyak 50 pcs tasbih souvenir Ia mulai yakin bahwa bisnis modal kecil ini cukup menjanjikan. “Sebenarnya saya tidak terlalu minat untuk berjualan apalagi tasbih, tetapi waktu itu saat menjelang ujian nasional SMA kondisi finansial keluarga tidak ada peningkatan dan tanpa pemasukan sama sekali,” kenangnya.
Sempat Vakum Karena Kuliah
Memasuki semester empat di jurusan Sistem Informasi, Dikki mulai fokus untuk membesarkan merek Refiza Souvenir. “Di awal tahun 2014 hingga Oktober 2014 penjualan mulai stabil meskipun saya tangani semua hal sekaligus seperti marketing, desain hingga pengembangan website kecuali produksi dan pengiriman. Tetapi omzet penjualan hanya berkisar Rp 10 juta per bulan. Bulan desember 2014 saya memutuskan mencari staff untuk membantu saya dan ternyata penjualan meningkat tiap bulannya hingga Rp 60 juta dan mulai mendapatkan beberapa order dari luar negeri,” kata Dikki.
“Harapan selanjutnya adalah saya ingin memiliki kantor dan toko terlebih dahulu karena selama ini penjualan masih secara online. Setelah itu saya ingin membuka cabang dan akhirnya go international. Yang terpenting saya ingin membuat bisnis ini dapat memberikan ilmu-ilmu kewirausahaan bagi staff-staff yang berkontribusi,” ujarnya.
Bagi pemula yang masih bingung mencari peluang usaha, Dikki berpesan bahwa peluang bisnis tidak ada dimana-mana dan tidak dapat dicari, melainkan hanya dapat diciptakan melalui sebuah pemikiran. “Yang hanya dapat kita lakukan adalah mengasah kemampuan berfikir kritis dan kreatif,” pesan Dikki.
Tim Liputan BisnisUKM