Berkembang Bersama Minuman Herbal Tradisional

Pengalaman selama satu tahun sebagai distributor minuman tradisional sinom dari Jawa Timur menjadi pelajaran berharga bagi Priyantoro (45), yang kini lebih dikenal sebagai owner Sirup Bregas. Dalam jangka waktu satu tahun, Pak Pri begitu beliau biasa disapa berjuang memasarkan minuman tradisional sinom di Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Dari situlah, beliau sedikit banyak belajar mengenai sistem pemasaran sampai dengan proses produksi minuman tradisional, khususnya sinom.

Tidak butuh waktu lama bagi Pak Pri untuk move on ketika produsen minuman sinom yang selama ini menjadi pijakan bisnisnya memutuskan untuk berhenti berproduksi. “Kurang lebih 3 bulan setelah mereka berhenti produksi, saya berfikir untuk mengembangkan usaha sendiri, karena saya sudah memiliki pasar yang sayang kalau dilepas begitu saja,” jelas Pak Pri kepada tim liputan bisnisUKM. Bukan perkara mudah memang, karena Pak Pri butuh waktu untuk mempelajari secara detail formulasi yang pas dalam menciptakan sebuah minuman tradisional yang tidak hanya enak tetapi juga memiliki kandungan kesehatan.

Priyantoro Bregas“Saya sampai harus blusukan ke UGM untuk berkonsultasi serta mendapatkan formulasi yang tepat dalam memproduksi minuman tradisional, untungnya dari mereka (pihak kampus UGM) welcome dan memfasilitasi saya sampai minuman ini benar-benar layak konsumsi,” terang sarjana teknik sipil ITB Bandung tersebut. Setelah mendapatkan formulasi yang tepat, Pak Pri lantas mulai memberanikan diri berproduksi dengan mempergunakan bahan baku yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya.

Item produk yang pertama kali diproduksi dan dipasarkan oleh Pak Pri adalah minuman dengan rasa gula asem, sinom, serta secang. “Saat itu yang kami pasarkan adalah minuman siap saji yang sekali minum habis,” imbuhnya. Minuman-minuman tersebut dipasarkan secara door to door ke beberapa tempat di wilayah Jogja, seperti warung internet, salon & spa, dan rumah makan. Namun, karena termasuk produk serta brand baru, produk minuman Pak Pri mental di pasaran, alias kurang mendapatkan respon dari masyarakat ketika itu.

Bangkit Dari Kegagalan Usaha

Menyerah? Tidak, justru dari situ Pak Pri berfikir untuk menciptakan kreasi minuman baru dengan packaging yang baru pula. “Untuk produk minuman siap saji masih kami pertahankan, tetapi kami menambah variasi produk lain yang mungkin bisa lebih diterima pasar, yakni sirup tradisional,” jelasnya. Faktor lain yang menjadi pertimbangan Pak Pri untuk mengembangkan sirup juga berdasarkan pengadaan botol kemasannya. Ketika mengembangkan minuman instan, beliau merasa kesulitan untuk pengadaan botol berbahan baku kaca (beling) berukuran kecil. Namun untuk kemasan sirup yang menggunakan botol lebih besar, stoknya lebih mudah diperoleh.

Sirup BregasAtas dasar itulah, Pak Pri mulai mengembangkan sirup tradisional (herbal) dengan beragam varian rasa lainnya. “Saat ini ada tujuh varian rasa sirup tradisional yang kami kembangkan, yakni gula asem, beras kencur, kunir asem, jahe, jeruk nipis, dan temulawak,” terang Pak Pri. Mengusung Sirup Bregas sebagai brand serta nama usahanya, dalam sebulan Pak Pri bisa memproduksi 500an botol sirup dan 5.000an minuman herbal instan.

Di lokasi produksi yang berada di Banguntapan Bantul, Pak Pri setiap harinya dibantu oleh 3 orang tenaga produksi. Mereka mengolah berbagai bahan baku tradisional/ rempah-rempah dengan peralatan yang masih terbilang sederhana. “Bisa dikatakan hampir 100% kami masih manual pengerjaannya, namun karena masih manual kami bisa lebih menjaga control kualitas rasa dibandingkan apabila dikerjakan dengan mesin,” lanjutnya.

Ketika ditanya apakah ada rencana untuk menggunakan kemasan yang lain seperti botol plastik, Pak Pri berujar jika hal itu pernah beliau lakukan. “Kami pernah mencoba menggunakan kemasan botol seperti kemasan air mineral itu, akan tetapi hasilnya hanya bisa bertahan (expired) selama satu bulan, sementara kalau menggunakan kemasan botol kaca (beling) bisa bertahan satu tahun, itupun tanpa bahan pengawet,” jelas Pak Pri. Atas dasar itulah, tidak ada alasan bagi Pak Pri untuk menggunakan kemasan lain selain botol kaca sampai dengan saat ini.

Di akhir wawancaranya, Pak Pri sedikit berbagi mengenai kunci suksesnya mengembangkan minuman Bregas meskipun background yang beliau miliki tidak ada kaitan sama sekali. “Bagi saya, yang paling penting itu kita harus senang dulu dengan apa yang kita tekuni, dari situ selanjutnya berusaha sekuat tenaga untuk mengembangkannya, karena ketika kita berusaha pasti ada jalan kemudahan di dalamnya,” kata ayah 2 orang putri tersebut. Benar saja, dengan apa yang ditekuninya saat ini, dalam sebulan Pak Pri mengaku sirup Bregas bisa memperoleh omzet rata-rata 15 juta Rupiah.

Tim liputan bisnisUKM