Bermodalkan Ketekunan Kini Fandy Sukses Jadi Juragan

Memutuskan terjun di dunia usaha sejak Desember 2007, awalnya Fandy Maramis Meliangan (28) tak pernah berniat menjalankan bisnis produksi tas. Saat itu, Fandy hendak mencari tempat usaha untuk merintis bisnis roti. Namun karena tempat usaha yang Ia dapatkan berada di sekitar Jalan Mataram Yogyakarta yang rata-rata sekitarnya berjualan sepatu dan produk fashion, Fandy pun mulai banting stir mencari ide bisnis baru karena bila Ia memaksakan diri untuk berjualan roti di kawasan tersebut tentu hasilnya kurang maksimal.

 

BERMODALKAN KETEKUNAN KINI FANDY SUKSES MENJADI JURAGAN

“Jika saat itu saya memilih berjualan sepatu seperti yang lainnya tentu saya kalah modal dan pengalaman, jualan baju disana juga sudah ada yang jualan baju. Dari situ saya mulai mencari produk apa yang bisa disandingkan dengan sepatu. Saya pun mulai memilih bisnis tas, karena saya pikir tas dan sepatu masih berkaitan,” ungkap Fandy.

Baca Juga Artikel Ini :

Pengusaha Sukses Berbisnis Tas

Peluang Bisnis Tas dan Accessories dari Kulit Satwa

Ternyata pilihannya untuk terjun di bisnis tas tidak keliru, karena ternyata seiring dengan berjalannya waktu Ia merasa menemukan passion dalam dirinya. “Saya merasa bahagia ketika melihat banyak orang yang menggunakan produk tas yang saya produksi. Dari situ saya merasa senang dengan dunia tas dan ingin terus mengembangkannya,” katanya ketika ditemui tim liputan BisnisUKM, Senin (27/7).

Setelah mantap menentukan ide bisnis baru yang Ia pilih, Fandy pun mulai bertanya kepada teman-temannya dimana tempat supplier tas dengan harga murah. Dan saat itu juga Ia memberanikan diri untuk pergi ke Jakarta dengan modal seadanya untuk mencari supplier tas dengan harga paling murah, disitu Fandy mendapatkan supplier tas wanita. Karena Ia berpikir tas wanita akan cepat laku dibandingkan dengan tas pria.

“Pada awalnya saya belum terlalu yakin dengan permintaan tas. Namun setelah melihat seorang pedagang di salah satu pasar di Jakarta yang dikerumuni para pembeli hanya dengan berteriak tas murah lima puluh ribu, dari situ saya mulai sadar bisnis tas prospeknya masih bagus dan saya mulai membeli produk tas darinya yang ternyata juga laris di pasaran Jogja,” kenangnya.

Jatuh Bangun, Terganjal Restu ORTU dan Pernah Ketipu

Bisnis Tas FandyDalam tiga bulan pertama merintis usaha, berbagai macam kendala usaha sempat Fandy alami. Ia mengaku awalnya tak mengantongi restu dari kedua orangtuanya. “Sebagai orangtua, tentu mereka menghendaki anaknya sekolah setinggi-tingginya kemudian bekerja di kantoran minimal menjadi PNS yang mendapatkan kemapanan. Apalagi saat itu saya sudah berprestasi di dunia sepak bola, ada salah satu tawaran pekerjaan dari Bank Negara tetapi saya tolak,” ujarnya.

Dengan modal nekat meski tanpa mengantongi restu orangtua, Fandy mulai menjalankan bisnis tas di bawah bendera “TAS FANDY”. Tiga bulan berjalan, Fandy mengalami musibah tertipu mitra bisnis yang Ia miliki. Modusnya Ia diajak bekerjasama, partnernya yang pegang produksi sedangkan Fandy yang setor modal kemudian semua produk di setor ke tokonya atau ke toko orang lain nanti keuntungannya bagi hasil.

“Alhasil 60% modal untuk bisnis tas, saya serahkan dia dan disitu orang tersebut tidak jujur. Produksinya memang ada, tetapi dia tidak membuatkan untuk toko saya. Berjalan tiga bulan, saya baru sadar bahwa saya ketipu dengan orang ini akhirnya karena 60% modal saya setorkan ke dia, usaha saya hampir bangkrut,” jelas pengusaha muda asli Jogja ini.

Selama kurang lebih empat tahun merintis usaha tanpa restu dari orang tua, Fandy mengalami berbagai macam kendala hingga akhirnya Ia merasa buntu karena omzet yang didapatkan belum sesuai dengan keinginannya. Disitu Fandy merasa, mungkin Ia punya salah pada kedua orangtuanya. Ia mulai mendekati orangtuanya lagi dan meminta maaf serta meminta restu, namun jawaban yang didapatkannya masih juga sama. Sampai pada akhirnya Ia memberanikan diri bilang kepada orangtuanya kalau memang belum mendapatkan restu, Fandy memilih keluar dari rumah sampai Ia bisa membuktikannya kepada kedua orangtuanya.

“Setelah itu, paginya saya diajak ngobrol mama saya. Disitu Mama bilang, Oke Fandy mulai hari ini mama akan mendukung dan mendoakan bisnismu bisa berhasil mencapai impian-impian kamu. Itu mungkin kata-kata yang paling berharga buat saya, hari itu beban dalam hidup saya merasa plong. Dari situ saya mulai memberanikan diri menutup cabang bisnis saya satu per satu, saya fokus di satu tempat dan menutup tiga cabang toko tas lainnya,” tutur suami dari Paras Aulia Adzani tersebut.

Berhasil Menguasai Pasar Jogja

Grosir Tas FandyLangkah Fandy menutup ketiga cabang bisnisnya ternyata sangat tepat. Meski hanya memiliki satu toko tas, namun omzet yang Ia dapatkan bisa empat sampai lima kali lipat dibandingkan empat toko yang dulu Ia miliki. Saat ini, Fandy tidak hanya memiliki satu toko tas namun Ia juga mulai memberanikan diri untuk membuka grosir dan memproduksi tas sendiri.

“Saat ini Tas Fandy memiliki empat divisi perusahaan, pertama saya memiliki divisi pesanan instansi perusahaan atau lembaga, kedua divisi online untuk melayani penjualan online, ketiga adalah divisi eceran yaitu toko yang ada di Jalan Mataram, dan yang keempat divisi grosir untuk supply tas di toko-toko, pasar, swalayan, dan kios tas yang ada di seluruh DIY,” papar ayah satu putra ini.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?

Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.

Klik Disini

Selama hampir 8 tahun menjalankan bisnis tas, bisa dikatakan saat ini Fandy menjadi pengusaha muda yang berhasil menguasai pasar Jogja. Dengan desain sederhana dan mengedepankan kualitas barang yang diproduksi, sekarang ini Fandy bisa memproduksi sekitar 6.000 pcs setiap bulannya.

Untuk bisa sukses seperti sekarang ini, Fandy mengaku kunci sukses bisnis itu jujur, tidak pernah merugikan orang lain, dan yang ketiga dilengkapi kepercayaan. “Bisnis saya sejauh ini pencapaiannya bisa seperti sekarang ini, saya rasa juga dari tiga unsur tersebut. Tapi tidak lupa juga kita juga harus terus belajar, selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi customer kita, ketiga jangan pernah merasa puas, dan yang keempat saran saya yang utama adalah pisahkan uang pribadi dan perusahaan,” pesan Fandy diakhir perjumpaan kami.

Tim Liputan BisnisUKM

5 Komentar

  1. Sayang mereka punya no telepon sulit sekali dihubungi???? Bagaimana service mereka??? Kalau contact person (telepon) sulit dihubungi..

  2. Kisah mas fandy memang sangat menginspirasi, saya termotivasi untuk menerapkan prinsip-prinsip dalam pencapaian kesuksesan seperti mas fandy..
    terimakasih artikelnya bermanfaat….

  3. mas fandi sy mau jd mitranya bsa ngk,,dalam penjualan produk skala grosir,,tpi posisi sy di plau sumatra,,,gmna tu…mhn di konfirmasi…

Komentar ditutup.