Kayu sawo kecik selama ini dikenal memiliki serat yang halus serta tekstur warna alami yang menarik, yakni merah maron bila cukup tua dan kuning gading bila belum tua. Tidak mengherankan jika pada ukuran tertentu, harga kayu sawo kecik hampir menyamai harga jati yang merupakan ‘raja kayu’ di Indonesia. Fakta demikian membuat beberapa jenis usaha masih mempertahankan kayu sawo kecik sebagai bahan baku andalan untuk menarik minat konsumen. Salah satunya adalah usaha alat bantu pendidikan seperti penggaris panjang & segitiga, jangka, dan busur.
Berlokasi di rumahnya Sedayu Bantul, kedua kakak beradik tersebut setiap harinya bergelut dengan mesin pemotong dan penghalus kayu untuk menghasilkan penggaris, jangka, serta busur yang berkualitas. Dibantu 6 orang tenaga produksinya, Pak Irwanto maupun Pak Irkamtri ‘ditarget’ bisa menghasilkan ratusan hingga ribuan item produk setiap dua mingguan. “Kenapa dua mingguan? Karena konsumen kami selama ini mengambil stok penggaris dan lainnya setiap dua minggu sekali, mereka adalah salah satu perusahaan grosir di wilayah Solo yang melayani order seluruh Jawa Tengah,” kata Pak Irkamtri.
Namun, kendati tidak sedikit lembaga pendidikan yang mulai beralih ke produk modern, Pak Irwanto dan Pak Irkamtri tidak merasa khawatir jika usahanya ke depannya akan gulung tikar. Hal itu dikarenakan sejak beberapa waktu belakangan, mereka juga mulai belajar menjalankan usaha meubel dengan memanfaatkan fasilitas mesin yang ada. “Usaha itu (meubel) bisa menjadi alternatif ke depannya, namun kami saat ini masih fokus untuk mengembangkan usaha ini (media belajar) agar tetap bisa bersaing dengan produk-produk modern,” lanjut Pak Irkamtri.
Ketika ditanya tentang kendala yang saat ini dihadapi, mereka berdua kompak bahwa faktor bahan baku menjadi kesulitan tersendiri, terutama dari segi pengadaan kayu sawo kecik. “Kayu sawo kecik yang kami gunakan biasanya berumur sekitar 30 tahun’an, sehingga bisa dibayangkan untuk mencari bahan kayu yang sesuai menurut kami itu memang susah, apalagi secara umum sawo kecik merupakan tumbuhan liar yang jarang dibudidayakan,” jelas Pak Irwanto. Tidak jarang mereka harus blusukan ke daerah terpencil untuk bisa mendapatkan kayu sawo kecik yang mereka harapkan. Namun, bagi mereka hal tersebut hanya ‘kerikil’ semata, yang tidak akan menyurutkan semangat dan niat demi berkembangnya usaha tersebut.
Tim liputan bisnisUKM
Maaf,,bisa saya minta nomer telpon/hp yg bisa saya hubungi..??
bisa minta no hp atau emailnya. saya butuh penggaris, busur dan jangka
Bisa minta no wa nya?
untuk produksi penggaris kayu busur dan jangkar
Bisa minta alamat lengkap + no telp yg bisa dihubungi ,trimakasih
pa minta nomer Hp nya Saya Butuh Penggarisnya..mksih