Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Liferdi Lukman, meski fluktuatif, sejak 2015 produksi tanaman hias cenderung meningkat setiap tahunnya. Pada 2020 pandemi melanda Indonesia, menyebabkan banyak kelompok masyarakat terpaksa melakukan kegiatan dari rumah. Merawat tanaman hias jadi salah satu alternatif kegiatan yang menyenangkan. Karena itu tren perburuan tanaman hias mengalami peningkatan drastis.
Artikel ini akan secara khusus membahas dua tanaman hias menarik yang diincar oleh banyak orang: kaktus dan sukulen. Jauh sebelum adanya pandemi, kedua jenis tanaman ini populer di masyarakat karena bentuknya yang cantik dan pas untuk jadi pajangan di rumah. Bahkan, beberapa acara pernikahan menjadikan dua tanaman ini sebagai pilihan suvenir. Ternyata, prospek bisnis kaktus dan sukulen sangat besar lho. Isnaini Baroroh, pemilik Ardana’s Garden, membuktikan pasar tanaman ini tidak pernah surut. Yuk simak cerita lengkapnya.
Awal Mula Bisnis Budidaya Kaktus dan Sukulen
Isnaini memulai bisnis usaha tanaman kaktus dan sukulen setelah memutuskan keluar dari pekerjaannya. Sebelumnya, ia dan suami adalah seorang bankir dengan latar belakang IT. Ketika Isna-begitu ia sering disapa- merasa bahwa rutinitasnya di rumah pasca resign ternyata tidak begitu produktif, ia memutuskan untuk menegok peluang usaha tanaman. Meski sedari awal memiliki hobi terhadap tanaman hias, tetapi mengolahnya menjadi peluang bisnis adalah hal lain. Dengan kekurangan itu, Isna dan suami memtuskan untuk berangkat ke Bandung, pusat segala jenis tanaman. “Weekend kami berangkat. Kami belajar sekecil apapun, mulai dari bagaimana media tanamnya, cara perawatan, penyiraman, dan untuk masalah pasar gimana”, cerita perempuan satu ini. Akhirnya, Isna membulatkan tekad untuk berjualan tanaman hias. Semua jenis tanaman hias ia perjualbelikan. Dari bisnis inilah mulai terbentuk jaringan pembeli hingga reseller.
Jatuh Cinta dengan Bisnis Budidaya Kaktus dan Sukulen
Melihat banyaknya lingkungan sekitar yang membangun bisnis tanaman hias, Isna dan suami punya ide yang berbeda. Berdua, ia memutuskan untuk fokus pada tanaman kaktus dan sukulen. Isna berkata, “Kaktus dan sukulen itu unik dan perawatannya mudah”. Jenis tanaman satu ini juga tidak membutuhkan tempat yang terlalu luas, karena itu muat ditempatkan di greenhouse (semacam tempat penanaman). Yang membuatnya semakin yakin kepada kaktus dan sukulen adalah, sejak tahun 90-an hingga 2018, peminaT keduanya tidak pernah sepi. “Selalu ada pasarnya, meski kadang naik kadang melandai, tapi tetap jalan. Itu yang bikin kita berpikir prospek ke depan oke”, imbuhnya.
Mengawali Bisnis Budidaya Kaktus dan Sukulen
Terlebih dahulu Isna belajar merawat kaktus dan sukulen, lalu mulai menjajal soal penjualan hingga merambah ke reseller. Saat awal membuka usahanya, Ardana’s Garden perlu berjuang lebih keras. Saat itu belum banyak usaha kaktus dan sukulen di Yogyakarta, sehingga ia perlu membangun pasarnya sendiri. Di Ardana’s Garden, Isna berusaha untuk mengembangbiakan, mulai dari kaktus yang murah sampai yang mahal. Ia sampai belajar menyilangkan dari induk satu ke induk yang lain dari varian yang berbeda. Perawatan kedua tanaman tersebut memang gampang-gampang mudah.
Ketika pandemi terjadi, seluruh aktivitas berjualan secara offline ia hentikan. Ardana’s garden hanya melakukan penjualan secara online. Ini, katanya, untuk mengurangi intensitas masyarakat berkumpul di satu tempat. Setelah kebijakan lockdown dicabut, permintaan melonjak naik. Isna yang biasanya hanya mengambil dari petani seminggu sekali, meningkat menjadi seminggu tiga kali. Omzet yang didapatkan sangat besar, namun konsekuensinya stok produk habis dan Isna mulai kesulitan mencari supplier. Menurutnya, sedari awal memang harus ada kesiapan, sehingga bisa mengakomodasi permintaan masyarakat terhadap kaktus dan sukulen.
Jenis Tanaman Kaktus dan Sukulen yang Dikembangkan
Ardana’s garden punya tempat sendiri khusus pengembangbiakan sukulen. Bahkan Isna sampai harus membuatkan greenhouse khusus karena jenis satu ini sangat populer di kalangan orang baru dan awam. Alasannya sukulen bisa dibeli dengan harga murah dan gampang untuk mempelajari cara perawatannya.
Sedangkan di greenhouse yang satu, Isna memiliki dua jenis kaktus: yang mahal dan juga murah. Untuk kaktus bisa dimulai dari harga Rp. 5000, bahkan untuk reseller bisa lebih murah lagi. Sedangkan kaktus yang disimpan di dalam greenhouse, bisa dihargai hingga puluhan juta rupiah! Ragamnya pun bermacam-macam, salah satunya adalah kaktus columnar. Saat ini Isna sedang mencoba mengembangkannya agar perbiakannya lebih produktif. Lalu ada jenis kaktus cereus hingga koboi. Yang terakhir peminatnya tinggi dan tidak pernah surut. Saat ini ia dan suami sedang fokus untuk mengembangbiakan jenis yang satu itu.
Kesulitan Yang Dihadapi Ketika Membuka Usaha Kaktus dan Sukulen
Apa pantangan yang tidak boleh dilakukan ketika merawat sukulen maupun kaktus? Curah air yang terlalu banyak dan intensitas pencahayaan yang terlalu sedikit. Isna merasakan betul bagaimana perbedaan tempat dan musim berpengaruh besar terhadap perkembangan kaktus dan sukulen. Menurut Isna, “walau hanya terpaut beberapa meter, atau greenhouse yang satu dengan yang lain settingannya berbeda, itu udah beda cara kita merawatnya”. Awalnya Ia belum paham betul teknik yang pas, sehingga beberapa kali tanaman sukulen maupun kaktusnya sempat mati.
Kesulitan yang kedua, kaktus dan sukulen punya masa penjualan melandai. Biasanya itu terjadi di musim penghujan. Beberapa orang yang tertarik untuk mengoleksi tanaman ini tetapi belum paham benar tekhniknya seringkali mendpaat kaktus atau sukulen busuk. Untungnya menjelang lebaran, permintaan kaktus dan sukulen meningkat kembali. Pola ini yang dia perhatikan sejak membuka usaha pada 2018.
Kesulitan ketiga, awal membuka bisnis Isna belum memiliki kawan untuk saling berbagi entah kesulitah hingga jaringan pemasaran. Saat itu ia masih termasuk pelopor di bidang bisnis ini.
Saling Bersinergi di Komunitas Bisnis Kaktus dan Sukulen
Ardana’s garden telah melayani pelanggan hingga Malaysia dan Singapura. Sedangkan untuk penjualan di dalam negeri, menurut pengakuan Isna ia sudah melakukan pengiriman dari Sabang hingga Merauke. Kesuksesaan Isna membuat bisnis serupa bermunculan. Tapi baginya kondisi ini menjadi kesempatan untuk saling belajar dan berbagi. “Kami justru merangkul teman-teman. Saya mengajari tidak hanya kalangan bisnis, tapi juga orang-orang yang niatnya Cuma main kaktus. Kalau misalnya ada peluang dan mereka punya keinginan, saya juga ajari untuk jalanan”, tegasnya. Isna bahkan membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk datang ke greenhousnya dan melakukan perawatan bersama-sama. Ia mempersilakan mahasiswa untuk menjadi reseller, menawarkan, mengambil foto sendiri semua tanaman yang di greenhouse miliknya.
Dari situ, komunitas penjual kaktus dan sukulen semakin besar. Komunitas ini dijadikan tempat untuk saling bersinergi. Tidak ada persaingan, yang ada adalah saling merangkul. Para anggota di dalamnya berbagi informasi tentang pasar yang bisa dibidik, hingga tips-tips merawat tanaman yang pas dan tepat. “Karena pasarnya luas, satu dunia, tidak melulu cuma satu daerah. Kadang saya yang di sini punya customer dari wilayah luar jogja seprti Jawa Tengah, Jawa Timur. Yang dari Jogja pun beli di tempat temen lain di luar daerah, dan itu tidak apa-apa. Fair.”
Nah di atas sudah dipaparkan potensi bisnis satu ini ya, semoga artikel ini melecutmu sampai tertarik. Kalau tulisan ini kamu rasa bermanfaat, jangan lupa untuk membagikannya dengan teman-teman sekitar. Sekarang, apa kamu sudah mulai tertarik untuk menggarap peluang usaha kaktus dan sukulen ini?