Bisnis Clothing Ramah Lingkungan Tembus Pasar Ekspor

Owner clothing penseeKepedulian terhadap isu lingkungan yang kian memprihatinkan, mendorong dua mahasiswa di Yogyakarta yaitu Raden Sydney Samba (24) dan Ahmad Yastaqim Khusnanjar (18) untuk merintis bisnis clothing line ramah lingkungan. “Awalnya ada dua founder yaitu saya (Samba) dan Reza Khusnanjar, tapi kemudian Reza pindah ke Pekanbaru hingga akhirnya tugasnya dialihkan ke adiknya yang adalah Yasta Khusnanjar,” ucap Samba ketika ditemui tim liputan BisnisUKM.com pada (5/2) silam.

Ketika pertama kali bertemu dengan sang partner bisnis di sebuah organisasi lingkungan, awalnya Samba dan Reza hanya iseng-iseng merintis usaha yang bisa memberikan kontribusi terhadap lingkungan. “Dulu saya dan Reza sama-sama sudah memiliki usaha. Ketika bertemu kami iseng merintis bisnis clothing yang bisa memberikan kontribusi terhadap lingkungan, namun seiring dengan perjalanan waktu ternyata bisnis ini tidak hanya menjadi bisnis yang berbau idealisme namun juga mulai menjadi bisnis yang profitable,” ujarnya.

Setelah Reza pindah ke Pekanbaru, pada tahun 2014 Samba dan Yasta mulai serius meneruskan bisnis fashion ramah lingkungan tersebut dengan mengusung brand Pensee. Istilah Pensee sendiri diambil dari bahasa Perancis yang memiliki arti berpikir.

Menyisipkan Aksi Peduli Lingkungan di Bisnis Clothing

Bisnis clothing penseeBerbeda dari produk clothing lainnya, Pensee yang sejak awal mengusung konsep eco clothing ini menggunakan bahan atau material yang ramah lingkungan. “Kami menggunakan katun bambu dan organik katun lainnya sebagai material utama kaos Pensee. Selain itu, kami juga hanya menggunakan water based pada sablon dan recycle paper untuk segala kebutuhan branding,” imbuhnya.

Tak hanya itu saja, selain menjual kaos ramah lingkungan yang Ia produksi, Pensee juga mengadakan sebuah kegiatan yang disebut “Green Action”. “Dimana kami secara terus menerus mengadakan kegiatan “one tee one tree” yang berarti pembelian satu produk kaos Pensee edisi khusus sama dengan menyumbangkan satu bibit pohon yang kemudian dialokasikan untuk mengadakan sebuah project peduli lingkungan di berbagai kota di Indonesia,” tutur Samba.

Ia juga mengungkapkan saat ini Pensee sengaja membatasi pilihan warna produk yakni hitam dan putih karena dua warna tersebut tidak terlalu banyak menggunakan pewarna kimia yang bisa mencemari lingkungan. “Kami juga menyisipkan green fact atau informasi terkait isu lingkungan yang selalu kami tempatkan di bagian belakang kaos. Tujuannya kami ingin mengedukasi masyarakat apa itu isu lingkungan, hingga akhirnya mereka mengerti nilai produk yang kami hasilkan,” jelas pengusaha muda yang masih terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Swasta di Yogyakarta tersebut.

Lalu kendala apa saja yang dihadapi Samba dan Yasta ketika pertama kali merintis bisnis Pensee? Mengingat konsep yang mereka usung adalah clothing ramah lingkungan, kesulitan pertama yang dihadapinya adalah mencari bahan baku yang dibutuhkan. “Di bagian produksi kesulitan awal yang dihadapi yaitu ketika mencari vendor-vendor yang menyediakan bahan katun bambu dan organik katun. Biasanya vendor hanya menyediakan bahan combad dan katun konvensional lainnya, sehingga kami cukup kesulitan mendapatkan bahan baku ramah lingkungan,” Yasta menambahkan.

Samba juga mengungkapkan bahwa awalnya tidak mudah mengedukasi masyarakat mengenai produk eco clothing line itu sendiri. “Banyak masyarakat yang belum begitu mengerti apa itu eco clothing line. Disitulah tantangan bagi kami, bagaimana mengedukasi masyarakat tentang apa itu eco clothing line dan apa saja kontribusi yang dapat mereka berikan dengan membeli produk eco clothing line,” kata Samba yang merupakan pengusaha muda asli Bandung tersebut.

Sejauh ini, Pensee sendiri telah memproduksi sedikitnya 15 artikel yang dicetak ke sebuah kaos dan mulai merambah produk thumbler, serta kedepannya Pensee berencana mengembangkan produknya ke beberapa jenis aksesoris seperti dompet, gantungan kunci, gelang, dan produk ramah lingkungan lainnya.

Jangkauan Pasar Hingga Mancanegara

Pengusaha muda di bisnis clothingDalam hal pemasaran, Pensee sengaja memanfaatkan social media untuk memperkenalkan produknya di kalangan masyarakat luas. “Kita bisa memanfaatkan media internet untuk memasarkan produk kami, seperti misalnya Twitter, Instagram, website, dan bekerjasama dengan beberapa website yang menjual dengan berbagai merek yang ada di Indonesia. Kami juga mencoba endorse beberapa orang untuk memperkenalkan produk kami,” jelas Samba.

Terbukti, jangkauan pemasaran produk ramah lingkungan tersebut sudah semakin luas. “Saat ini jangkauan Pensee sendiri sudah cukup luas, untuk Indonesia hampir seluruh provinsi sudah pernah dijangkau. Tidak hanya itu saja, kami juga menjangkau pasar lain di luar negeri seperti misalnya Inggris, Jeman, dan Perancis,” paparnya.

Dari bisnis clothing yang mereka jalankan, dua mahasiswa ini bisa hidup mandiri dan tidak selamanya mengandalkan kiriman dari orang tua.”Bagi kami kunci sukses menjalankan usaha adalah konsisten menjaga semangat untuk berwirausaha dan yang kedua yang terpenting adalah kreativitas dan inovasi,” ujar Samba mengakhiri pertemuan kami siang itu.

Tim Liputan BisnisUKM