Bisnis Handmade Ibu Rumah Tangga Siap Bersaing di MEA

Produk Kerajinan KRE ABJakarta – Syah dan usai menikah, Erna Lestari praktis tidak bisa bekerja kantoran lagi seperti masa lajangnya dahulu.  Sayangnya, keinginan untuk tetap membantu perekonomian keluarga tidak terbendung. Berbekal keterampilan dan kreativitasnya membuat kerajinan tangan, Erna mencoba peruntungannya di dunia usaha dengan membuat produk handmade melalui Kreasi Anak Bangsa atau biasa disebut Kre AB.

Dengan ditemani kakaknya yang bernama Budi Ningrum, Erna melanggengkan usaha mandirinya dengan membuat aneka desain yang menarik dan unik seperti keranjang minuman, aneka tudung saji, penutup lampu gantung ruang kantor maupun keluarga, tatakan gelas, sarung galon air, lampu pojok ruangan dan berbagai macam produk lainnya. “Semua barang dibuat sesuai pesanan, begitu pula dengan desain atas permintaan calon pembeli,” terang Erna kepada Bisnisukm.com di Jakarta, Selasa (8/3/2016).

Usaha yang berjalan sejak Agustus 2013 tersebut diakuinya sudah menghasilkan produk ratusan item dan menambah pundi-pundi keuntungan setiap bulannya.  Berkat kerja kerasnya, produk dari Kre AB mewarnai pasar handmade  nasional dan internasional. “Alhamdulillah pemesanan berasal dari seluruh Indonesia, pernah ada yang dari Takengon dan Fak Fak. Kita juga bekerjasama dengan kantor Radio Republik Indonesia seluruh Indonesia. Produk kami biasa dipakai di ruang meeting mereka,” beber wanita yang pernah bekerja di bidang advertising ini.

Bisnis Kerajinan KRE ABWanita yang kerap mengikuti touring moge (motor gede) bersama suaminya ini menambahkan dirinya selain menggunakan media sosial atau promosi online sebagai sarana pemasaran, Ia juga mengandalkan promosi dari mulut ke mulut hingga mampu membawa hasil kreativitasnya dijajakan ke Amerika Latin dan Eropa.

“Bersyukur bisa tembus pangsa internasional. Waktu itu kami kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, produk kami akhirnya sempat dipasarkan ke negara Meksiko dan Belanda,” ucapnya dengan bangga.

Berbicara omset, Erna menyatakan tidak bisa dipastikan mengingat selama ini produk dijual berdasarkan pesanan. “Semisal, kalau kita kebetulan lagi bikin souvenir atau semacamnya, kadang tiba-tiba langsung dibeli orang. Yang pasti sehari bisa menghasilkan 30-an item untuk souvenir atau produk yang kecil-kecil. Sedangkan yang model besar-besar bisa dua item dalam sehari. Seperti itu gambarannya,” jelasnya.

Baca Juga Artikel Ini :

Sukses Mencoba Peruntungan di Bisnis Kerajinan Flanel

Bros Cangkang Kerang, Kerajinan Tangan Unik Hasil Laut

Harga produk di Kre AB sendiri bisa dibilang cukup terjangkau dan tergantung tingkat kesulitan desain produknya. Sebagai contoh tatakan gelas, sarung galon air per satuan masih dijual dikisaran Rp 20.000 – Rp 25.000 saja. Dan produk yang paling mahal, Erna mengungkapkan bisa dibanderol di kisaran Rp 350.000 hingga Rp 500.000. Dalam pengerjaan atau proses produksi dikatakannya dilakukan hanya bersama kakak dan anaknya saja.

Berawal Dari Keisengan

Bisnis Kerajinan Ibu Rumah TanggaKreatif saja tidak cukup tanpa ada keisengan. Itulah yang diimplementasikan Erna dalam menjalankan usaha handmade-nya. “Lihat kakak suka bikin kerajinan tangan jadi pengen bikin juga seperti nambahin desain produk. Iseng semua awalnya,” terangnya.

Erna berpendapat, selama ini sebetulnya bisnis kerajinan tangan tak hanya memerlukan kreativitas saja. “Setiap pengerjaan kerajinan tangan yang saya lakukan itu berdasarkan bakat kreasi dan memang kesenangan sih. Tentu ditopang dengan keahlian yang sudah saya miliki sebelumnya,” ucapnya.

Disamping itu, modal yang dikeluarkan juga tak terlalu mahal. “Modalnya lumayan, sekali belanja sampai Rp 2 juta. Kecuali bahan yang menggunakan besi, tentu kita kerjasama dengan pihak ketiga,” imbuhnya.

Siap Bersaing di MEA

Setiap menjalankan suatu bisnis pastinya memiliki tantangan tersendiri. Entah itu kendala permodalan, pemasaran hingga keberanian dalam berinovasi. Krea AB pun merasakan hal demikian. Namun Erna tidak patah arang di tengah persaingan bisnis era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) saat ini. “Memiliki usaha mandiri tentu kendala ada di permodalan. Tapi jangan dijadikan alasan untuk terus berinovasi. Karena kita bisa menggunakan fasilitas dari dinas-dinas terkait, seperti program pameran atau pemasaran produk ke luar negeri. Bisa juga kerjasama dengan Dinas Koperasi dan lainnya,” terang Erna yang pernah menjajal pameran Inacraft di Senayan beberapa waktu lalu.

Selama mengikuti pelatihan dan bimbingan teknis untuk UKM, Erna kerap mengusulkan agar pemerintah menyediakan areal khusus di mal-mal daerah untuk pemasaran produk UKM. “Ini era MEA, kita harus bersaing dengan produk luar yang sudah masuk ke Indonesia. Dengan harapan masyarakat Indonesia mencintai produk dalam negeri.

“Saya selalu mengungkapkan impian, berharap produk UKM tidak dipandang sebelah mata. Produk Indonesia lebih bagus. Tidak selalu UKM untuk kalangan menengah ke bawah,” ujar Erna.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?

Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.

Klik Disini

Namun untuk mewujudkan impiannya tersebut, Erna meminta pemerintah agar membantu pemasaran produk UKM dan menyediakan konseling khusus UKM. “Semua itu dilakukan untuk meningkatkan produk kualitas produk UKM.  Saya rasa pelaku UKM itu sebenarnya sudah mempunyai kesadaran meningkatkan kualitas produknya. Tapi tetap saja masalahnya terkadang UKM terbentur dengan pemasaran. Belum lagi jaminan KUR (kredit usaha rakyat keberatan yang membuat pemasaran kurang maksimal,” tandasnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Puji Christianto)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Jakarta