Bisnis Kerupuk Setelah Akuisisi Usaha yang Bangkrut

Pengusaha muda di bsinis kerupukKebangkrutan sebuah usaha ternyata bisa menjadi ide awal sebuah usaha baru. Kondisi inilah yang dialami oleh Saraya Tauris Dianti (24) yang kini sukses menjadi pengusaha kerupuk setelah mengakuisisi pemilik awal yang tidak mampu menutup biaya operasional usahanya. “Pabrik ini pada awalnya kami dapatkan karena pemilik awal pabrik ini tidak mampu membayar tepung yang di supply oleh Ibu saya,” ucap Saraya mengawali sesi wawancara kami.

Bersama sang ibu tercinta, Saraya mulai mengelola pabrik kerupuk dari awal karena si pemilik lama tidak ikut campur tangan lagi ke dalam bisnis kerupuk setelah kepemilikan pabrik tersebut beralih ke tangan Saraya. “Kami mulai dari membuat resep sendiri sampai mencari pasar sendiri. Pada awalnya memang sempat ada beberapa komplain dari customer mengenai rasa dan penampilan, namun saya yang memang ditugaskan oleh Ibu saya untuk mengurusi pemasaran dan menangani customer pun berusaha untuk sabar dan menerima semua komplain dari customer agar kerupuk kami bisa menjadi lebih baik,” ungkapnya.

Setelah mengalami trial and error beberapa kali, sekarang bisnis kerupuk yang berdiri di bawah bendera Kerupuk Putra Jangkar bisa diterima dengan baik oleh pasar. Pemasaran produk makanan ringan tersebut saat ini tak hanya berkutat di sekitar Sidoarjo, namun sudah mencapai daerah sekitaran Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan luar pulau seperti Lampung, Makassar dan Balikpapan.

Awalnya Terpaksa Menjadi Pengusaha

“Sebenarnya, pada awalnya saya terpaksa untuk mengelola bisnis camilan kerupuk ini karena tidak tega melihat ibu saya yang memang usia juga sudah cukup tua untuk mengelola pabrik ini sendirian. Namun, seiring berjalannya waktu, saya sendiri pun yang dari awal juga sudah terjun langsung ke bisnis kerupuk mulai menikmati proses demi prosesnya. Mulai dari jatuh bangunnya, dikomplain bahkan barang dikembalikan oleh customer hingga rasa puas yamh muncul setelah melihat produk kerupuk ini berhasil diterima oleh pasar,” tuturnya.

Saat ini, Kerupuk Putra Jangkar memproduksi minimal 2 ton kerupuk dalam sehari. “Jumlah karyawan total untuk shift pagi dan malam adalah 60 orang. Kami memproduksi kerupuk cetak seperti krupuk mawar, rantai, keong dan kepang. Kisaran harga adalah Rp 56.000,00 – Rp 57.000,00 per bal (1 bal = 5 Kg). Namun, harga ini masih bisa nego sesuai situasi dan kondisi pasar,” papar pengusaha muda tersebut.

Dengan mengandalkan bahan baku utama tepung tapioca dari Lampung, Saraya mengungkapkan bahwa kendala yang Ia hadapi sebagai pengusaha muda cukup besar. Salah satunya saja seperti kendala terbatasnya bahan baku. Persediaan tepung tapioka untuk bulan-bulan tertentu seringkali mengalami kekosongan produksi sehingga harga tepung sering naik turun cukup signifikan. Oleh karenanya. sampai saat ini Kerupuk Putra Jangkar juga masih terus melakukan test and trial agar bisa mengoptimalkan ongkos produksi tetapi tidak mengurangi kualitas dari krupuk itu sendiri.

“Kendala terbesar kami adalah, banyaknya kompetitor karena memang sekarang ini sudah banyak sekali pabrik kerupuk kecil-kecilan yang notabene dapat merusak harga pasar. Namun, karena kami menjual kualitas dan pedekatan ke customer, Alhamdulillah sampai saat ini kendala tersebut masih  bisa diatasi,” jelasnya kepada tim liputan BisnisUKM.

Meski modal awal yang harus dikeluarkan Saraya cukup besar yaitu Rp 800 juta untuk mengakuisisi sebuah pabrik kerupuk yang sebelumnya hampir bangkrut, namun sekarang ini Ia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 350 juta setiap bulannya. Tidak hanya itu saja kemenangan yang telah berhasil Ia raih di usianya yang relatif masih muda, kini Kerupuk Putra Jangkar bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar dan dengan diberlakukannya shift malam juga mengurangi angka kriminalitas yang dilakukan oleh warga di lingkungan sekitar.

“Kedepannya harapan untuk pengembangan bisnis ini adalah memproduksi kerupuk iris seperti kerupuk sari udang, tersanjung, dan kerupuk tahu. Dalam hal pemasaran, kami juga ingin mencapai daerah luar pulau agar produk kami bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas dan mencoba untuk ekspor,” harap Saraya.

Tim Liputan BisnisUKM

Info usaha kerupuk putra jangkar