
Pria yang akrab disapa Tomo ini pun memodifikasi rasa maupun bahan sambalnya agar cocok dengan lidah masyarakat Indonesia. Tomo lantas menamai produk sambal olahannya tersebut dengan brand Sambal Jamur dan Sambal Jebret.
“Orang Indonesia itu gemar dengan sambal. Apalagi dengan sambal kemasan yang praktis namun memiliki ciri rasa yang berbeda. Saya lihat peluang bisnis sambal kemasan akan terus berkembang,” papar Tomo kepada Bisnisukm.com di Jakarta, Senin (7/3/2016).
Hal yang membedakan produknya dengan kompetitor lain adalah racikannya. Bahkan sebelum produknya dilemparkan ke pasaran, Tomo melakukan survei dulu orang-orang Indonesia suka sambal seperti apa. “Banyak yang menginginkan sambal yang tidak biasa. Akhirnya saya dapatkan ide untuk membuat kedua jenis sambal itu. Jebret sama Jamur. Alhamdulillah semua suka dan cocok pedasnya bikin melek mata,” imbuhnya.
“Dengan racikan yang khas, saya coba tanya-tanya ke konsumen kenapa tertarik dengan sambal ini, katanya karena campuran rempah-rempah yang ada dalam sambal. Untung Indonesia kaya akan rempah-rempah, jadi bisa dimanfaatkan untuk membuat Sambal Jebret dan Sambal Jamur ini,” urainya.
Baca Juga Artikel Ini :
Alhasil, kini sambal racikannya diproduksi dan dipasarkan melalui pelbagai cara, tanpa terkecuali via online. “Mulai dari pemasaran di outlet restoran, sampai memanfaatkan promosi online melalui media sosial dan reseller,” ungkapnya.
Untuk pemesanan sendiri, Tomo menggunakan media sosial Facebook, Instagram dan Twitter. “Dalam sebulan pertama promosi sudah 500 kemasan laku terjual,” terangnya.
Meski bekerjasama dengan restoran tempat dia bekerja, bukan berarti Tomo tidak mengeluarkan modal. Tapi tak perlu khawatir, modal yang dibutuhkan tidak sebanyak perkiraan orang banyak. “Kalau dihitung, satu kemasan kita jual Rp 25.000,00/160 gram. Itu sudah untung 30 persen. Tinggal bagi hasil saja dengan pemilik restoran,” jelas suami dari Sutarti tersebut.
Tanpa Bahan Pengawet
Bapak dari dua anak ini mengungkapkan sambal ini menggunakan bahan-bahan seperti cabai rawit merah, bawang putih, bawang merah, tomat, garam, minyak goreng dan rempah-rempah. “Tak perlu khawatir basi atau sebagainya,tanpa bahan pengawet saja sambal saya ini bisa tahan hingga tiga bulan. Asal ditempatkan di suhu normal ruangan atau dimasukan ke lemari pendingin,” ujarnya.
20 Kali Gagal Resep
“Setiap orang Indonesia hobi makanan pedas, bisnis sambal itu bisa berkembang asalkan kita meraciknya tidak sama dengan produk lainnya. Rasa harus paten,” sambung pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 15 Juli 1979 ini.
Dalam waktu dekat produk sambal olahannya akan dipasarkan ke beberapa swalayan di Indonesia. Dirinya berani mengambil langkah besar ini karena berprinsip bahwa menjalankan bisnis jangan setengah-setengah. “Bisnis itu kan mencari keuntungan, jadi jangan setengah-setengah. Untuk itu Sambal Jebret dan Sambal Jamur ini akan saya pasarkan ke beberapa swalayan di Indonesia, saat ini sedang proses administrasi,” pungkasnya.
Terima kasih anda telah membaca artikel bisnis sambal kemasan, untungnya sepedas rasanya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Puji Christianto)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Jakarta
Kalau kemasan untuk sambalnya, jualny dimn ya? Pengen bisnis tp kemasanny ndk ada
Kalau ingin jadi reseler sambal jamur dan kernet bagaimana caranya terima kasih
Saya juga baru memulai usaha sambal kemasan,non msg,non pengawet, saat ini baru dipasarkan melalui media sosial, bagaimana cara mengembangkan bisnis ini