Bisnis Tudung Saji Ternyata Masih Tetap Menjanjikan

Bisnis kerajinan tudung sajiTudung saji merupakan penutup makanan yang dianyam daripada mengkuang, daun pandan, atau dibuat dari plastik. Benda ini juga disebut sebagai penyungkup makanan. Kebanyakan masyarakat masa kini, terutamanya kaum Melayu menggunakan tudung saji untuk menutup dan melindungi makanan dari lalat dan sebagainya.

Kebutuhan masyarakat akan tudung saji semakin meningkat  setiap waktunya. Nah, besarnya peluang bisnis tudung saji inilah yang kemudian dilirik oleh Nining dan Nisma. Ibu dan anak ini lantas mencoba memproduksi tudung saji sebagai ladang usahanya.

Sebelum fokus ke bisnis tudung saji, bisnis keluarga yang telah berjalan puluhan tahun di Semarang ini awalnya hanya jahit menjahit pakaian biasa saja. Kemudian atas banyaknya permintaan masyarakat, usaha jahit pakaian tersebut Nining kembangkan menjadi bisnis produksi korden, taplak meja, sarung bantal dan dan yang terakhir adalah tudung saji.

Baca Juga Artikel Ini :

Bisnis Handmade Ibu Rumah Tangga Siap Bersaing di MEA

Raih Untung Dari Uniknya Bisnis Kerajinan Tangan

Tudung saji inilah yang menjadi “senjata” bisnis Nining selain produk-produk kerajinan lainnya. “Banyak permintaan dari masyarakat akan kebutuhan tudung saji, maka kami pun fokus ke produksi tudung saji yang terbuat dari bahan nilon” kata Nisma di Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Ternyata respon masyarakat cukup bagus, banyak yang membeli tudung saji buatan Nisma dan beberapa diantaranya tertarik untuk menjualnya kembali. “Jadi kami juga bisa sistem reseller,” ungkapnya.

Tudung Saji Nisma Handicraft bisa Dicuci

Owner Nisma HandycraftNisma mengatakan, tudung saji yang diproduksinya berbeda dengan tudung saji lainnya. Perbedaannya terletak dari bahannya yang mudah dicuci, langsung dengan spons pembersih.

“Berbeda dari bahan-bahan tudung saji biasanya yang tidak bisa dicuci. Bentuk tudung saji yang diproduksi Nisma Handicraft ini beraneka ragam pula bentuknya. Mulai dari yang berbentuk bulat, oval dan bentuk lainnya. Harga yang ditawarkan untuk satu tudung saji  juga cukup terjangkau, mulai dari Rp 50.000 – Rp 400.000,“ tutur Nisma.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini

Awalnya karena menetap di Semarang, penjualan tudung saji hanya berfokus di Semarang saja. Namun, berhubung kini Nisma tinggal di Jakarta, Ia pun membuka cabangnya di Ibukota. Hanya saja, tudung saji ini belum dipasarkan melalui online, Nisma hanya menjualnya melalui offline dengan mengandalkan salah satu gerainya di Thamrin City lantai dasar dan Semarang.

Tudung Saji“Cabang di Jakarta mendapatkan produksi dari Semarang, di Semarang adalah cabang pertama kita. Disana lebih kompleks, karena tidak hanya memproduksi tudung saji, tapi juga ada taplak meja, sarung bantal, sprei, bed cover batik, tas batik, souvenir dan yang lainnya” kata Nisma . “Soal pekerja pun di Semarang lebih banyak dibandingkan di Jakarta yang cuma beberapa orang,” tambahnya.

Dan untung pun didulang, dengan gerai yang berlokasi di dua kota besar tersebut, usaha handycraft ini dapat meraih untung puluhan juta rupiah perbulannya. Nah, sebagai usaha turun termurun yang sudah berjalan lama, bukan berarti produksi kerajinan ini tidak berinovasi.

“Kedepannya, Nisma berharap bisnis kerajinan ini harus bisa lebih berinovasi, terutama untuk produk tudung saji,” pungkasnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Harry)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Jakarta