
Kebutuhan masyarakat akan tudung saji semakin meningkat setiap waktunya. Nah, besarnya peluang bisnis tudung saji inilah yang kemudian dilirik oleh Nining dan Nisma. Ibu dan anak ini lantas mencoba memproduksi tudung saji sebagai ladang usahanya.
Sebelum fokus ke bisnis tudung saji, bisnis keluarga yang telah berjalan puluhan tahun di Semarang ini awalnya hanya jahit menjahit pakaian biasa saja. Kemudian atas banyaknya permintaan masyarakat, usaha jahit pakaian tersebut Nining kembangkan menjadi bisnis produksi korden, taplak meja, sarung bantal dan dan yang terakhir adalah tudung saji.
Baca Juga Artikel Ini :
Bisnis Handmade Ibu Rumah Tangga Siap Bersaing di MEA
Raih Untung Dari Uniknya Bisnis Kerajinan Tangan
Tudung saji inilah yang menjadi “senjata” bisnis Nining selain produk-produk kerajinan lainnya. “Banyak permintaan dari masyarakat akan kebutuhan tudung saji, maka kami pun fokus ke produksi tudung saji yang terbuat dari bahan nilon” kata Nisma di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Ternyata respon masyarakat cukup bagus, banyak yang membeli tudung saji buatan Nisma dan beberapa diantaranya tertarik untuk menjualnya kembali. “Jadi kami juga bisa sistem reseller,” ungkapnya.
Tudung Saji Nisma Handicraft bisa Dicuci
“Berbeda dari bahan-bahan tudung saji biasanya yang tidak bisa dicuci. Bentuk tudung saji yang diproduksi Nisma Handicraft ini beraneka ragam pula bentuknya. Mulai dari yang berbentuk bulat, oval dan bentuk lainnya. Harga yang ditawarkan untuk satu tudung saji juga cukup terjangkau, mulai dari Rp 50.000 – Rp 400.000,“ tutur Nisma.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini
Awalnya karena menetap di Semarang, penjualan tudung saji hanya berfokus di Semarang saja. Namun, berhubung kini Nisma tinggal di Jakarta, Ia pun membuka cabangnya di Ibukota. Hanya saja, tudung saji ini belum dipasarkan melalui online, Nisma hanya menjualnya melalui offline dengan mengandalkan salah satu gerainya di Thamrin City lantai dasar dan Semarang.
Dan untung pun didulang, dengan gerai yang berlokasi di dua kota besar tersebut, usaha handycraft ini dapat meraih untung puluhan juta rupiah perbulannya. Nah, sebagai usaha turun termurun yang sudah berjalan lama, bukan berarti produksi kerajinan ini tidak berinovasi.
“Kedepannya, Nisma berharap bisnis kerajinan ini harus bisa lebih berinovasi, terutama untuk produk tudung saji,” pungkasnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Harry)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Jakarta